i swear i'll never leave again
bxb — jayhoon, hurt, mcd, fantasy, tw // slight mention of blood, inspired by legend of the blue sea, if this au making you uncomfortable, then leave it.
3873 word, bacanya pelan-pelan aja ya, happy reading
yunani, april 2024
seingat jongseong, tadi ia masih asyik dengan kegiatannya mengendarai speedboat yang ia sewa bersama dengan temannya tadi. seingatnya, ia masih tertawa lepas sambil memandang luasnya lautan yang ia belah dengan speedboat yang ia kendarai. mencoba melawan traumanya sejak kecil terhadap air, dan ini mungkin berhasil.
seingat jongseong, tadi ia masih bisa menantang nyalinya untuk mengendarai speedboat yang ia kendarai menjauhi pembatas yang seharusnya ia patuhi. seingatnya ia masih tertawa lepas ketika menyaksikan wajah sahabatnya yang menegang karena dirinya lalai untuk keselamatan dirinya sendiri.
jongseong tidak peduli dengan sekitar, bahkan tidak menyadari sebuah gulungan ombak tinggi datang dan menerjang dirinya hingga terjatuh dari speedboat dan tenggelam dalam air. seingatnya ia tadi kehabisan nafas dan hampir mati karena kekurangan oksigen.
namun, mengapa ia masih bisa membuka mata dan malah sudah ada di tepi pantai, tertidur pada pasir pantai putih. ketika jongseong membuka mata, ia langsung disambut oleh sinar matahari yang sudah tidak terlihat. gelap, sekelilingnya gelap karena hari sudah malam.
pertanyaannya adalah, siapa yang menolongnya?
siapa yang membawanya kemari?
siapa?
segala macam pertanyaan yang ada di otaknya buyar ketika sosok lain ternyata tengah tengkurap disebelahnya, dengan sebuah ekor berwarna biru terang yang bisa dibilang mirip dengan ekor ikan itu tengah menatapnya.
yang mana membuat kedua bola mata jongseong melebar untuk sesaat.
“lo ini makhluk apa?” selontar pertanyaan mencuat karena kebingungan.
sosok itu hanya diam sambil mengedipkan kedua matanya, lucu. jongseong bangkit untuk duduk dan memperhatikan sosok cantik dihadapannya.
“apa ada pertunjukan atau semacamnya? kenapa lo pake kostum mermaid kaya gitu?”
tak ada lagi jawaban. sosok itu tetap diam sambil menatap kedua netra legam milik jongseong dengan kedua mata bulat yang berhiaskan bintang, bahkan jongseong bisa melihat bayangan dirinya pada kedua netra bulat itu.
“lo ini apa sebenarnya?”
“aku merman.” akhirnya.
jongseong terdiam sejenak sambil kembali meneliti sosok dihadapannya. wajah putih bersih bak porselen, hidung mancung, mata bulat indah, tiga titik hitam kecil yang menghiasi wajah, serta bibir merah alami yang terlihat manis diwajahnya.
jongseong menatap sosok didepannya dengan wajahnya yang datar dan dingin.
“lo jangan ngarang! itu cuman dongeng. merman atau mermaid itu cuman ada di buku dongeng yang diceritain ibu ke anaknya.”
sosok didepannya merengut sebal, seperti menahan marah yang jatuhnya terlihat semakin menggemaskan. sementara jongseong memalingkan wajahnya ke sekitar, malas berurusan dengan makhluk yang ada didepannya.
ekor berwarna biru yang dilengkapi oleh sisik itu terangkat ke udara, bersiap mencipratkan air laut asin pada wajah jongseong yang kini malah semakin terlihat menyebalkan.
ctas
“lo ini kenapa? lo gila?”
“kamu yang gila! merman dan mermaid itu ada, aku buktinya!”
“hei, jangan mengada-ada. pasti ini hanya cuman kostum yang lo sewa pake uang jajan lo!”
kedua tangan jongseong terulur untuk menyentuh ekor yang dikiranya sebuah kostum. mulanya jongseong terlihat santai, tapi ketika tangannya menyentuh ekor yang bertekstur mirip seperti daging dan bersisik, matanya membulat. namun dengan cepat jongseong merubah ekspresi wajahnya dengan cepat.
“oke, gue percaya.”
