How to See?

From Universe : Vulnerable sequel from kontrak universe Chapter of : Hiraeth.

au bxb, jayhoon, angst, mention of car accident, blood, and medical words, with all due respect, I apologize if there are medical terms and words that are not in accordance with the procedure


📍Yulje Medical Center. 03 November 2066, 14.00 pm.

Jam sudah menunjukan tepat pada pukul dua siang, Sanka membawa Sky pada ruangan milik salah satu dokter yang bekerja di Rumah sakit ternama ini. Sanka memegang tangan Sky yang terasa dingin dan sedikit berkeringat, gugup.

Sanka berhenti tepat didepan pintu putih yang didepannya terdapat sebuah papan pengenal agar pasien bisa mengenali ruangan tersebut. Di sana terdapat nama Dr. Jauzan Sebastian Danish spesialis mata, tanpa ragu Sanka mengetuk pintu tersebut.

Tok,tok,tok!

“Silahkan masuk!”

Ceklek

Keduanya berjalan masuk, disana sudah terlihat seorang pria manis lengkap dengan Stetoskop dan juga Snelli kebanggaannya tengah membaca sebuah laporan yang Sanka yakini adalah hasil laporan medical check up milik Sky.

“Selamat siang dokter Jauzan, perkenalkan saya Sanka louis gabriel, dan ini kakak saya Sky.” ucap Sanka sambil melirik Sky yang tampak gelisah.

Dengan keadaan Sky yang seperti ini biasanya hanya Hugo yang bisa menenangkannya, namun Sanka pun sudah berusaha sejak tadi untuk meyakinkan Sky semuanya akan baik-baik saja seperti sebelumnya.

“Halo selamat siang Sanka, kamu kalo mau tunggu diluar tidak apa-apa. Takutnya proses ini sedikit lama karena bisa memakan waktu empat puluh hingga sembilan puluh menitan, Sky bisa langsung tiduran di ranjang biar saya langsung periksa, boleh?”

Sanka dan Sky mengangguk secara bersamaan. Sanka menepuk pundak Sky sebelum berjalan untuk keluar dari ruangan, Sky dibantu oleh dokter Jauzan untuk berbaring diranjang pasien untuk diperiksa.

“Dok, boleh saya tarik nafas dulu? saya takut soalnya.”

Jauzan tertawa karena menurutnya perkataan yang dilontarkan Sky sangat lucu, “Boleh Sky, santai saja. Sepertinya kita seumuran, kamu bisa anggap saya sebagai teman. Saya enggak bakalan nyakitin kamu kok, saya cuman mau periksa keadaan mata kamu saja.”

“Baik dok, bisa dimulai sekarang pemeriksaanya.”

Maka dengan itu Jauzan langsung mengambil perlengkapan medis yang ia butuhkan untuk memeriksa kondisi mata Sky. Di mulai dengan pemeriksaan fisik mata, di mulai dari kelopak mata bagian dalam, kornea, sklera, lensa, pupil, iris, dan juga cairan didalam bola mata.

“Mata kamu sering terasa sakit tidak Sky? kalo ada keluhan lainnya bisa ceritakan pada saya.” ujar Jauzan yang masih fokus dengan pemeriksaannya.

“Tidak dok, tapi beberapa kali saya sering mimpi buruk.”

“Itu karena kamu stress, emosi kamu juga tidak stabil. Jika ada masalah yang tidak bisa kamu ceritakan ke orang terdekat kamu, bisa ceritakan pada saya. Anggap saya sebagai teman kamu, tidak usah sungkan.”

“Baik dok, terimakasih.”

Jauzan mulai mencatat hal-hal penting yang harus ia catat pada hasil laporan Sky nanti, kemudian Jauzan membantu Sky untuk turun dari ranjang pasien dan ia dudukan pada salah satu kursi yang ada disana.

“Waktu kamu tahu kalo kamu tidak bisa melihat itu kapan Sky?” tanya Jauzan.

