How To See—bagian dua.
a jayhoon au. sequel from kontrak universe.
Jenan bisa rasakan bagaimana rasa cemas yang hinggap di dadanya menggemuruh dan semakin besar tatkala dirinya lihat ruang operasi yang ada Sena di dalamnya. Sena di jadwalkan untuk operasi mata hari ini setelah seminggu yang lalu melalui pengecekan mata dan di nyatakan bisa operasi.
Kala dirinya antar Sena untuk ke rumah sakit dan mengetahui bahwa dirinya akan bisa melihat lagi, Jenan bisa lihat kilatan harapan yang semakin terlihat jelas di kedua mata yang selalu terlihat kosong. Jenan bisa pastikan bahwa operasi yang akan di jalani sena bisa buat kasihnya melihat dunia.
“Om, papi masih lama ya di operasinya? papi pasti kesakitan ya di dalem sana?” bocah berusia tujuh tahun setengah itu tengah duduk anteng dengan boneka beruang cokelat kesayangannya, pemberian dari Jenan. Noah dengan nyaman memeluk dan menyenderkan kepalanya pada dada bidang yang lebih tua.
“Noah takut papi kenapa-napa om, gimana kalo papi nangis karena sakit?”
“Papi kamu kuat, gak bakalan nangis. Nanti kalo papi udah selesai operasinya, dia bisa lihat kamu, om, kakak Archie, kakek Jastara sama nenek Tamara. Jadi, Noah doain papinya supaya kuat ya?”
Jenan tarik senyumnya susah payah untuk yakinkan putra dari kasihnya itu. Dengan sayang, Jenan peluk erat tubuh kecil itu hingga Noah memeluknya balik. Jenan sudah menghubungi Hugo beberapa kali, tetapi hasilnya selalu nihil. Bagaimanapun ia harus memberitahu Hugo jika Sena akan bisa melihat lagi, Jenan rasa mungkin saat Sena buka matanya untuk pertama kali, orang yang dicarinya adalah Hugo dan bukan dirinya.
Noah menggenggam tangan Jenan yang lebih besar dari jari tangannya sendiri, dengan susu kotak rasa coklat yang ia sedot, Noah dengan setia mendampingi sang Papi yang baru saja keluar dari ruang operasi dan di pindahkan ke kamar VVIP yang sudah Jenan pesan khusus agar Sena bisa nyaman dan cepat dalam pengobatannya.
Dokter Jauzan, sebagai dokter yang menangani Sena pun hanya tersenyum melihat Noah yang menatapnya dengan tatapan bulat lucu. “Halo, kamu anaknya papi Sky iya?”
“Iya, halo dokter ganteng!”
“Tenang ya, papinya udah selesai di obatin sama om dokter. Nanti sembuh.”
“Terimakasih, dokter.”
Jauzan mengangguk. “Mas Jenan, Skylar boleh lepas perban setelah seminggu pasca operasi berlangsung, tapi itu juga tergantung bagaimana pulihnya kedua mata Sky. Bisa beberapa minggu juga, namun saya perkirakan bahwa perban Sky seminggu juga boleh di lepas.”
“Baik dok.”
Jauzan mengangguk dan melenggang pergi dengan beberapa perawat yang mengantar Sena sampai ruangan rawat inap tadi, Noah yang kepalang rindu langsung berhambur memeluk lengan sang papi sayang.
“Papi enggak kesakitan kan?”
Sena yang nyatanya sudah lumayan pulih hanya membalas perkataan anaknya itu dengan kekehan lemah, Jenan yang melihat itu langsung menggendong Noah kembali. “Noah sama om Jenan dulu ya? biarin papinya istirahat.”
“Oke om! papi, aku sama om Jenan mau jajan dulu ke kantin. Papi istirahat ya, nanti Noah belikan ice cream kalo udah sembuh!” ucap Noah persis seperti Sky yang selalu janjikan anak itu sesuatu yang manis sebagai hadiah karena dirinya sembuh dari sakit.
“Iya sayang, papi istirahat.”
“Okay, bye-bye papi sayang!”
“Dadah sayang. Oh iya mas Jenan!”
Jenan yang sudah hampir sampai pada pintu keluar pun menghentikan langkahnya seketika. Buat Noah yang ikut berhenti menatap kedua insan yang terdiam membisu, maka dengan nalurinya yang peka akan sekitar, ia langsung keluar duluan dan membiarkan papi dan omnya itu berbicara terlebih dahulu.
“Iya Sky? apa ada yang sakit?”
Sena terkekeh dan menggeleng, “Bukan. Terimakasih karena sudah sabar untuk merawat saya dan juga Noah. Maaf apabila kami merepotkan.”
“Saya senang karena ada kalian, lagi pula saya ikhlas untuk membantu kamu.”
Keduanya sama-sama terdiam. Menyisakan Elektrokardiograf yang terus berbunyi menjadi pengisi ruangan sepi, Sena angkat kembali wajahnya dan raba tubuh Jenan yang ada disampingnya.
“Mas.....”
“Iya?”
“Aku....mau kamu jadi orang pertama yang aku lihat setelah perban dibuka.”