“aku sudah bilang tadi, dan kau tidak percaya. harusnya kau berterimakasih padaku karena sudah menggusurmu ke pulai ini, jika tidak kau bisa mati!”
“terima kasih.”
“iya.”
“nama gue jongseong, lo?”
“sunghoon.”
jongseong tampak ingin melayangkan sebuah pertanyaan lagi, namun bibirnya ia katupkan kembali ketika sosok bernama sunghoon ini terlihat enggan membuka obrolan lagi dengannya.
“jongseong,” panggilan dengan suara lembut itu, membuat jongseong menoleh dengan cepat.
jongseong menaikan alisnya, “apa?”
“boleh aku ikut denganmu?” sunghoon mengangguk dengan cepat, terlihat di kedua bola matanya ada sebuah harapan.
“maksud lo mau tinggal di rumah gue? didarat?”
“iya.”
“ekor lo gimana?”
sunghoon tersenyum hingga menampilkan deretan gigi putihnya. dengan cepat ia meringsut lebih jauh ke daratan, bersebelahan dengan jongseong yang dari tadi sudah lebih dulu pindah di bawah pepohonan.
sunghoon menggenggam sebuah kalung dengan liontin mutiara putih yang ia pakai, jongseong baru sadar jika sunghoon memakai kalung. saat usapan ke tiga, sebuah cahaya putih langsung menyinari tubuh duyung sunghoon. membuat jongseong memejamkan kedua matanya.
dirasa cahaya itu sudah hilang, jongseong membuka kedua matanya. betapa terkejutnya ia ketika melihat ekor biru milik sunghoon kini berubah menjadi sepasang kaki manusia.
namun yang membuat ia semakin terkejut adalah, tubuh sunghoon yang tidak memakai sehelai benang apapun. dengan cengiran lebar, sunghoon meringsut untuk mendekat ke arah jongseong yang masih melotot.
“bagaimana? aku boleh ikut kan, aku sudah punya kaki!”
“LO GILA? LO GAK PAKAI BAJU, SUNGHOON!” jongseong langsung menutup kedua matanya dengan tangan, wajahnya memerah. ia tidak habis pikir dengan duyung dihadapannya ini.
“aku tidak punya baju.”
“ini, pake kemeja gue aja! itu harusnya cukup buat nutupin badan lo sampai paha.” jongseong menyerahkan kemeja putih over size miliknya pada sunghoon, masih dengan mata yang masih tertutup.
“terimakasih, jongseong.”
jongseong membawa sunghoon ke apartemen miliknya. dengan susah payah ia menyewa beberapa mobil yang ternyata memang disewakan, dengan susah payah juga ia menjaga tubuh sunghoon agar tidak terekspos, karena duyung ini tidak diam ketika menginjak daratan.
“wah, ini rumahmu?” tanya sunghoon sambil melirik kanan kininya, melihat ruangan yang terasa begitu indah baginya.
“hm dan lo jangan buat rumah gue sampe berantakan.”
jongseong melirik sunghoon yang sudah duduk manis di atas sofa, dan oh ayolah dia juga laki-laki. ia tidak tahan melihat kaki jenjang sunghoon yang terekspos sampai paha.
“cepet pulang! gue gak mau nampung orang asing kaya lo lama- lama.” lanjutnya. membuat sunghoon mendelik sebal.
“iya, aku sudah berjanji hanya akan tinggal seminggu disini.”
“pake bahasa sehari-hari aja bisa gak sih, baku amat lo.”
namun sunghoon tidak menjawab, ia hanya menatap jongseong dengan kepala yang miring. seperti anak anjing yang menunggu majikan menjelaskan sesuatu padanya.
jongseong mendecak. antara gemas dan juga lelah.
“gue mau tidur, terserah lo mau ngapain. dan kalo lo mau nyari informasi tentang cara hidup manusia, cari benda pipih yang ada di atas meja sana,” jongseong menunjuk sebuah meja berwarna abu-abu gelap yang diatasnya ada sebuah tablet miliknya.
“benda gepeng itu, lo bisa pake buat nyari informasi buat adaptasi.”
dirasa tidak ada pertanyaan yang keluar dari bibir sunghoon membuat berjalan untuk membawa dirinya masuk ke kamar tidur, ia ingin merebahkan badannya. masa bodoh jika temannya mencari dirinya di laut, ia lelah.
tapi saat dirinya hendak memejamkan mata. sebuah tangan yang dingin menekan-nekan tangannya pelan. ketika jongseong membuka mata, ternyata itu adalah sunghoon yang dimana kini tengah memeluk tabletnya dengan wajah polos yang terlihat kebingungan.
