Di malam itu
**cw// mention about sex (adult scene), di bawah umur skip aja.
....
Seoul, Korea Selatan
29 August 2059, 04.00 pm.
Jenan bersumpah ia menyesal karena menuruti kemauan Karla dari pada mementingkan pesan yang di kirim oleh Sena, suaminya. Jenan menyesal karena ikuti segala kemauan Karla yang ternyata hanya berpura-pura mabuk dan malah sengaja tuangkan obat perangsang pada minumannya juga.
Jenan bisa katakan dirinya bodoh dan tolol urusan seperti ini. Jenan kita Karla wanita baik karena suka rela membantunya, ia kira Karla wanita suci yang akan bantu ia dapatkan segala hal yang kakeknya inginkan. Namun, faktanya dirinya malah terjebak dalam keadaan memangku wanita ini di rumahnya sendiri.
Karla dengan lancang buka semua kancing bajunya meski Jenan susah payah tepis tangannya. Sesekali Jenan di beri minum lagi oleh Karla yang masih seratus persen sadar, Jenan bisa lihat samar-samar wajah cantik suaminya— Abiya Sena tengah gelayut manja di atas pangkuannya. Berikan elusan serta erangan desahan manja dan sensual di sisi telinganya.
Jenan bisa lihat Abiya Sena buka bajunya sendiri hingga tampilkan tubuh putih moles bak porselen, hingga Jenan bisa lihat ilusi Sena yang buka celananya sendiri seperti di malam itu ketika dirinya dan Sena resmi bersatu dalam ranjang dan di bawah selimut yang sama.
Bak orang kesetanan, Jenan perlahan majukan wajahnya guna hisap nipple merah muda milik Sena hingga sang empunya erangkan nikmat tiada tara. Netra Jenan menggelap ketika di dalam pandangannya Abiya Sena berikan senyum paling manis sedunia, semanis madu gula yang tidak ada duanya.
“Ah…mas jenan…”
“Lagi mas….”
“Harusnya lo jadi milik gue jenan, tapi dengan gak tahu dirinya lo malah milih Sena terus.”
Jenan bisa rasakan penisnya semakin menegang ketika dirinya lihat tangan gemulai milik Sena pegang kepuanyaannya, ia bisa rasakan tangan itu arahkan kejantanannya hingga masuk ke dalam singgasananya. Jenan mengerang frustasi hingga sebutkan nama Sena berkali-kali hingga sebelum pukulan itu membuat dirinya tersungkur tak sadarkan diri.
“Ah Jenan….”
“Sena….Sena…”
Jenan tidak hiraukan ponselnya yang terus berdenting semenjak jam dua belas malam hingga empat dini hari, yang ia pentingkan hanya nafsunya saja. Samar-samar juga ia bisa dengar suara isakan serta teriakan keras di sana.
written by vivi, @acilmoll.