Sky tampak terdiam sebentar, ia mencoba mengingat-ingat ketika pertama kali ia mengetahui takdirnya ini, “Waktu saya membuka mata untuk pertama kalinya setelah kecelakaan yang saya alami dok, kata mas Hugo dan Sanka saya mengalami kecelakaan tertabrak mobil.”

“Baik, tadi saya membaca laporan hasil rekap medis kamu sebelum menjadi pasien saya, dan disana tertulis jika kamu sering stress dan emosi kamu tidak stabil Sky, tolong dikurangin ya. Karna itu juga bisa berpengaruh pada kesehatan kamu, jika kesehatan kamu menurut ketika akan melakukan operasi mata saya takut kamu malah drop duluan.”

Sky yang diberitahukan seperti itu hanya diam dan mengangguk patuh. Ia ingin bertanya sesuatu hal tetapi masih enggan, jadi ia urungkan niatnya. Namun sepertinya Jauzan peka terhadap gerak-gerik yang Sky lakukan, karena sejak tadi Sky terus saja meremas tangannya tanda sedang gelisah.

“Ada yang ingin kamu sampaikan Sky?”

Sky yang pikirannya entah dimana ditanya seperti itu jelas langsung gelagapan, “T-tidak dok terimakasih, boleh saya keluar sekarang?”

Mengetahui seperti apa watak dari pasiennya ini, Jauzan sudah bisa menduga kalau Sky ini sedikit keras kepala dan panikan. Maka ia biarkan saja Sky keluar untuk menenangkan dirinya.

“Yasudah jika begitu, hati-hati. Mau saya bantu?”

“Tidak dok terimakasih, saya bisa sendiri.”

Tak lama pintu ruangan terbuka dan menampilkan Sanka yang raut wajahnya terlihat jelas jika dia tengah khawatir.

“Kak mau aku bantu keluarnya?” tawarnya pada Sky yang seperti linglung. Pertanyaan Sanka tidak dijawab oleh Sky, sehingga Sanka simbulkan akan mengantar Sky sampai luar terlebih dahulu.

“Sanka, setelah mengantar Sky keluar kamu tolong temui saya lagi ya?”

“Baik, dok.”

Lima menit kemudian Sanka kembali lagi ke ruangan Jauzan, sesuai apa yang dokter itu amanahkan padanya. Tanpa banyak basa-basi lagi, Jauzan berikan seluruh atensinya kepada Sanka yang terlihat sudah siap mendengarkan penjelasannya.

“Jadi, bagaimana dok keadaan kakak saya?”

Terlihat Jauzan yang sedikit menghela nafas, “Setelah saya bertanya dan mendengarkan langsung dari mulut Sky, sepertinya kecelakaan yang terjadi tujuh tahun lalu membuat penglihatan Sky semakin memburuk. Tapi kamu tenang saja, saya akan jadwalkan terapi mata untuk Sky mulai besok.”

Sanka terlihat menahan tangis ketika mendengar keadaan Sky yang ternyata tidak ada kemajuan.

“Saat tabrakan itu sepertinya Sky mengalami cedera pada kepalanya sehingga menimbulkan berbagai komplikasi, salah satunya kehilangan penglihatan. Tadi saya periksa kondisi matanya, saraf yang berperan dalam proses penglihatan ikut mengalami cedera, ini terjadi pada komponen mata bagian retina ataupun kornea.”

Sanka dengan khusyu mendengar dan memperhatikan laporan yang ditulis Jauzan tadi, tidak lupa Jauzan mengeluarkan hasil test sinar X-ray pada kedua mata Sky dan juga kepalanya.

“Dok, apa ada kemungkinan kak Sky bisa melihat lagi?”

“Sepertinya masih bisa Sanka, tapi kembali lagi. Jika kita ingin mengetahui apakah mata Sky bisa normal kembali itu tergantung pada komponen apa yang mengalami kerusakan.” ujar Jauzan sambil terus menerangkan apa yang ia tau.

“Apakah dokter bisa carikan donor mata untuk kakak saya?”

“Bisa, mas Hugo juga sudah berpesan pada saya untuk carikan Sky donor mata. Jika nanti ada, saya akan segera informasikan pada kamu dan juga mas Hugo.”