“jongseong, ini gimana makenya? sunghoon gak tau.”
lucu. sangat lucu.
“sini, gue ajarin. tapi setelah ini biarin gue tidur, oke?”
sunghoon dengan cepat mengangguk, lalu mendekat ke arah jongseong yang kini sudah duduk di atas kasur dan melambaikan tangan, menyuruhnya untuk mendekat.
“jangan disitu duduknya, didepan gue aja. sini!”
maka sunghoon hanya menurut, mendudukan dirinya di depan jongseong yang kakinya kini berada pada sisi kanan dan kiri tubuhnya. jika orang lain melihat sekilas, jongseong seperti sedang memeluk sunghoon dari belakang dengan tangannya yang memegang tablet.
“jadi ini tuh namanya tablet, benda ini kaya bisa ngasih lo semua informasi yang pingin lo tau. contohnya nyari data ibu lo,”
“oh kaya lumba-lumba ya?” sela sunghoon cepat, membuat kedua alis jongseong terangkat.
“lumba-lumba?” satu alis jongseong terangkat.
“iya, soalnya kalo sunghoon pengen tau soal darat. lumba-lumba bakalan kasih tau ada apa aja disana.”
“lo temenan sama lumba-lumba?”
“iya.”
jongseong tampak tersenyum tipis ketika sunghoon mengangguk lucu. wajah polosnya menambah kesan lucu pada dirinya, jongseong sampai lupa ia akan menjelaskan kegunaan tablet jika saja sunghoon tidak menyadarkan dirinya dari lamunan.
“jongseong, jadi ini apa?”
“oh iya jadi ini....” maka jongseong putuskan untuk malam ini ia akan mengajari sunghoon segala hal yang ada didaratan, yang pastinya hal yang tidak sunghoon ketahui.
tampak dari kedua wajahnya yang sumringah dan matanya yang berbinar ketika jongseong mengenalkan dan menjelaskan segala hal baru untuknya. sunghoon terus bertanya ini dan itu disetiap kesempatan.
contohnya ketika ia melihat sebuah televisi berukuran besar di ruang keluarga milik apartemen jongseong.
“jongseong itu apa?”
“yang mana?” tanya jongseong dengan sabar karena jujur saja ia sudah sangat mengantuk, apalagi ditambah badannya yang terasa remuk.
“itu yang kaya tablet, tapi lebih besar. namanya apa itu?”
“namanya televisi, lo bisa nonton disitu. mau?”
dengan semangat sunghoon kembali mengangguk, dan berjalan mendekat ke arah sofa yang ada diruangan itu juga. jongseong terkekeh entah keberapa kalinya.
tangannya bergerak menyalakan televisi yang tadinya berlayar hitam dan kini sudah menyala dan menampilkan sebuah kartun, dengan tokohnya yang berwarna kuning dan juga ada tokoh lainnya berbentuk bintang laut berwarna pink.
“ini jongseong udah ini! sunghoon mau liat ini.” ucap sunghoon cepat sambil menggoyang-goyangkan tangan jongseong yang memegang remote tv.
jongseong memperbesar volume televisi agar sunghoon bisa mendengar lebih jelas, lalu dirinya berjalan untuk duduk bersama dengan sunghoon di sofa. ia melihat sunghoon yang sudah anteng dengan televisinya.
ia tersenyum manis. tangannya terangkat untuk mengusap puncak kepala sunghoon lembut, ia membawa kepalanya untuk bersandar pada sandaran sofa. berniat untuk tidur disini saja, berjaga-jaga jika sunghoon membutuhkan sesuatu.
maka begitulah malam jongseong hari ini. ditemani dengan orang asing yang entah kenapa membuat dirinya merasa nyaman dan tidak kesepian lagi seperti biasa.
“nanti langsung tidur, sunghoon-ie.”
“iya jongseong.”
niatnya yang hanya menginap seminggu lamanya untuk mengetahui bagaimana rasanya hidup di daratan membuat lupa dan malah menginap sebulan.
saat teringat ucapan jongseong agar tidak terlalu lama mengungsi di rumahnya sunghoon segera membereskan barang apa saja yang bisa ia bawa ke laut. ia akan pulang besok.
hari ini adalah hari terakhirnya di daratan, selama satu bulan pula hubungannya dengan jongseong berjalan lancar dan semakin membuat mereka semakin dekat satu sama lain.
saat ia hendak mengemas sebuah kalung yang diberikan jongseong padanya, ada tangan yang menahan pergerakan tangannya.
saat menoleh, sunghoon melihat jongseong yang menatapnya sendu.
“gak mau tinggal disini aja? sama aku?”
sunghoon menggeleng “kan kata kamu suruh pulang cepet-cepet, padahal aku niatnya cuman seminggu aja. tapi malah sebulan jadinya, maaf ya.” cicit sunghoon pelan.
bahasa yang ia gunakan sudah berubah, aku—kamu menjadi sebuah panggilan untuk satu sama lain. satu bulan bukan waktu yang lama bagi jongseong untuk jatuh pada sosok seorang sunghoon, ia jatuh sedalam-dalamnya ketika melihat aura sunghoon yang memikatnya.
“tuh kan! diulang lagi, padahal aku waktu itu kan belum kenal kamu terlalu lama, sayang. jadi aku asal ceplos aja waktu itu!” rengek jongseong, manja seperti bayi. bayi besar lebih tepatnya.
sunghoon terkekeh geli ketika melihat sifat jongseong yang tadinya ketus manjadi berubah seratus delapan puluh derajat.
“boleh aku tinggal sama kamu?”
jongseong mengangguk semangat “boleh, boleh banget!”
“kalo lama gapapa tapi?”
“seumur hidup juga bakalan aku tampung kamu disini, sayang.”
maka sunghoon hanya menanggapi dengan terkekeh dan mengelus rahang tegas jongseong dengan tangan kanannya. mengelus sayang lelaki yang membuatnya merasakan hal-hal yang bahagia, yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
berbulan-bulan sudah sunghoon jalani sebagai kekasih dari seorang park jongseong— pewaris tunggal dari J Crop.
perusahaan besar yang masuk pada salah satu list perusahaan sukses dalam dunia bisnis. sejujurnya jongseong enggan untuk memimpin sebuah perusahaan diumurnya yang masih terbilang cukup muda.
dua puluh tahun, di umurnya yang masih segini jongseong sudah dibebankan oleh sebuah tanggung jawab yang berat. kepergian sang ayah membuatnya terpaksa untuk mau tak mau mengambil alih jabatan seorang CEO, dan bergelut dengan berbagai macam berkas yang membuatnya pusing.
ia juga harus beradu mulut dengan om-nya yang ternyata mengincar harta milik sang papah, itu menjadi alasan utama jongseong akhirnya setuju untuk mengambil alih perusahaan ayahnya.
awalnya jongseong merasa sedikit kewalahan akan segala hal baru yang harus ia kerjakan. namun, seiring berjalannya waktu ia bisa beradaptasi.
jongseong benci ketika dirinya harus sendirian, setiap malam ia harus menelan kenyataan pahit karena hidupnya selalu dalam keadaan sepi. ia butuh teman untuk berbagi keluh kesah, ya walaupun ia memiliki teman bernama heeseung, tapi tetap saja ia butuh teman yang lebih dari seorang teman.
dan dengan datangnya sunghoon dalam hidupnya membuat jongseong merasa tidak sendirian dan kesepian lagi.
jongseong menatap wajah damai sunghoon yang masih terlelap disampingnya. wajah cantik yang selalu saja menjadi yang pertama ia lihat ketika bangun tidur.
tangannya yang bebas terangkat untuk merapikan rambut poni sunghoon yang turun dan mungkin saja bisa nencolok ke matanya, jongseong tersenyum ketika melihat pergerakan sunghoon yang sepertinya akan bangun.
kedua mata bulat itu terbuka pelan, dan yang pertama sunghoon lihat adalah wajah tampan jongseong yang tersenyum kepadanya.
“hawow” ucap sunghoon sambil menahan untuk menguap.
sunghoon terkekeh geli, “buka dulu matanya sayang. baru sapa akunya!” jelas jongseong sambil mengelus pipi gembil milik kekasihnya itu.
“good morning, jongseong.”