“Baik dok jika begitu.”

“Sanka, ketika Sky membuka mata setelah kecelakaan itu dia langsung bisa mengenali kalian semua?” ujar Jauzan kepada Sanka yang terlihat sedikit menghela nafas.

“Kak Sky hilang ingatan dok, pada saat pertama kali membuka mata kak Sky langsung histeris karena dia gak bisa lihat, dan juga dia gak bisa ngenalin kita semua.”

“Apa sudah dicoba diajak atau diberikan sesuatu atau hal yang bisa membuat Sky ingat kembali masa lalunya? seperti di ajak ke sebuah tempat yang berkesan untuknya?” cecar Jauzan lagi.

“Sudah dok, tapi tetap saja kak Sky masih tidak mengenal dirinya yang sebelumnya. Mas Hugo udah pasrah dan hampir nyerah, sejujurnya tujuan kami pindah dan tinggal kembali disini itu untuk kesembuhan kak Sky juga. Mas Hugo ada harapan kak Sky bisa inget lagi kalo di ajak ke tempat yang ada ditempat dia lahir.”

“Sky mengalami Amnesia pasca trauma terlalu lama Sanka, tujuh tahun seharusnya ada perkembangan.” ujar Jauzan yang membuat Sanka menatap cemas padanya.

“Sky juga pernah mengalami koma selama tiga bulan kan? benturan yang di alami Sky cukup parah, mungkin itu juga yang membuat Sky lama untuk mengingat masa lalunya.” lanjut Jauzan sambil menunjuk salah satu bagian kepala Sky yang terlihat terluka dalam hasil pemeriksaan sinar X-ray yang ia dapat dari rekap medis Sky sebelumnya.

Jauzan terdiam beberapa menit sebelum dia menepuk pundak Sanka untuk menyemangati dan menguatkan.

“Saya harap kamu temani Sky terus ya Sanka, saya yakin adanya orang seperti kamu disisi Sky bisa buat dia kuat dan percaya kalo dia bisa sembuh.”

“Baik dok, kalau begitu saya keluar ya dok. Kasihan kak Sky, takutnya mencari saya karena ditinggal terlalu lama.”

“Baik Sanka, hati-hati ya. Tolong buat Sky untuk tidak terlalu memforsir tubuhnya, karena itu juga bisa berdampak pada kesehatannya.”

“Baik, dok.”

Tepat ketika Sanka keluar dari ruangan dokter Jauzan, Sanka bisa melihat Sky yang tengah kesusahan mengambil tongkatnya yang terjatuh ke lantai rumah sakit. Sanka rasakan sakit ketika ia melihat bagaimana Sky berjuang sekuat tenaga hingga merangkak dilantai untuk menggapai tongkat miliknya.

Setetes air mata jatuh begitu saja ketika Sanka bisa lihat binar bahagia milik Sky karena berhasil menggapai tongkatnya.

“Kakak....”

“Eh, kamu kok keluar aku gak denger suara pintu kebuka?”

“Hehe....yaudah kita pulang yuk kak?” ajak Sanka.

Sky yang sekarang sudah berhasil berdiri pun hanya mengangguk dab menangkap uluran tangan milik Sanka.

Keduanya berjalan beriringan untuk sampai ke luar rumah sakit, Sanka memesan taxi untuk mengantar mereka pulang, tanpa sadar sepasang mata sejak tadi terus saja mengekori mereka berdua.

-Snelli : jas dokter berwarna putih.

-Stetoskop : alat yang digunakan para tenaga medis untuk mendengarkan suara organ di dalam tubuh, seperti denyut jantung, nadi, organ pencernaan, dan paru-paru.

-Sinar X-ray : jenis radiasi gelombang elektromagnetik yamg menciptakan gambar bagian dalam tubuh bernuansa hitam dan putih.

-Amnesia pasca trauma : kondisi dimana seseorang kehilangan ingatan akibat cedera kepala yang tergolong parah. Salah satunya adalah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan cedera di daerah kepala.

-Koma : tidak sadar dalam waktu panjang yang disebabkan oleh penyakit atau cedera.


written by, ©vivi.