“morning sayang.”
jongseong mengecup bibir sunghoon dengan singkat, dan sunghoon membalasnya dengan mengecup bibir jongseong singkat juga. sebuah ritual ketika pagi hari menjelang.
“kamu mau berangkat sekarang?” tanya sunghoon sambil bersiap untuk bangun dari acara gelendotannya pada tangan jongseong.
“iya sayang. aku harus meeting lagi sama client, gapapa kan aku tinggal lagi?” tanya jongseong dengan wajah menyesalnya.
“it's okay, aku gapapa kok sendirian lagi.”
“maaf sayang, janji deh besok-besoknya aku bakalan sama kamu terus. kita jalan-jalan ya?” tanya jongseong sambil mengusap kepala sunghoon sayang, dan dibalas anggukan lucu oleh sunghoon.
“yaudah ayo kita sarapan, aku mau bikinin kamu menu baru.”
“wih udah pinter masak ya sekarang pacarnya jongseong?”
“iya dong!” balas sunghoon bangga.
jongseong hanya terkekeh dan berjalan mendekat ke arah sunghoon yang sudah siap keluar dari kamar. jongseong tanpa aba-aba mengangkat sunghoon dan menggendongnya, membuat sunghoon memekik terkejut.
“ih jongseong mah, kebiasaan!”
jongseong hanya terkekeh dan mencium pipi kanan sunghoon dengan cepat. menimbulkan adanya semburan kemerahan pada pipi sang kekasih.
“aw, you're blushing like a rose” ledek jongseong.
“DIEM!”
setelah selesai dengan acara sarapan pagi mereka, kini sunghoon tengah mengantar jongseong menuju parkiran apartemen mereka.
ia mengecup pipi kiri jongseong sebelum kekasihnya itu pergi untuk bekerja kembali, seperti hari-hari sebelumnya.
“kamu beneran gapapa aku tinggal sendiri, sayang?”
jongseong tambah terlihat enggan untuk meninggalkan sunghoon sendiri. entah kenapa hatinya tidak tenang untuk meninggalkan sang pujaan hati sendirian.
“gapapa ih, aku udah gede!”
“bukan masalah itu sayang, aku cuman khawatir.”
“aku tahu jongseong, gapapa aku ditinggal sendirian.”
maka dengan berat hati jongseong mengangguk dan mencium kening sunghoon lumayan lama dan berlanjut mencium kedua pipi gembil milik kekasihnya dan berakhir dengan sebuah ciuman singkat.
“aku pergi ya?”
“nanti pintunya kunci!”
“iya.”
“jangan bukain pintu buat siapapun kalo aku belum pulang!”
“iya.” balas sunghoon lagi dengan sabar.
“pokoknya jangan—”
“iya sayang iya aku ngerti astaga, kamu mah ini nanti telat sayang!”
“i can stay, if you want.“
“no, udah ih aku gapapa jongseong!”
“yaudah. aku berangkat ya?”
jongseong hanya terkekeh ketika melihat sunghoon yang mengehela nafas karena dirinya yang gak kunjung berangkat, iamencuri satu kecupan lagi pada pipi sunghoon lalu berlari menjauh, jaga-jaga kalau sunghoon mengamuk.
“dasar, mesum.” desis sunghoon sebal.
sunghoon saat ini sedang mencuci piring kotor bekas mereka sarapan tadi, sambil menyetel sebuah lagu dari smartphone yang dibelikan jongseong dua bulan lalu untuk dirinya.
namun, ketika ia tengah asyik dengan kegiatannya. ia mendengar suara bel yang ditekan, awalnya sunghoon hanya mengabaikan karena teringat ucapan jongseong pagi tadi sebelum kekasihnya itu berangkat bekerja.
namun, suara bel itu semakin menjadi seiring dengan ia yang semakin menulikan pendengarannya. maka dengan sedikit kesal dibuatnya, sunghoon berjalan ke arah pintu dan hendak membukanya.
“siapa sih ngeselin amat! iya sabar.” teriaknya kesal.
saat sunghoon selesai membuka pintu, ia tidak melihat siapapun disana. ketika hendak menutupnya, sebuah tangan yang berbalut sarung tangan hitam kini membekap mulut dan hidungnya dengan sebuah kain yang sunghoon yakin dicampur dengan alkohol, karena setelahnya ia tidak sadarkan diri.
jauh disana, jongseong tidak bisa fokus dengan kegiatannya. ia terus merasakan bahwa ada yang tidak beres, maka dengan berat hati ia harus meninggalkan client yang untungnya mengizinkan ia untuk pergi.
“astaga sunghoon, kenapa gak bisa dihubungin sih?”
jongseong memacu kecepatan mobilnya dalam kecepatan tinggi, entah kenapa ia yakin sesuatu sedang mengincar sunghoon. ia takut seseorang mengetahui identitas asli sunghoon dan malah menyakitinya.
“anjing!” jongseong mendecak kesal ketika mendapati bahwa suara operator yang kembali menjawab panggilannya.
maka dengan tidak sabaran, jongseong menancap gas mobilnya kembali. membawa dirinya membelah jalanan kota yunani di siang hari begini.
di apartemen jongseong, sunghoon membuka matanya dan langsung merasakan kepalanya berputar dan berdenyut nyeri. ketika ia mengedarkan pandangan, ia bisa melihat seorang pria berumur tiga puluhan tengah menatapnya sambil tersenyum.
“akhirnya si duyung cantik bangun juga.”
“siapa kau?” tanya sunghoon waspada.
lelaki itu berjalan mendekat dan tertawa, sunghoon yang hendak berdiri baru tersadar jika kalung yang ia pakai untuk menjadi manusia kini tidak ada. kakinya sudah berubah menjadi ekor kembali, sunghoon mulai ketakutan.
identitas yang dengan sangat amat ia sembunyikan kini terbongkar juga.
“kau ingin apa?”
“aku ingin kau mati.” sunghoon melotot sejadi-jadinya, ia berusaha untuk menjauh dari lelaki yang ada dihadapannya ini.
ketika lelaki itu tertawa dan kini sudah tidak fokus padanya lagi, sunghoon mengambil pisau yang ada di keranjang buah yang ada disampingnya. ketika ia akan menyerang lelaki itu dengan pisau, lelaki itu sudah mencengkram tangannya kuat.
“jangan coba-coba mau melawanku duyung sialan!”
“LEPASKAN AKU BRENGSEK!” teriak sunghoon keras yang membuat lelaki itu naik pitam dan melayangkan tamparan keras untuk sunghoon.
plak
“diam jika tidak ingin aku habisi!”
namun yang namanya seorang park sunghoon adalah duyung yang keras kepala. ia terus saja mencoba melawan lelaki itu dan malah menghasilkan luka pada ekornya karena pisau yang diayunkan padanya.
“aww,,,,hiks” sunghoon menitikan air matanya yang kini berubah menjadi sebuah mutiara putih yang indah.
om jongseong yang melihat itu pun menyeringai dan terkekeh pelan. ia menangkup wajah sunghoon untuk ia arahkan padanya.
“jika tidak ingin mati, maka turuti perintahku. menangislah yang banyak agar menjadi mutiara dan membuatku kaya!” titahnya.
sunghoon menggeleng kuat, “aku tidak sudi!” bantahnya yang membuat lelaki itu menyayat ekornya lagi.
sunghoon berteriak keras karena sayatan yang kali ini lebih dalam dan membuat ekornya mengeluarkan darah yang sangat banyak.
“baiklah jika itu maumu! siksa dia!” perintahnya pada seseorang.
tak lama sekitar sepuluh orang laki-laki berpakaian hitam yang persis membekap sunghoon tadi kini sudah berkumpul mengerumuni sunghoon yang meringkuk dilantai.
sunghoon yang mengenal pria itu adalah pamannya jongseong, kini mulai berteriak tak terima.
“benar kata jongseong, kau memang seekor iblis!”
yang mana perkataan itu membuat seorang park jonjae naik pitam. ia berjalan dengan cepat ke arah sunghoon dan melayangkan sebuah tamparan di pipi sunghoon sebanyak lima kali.
“aaaaah, sakit, ampun. hiks jangan sakiti aku!” sunghoon bersumpah ini lebih menyakitkan dari pada dihukum oleh ayahnya ketika ia melanggar perjanjian laut.
“bedebah sialan, duyung sialan! seharusnya kau menurut saja padaku dan tidak udah melawan!”
plak
park junjae meraih pisau yang sudah tergelak dilantai, tepat di depan sunghoon. ia mengangkatnya dan mengarahkan pisau itu tepat pada ekor sunghoon bagian paling bawah, seolah tau apa yang akan dilakukan oleh paman jongseong, sunghoon ketakutan.
“aku mohon, ampuni aku. jangan potong ekorku!”
namun naas, junjae tidak mendengarkan permohonan sunghoon. dengan teganya ia memotong ekor sunghoon hingga terbagi menjadi dua, suara teriakan sunghoon menggema diseluruh menjuru apartemen. darah segar langsung mengucur ketika ekor itu berhasil terbagi menjadi dua.
dan saat yang sama pula pintu apartemen milik jongseong terbuka dengan kencang dan membuat suara bantingan yang membuat junjae tersenyum karena menyadari keberadaan keponakannya.
“JUNJAE SIALAN! JANGAN KAU BERANI MENYENTUH SUNGHOON!” teriak jongseong, ia hendak menghajar pamannya itu.
namun, dua orang berpakaian hitam menghentikannya. tubuhnya seolah dikunci dan dibawa pada salah satu tihang yang ada di apartemen jongseong. mereka mengikatnya disana.
“selamat siang keponakanku sayang, oh lihat apa yang sudah aku perbuat pada duyung mu yang cantik ini.” ucapnya sambil mengelus ekor sunghoon yang sudah terpotong.
“sebuah mahakarya yang indah bukan?”
“JANGAN KAU SENTUH DIA LAGI BAJINGAN!”
jongseong menangis melihat sunghoon yang sudah terkulai lemas dengan wajah yang semakin memucat. namun seolah belum sampai situ saja, jongseong melihat pamannya mengayunkan pisau itu ke arah perut sunghoon.
dan ya, sunghoon terluka kembali dan mengeluarkan darah segar di bagian perut juga mulutnya.
“SUNGHOON,,,,sayaaangg!” jongseong terisak.
hancur dan marah. jongseong berusaha melepaskan dirinya dari tali yang mengikatnya, ia melihat pamannya itu tengah menjilati darah sunghoon yang mengalir dari pisau. sudah kepalang emosi, jongseong akhirnya bisa lepas dari ikatan yang membelenggunya.
junjae yang tidak tahu jika keponakannya itu berhasil lolos kini sudah terjerembab di lantai. tubuhnya mendapat pukulan bertubi-tubi dari jongseong yang kini sudah kesetanan, ia membabi buta junjae seolah ia adalah anjing pengganggu.
“BAJINGAN, SIALAN KAU JUNJAE!”
junjae mengisyaratkan para pesuruhnya untuk mengangkat sunghoon dan melemparnya pada kolam renang.
byur
junjae tau kelemahan jongseong, yaitu air dalam yang tenang. jongseong trauma dengan hal itu.
junjae tertawa, “kenapa kau hanya diam saja jongseong? tolong dia! kenapa? kau tidak bisa?”
tangan jongseong terkepal kuat ketika melihat sunghoon yang pucat kini tenggelam dengan air kolam yang perlahan menjadi merah. ia takut, namun ia juga lebih takut jika sunghoon meninggalkan dirinya.
maka dengan sisa tenaga dan keyakinannya, jongseong berlari mendekat ke arah kolam dan melompat ke dalamnya untuk menyelamatkan sunghoon. jongseong melawan traumanya untuk bisa menyelamatkan sang pujaan hati.
jongseong terus berenang ketika ia melihat tubuh sunghoon semakin tenggelam, ia mencoba menggapai tangan sunghoon. sementara sunghoon yang matanya masih terbuka, kini tersenyum manis ketika melihat jongseong akhirnya berani melawan traumanya.
jongseong bersusah payah untuk tidak panik dan terus menggerakan kakinya untuk mempercepat dirinya sampai pada sunghoon, dan hap— ia berhasil mencapai tangan sunghoon dan menariknya.
jongseong membawa tubuh mereka berdua untuk sampai ke atas permukaan. maka dengan cepat jongseong mengangkat tubuh sunghoon untuk dibawa ke tempat kering.
bertepatan dengan itu, ia bisa melihat heeseung yang datang dengan pasukannya. heeseung menembak junjae tepat di dada dan seluruh pasukannya juga. heeseung berlari ketika ia menyadari jongseong yang kesusahan untuk mengangkat tubuh sunghoon untuk dibawa ke atas.
“sini, gue bantu!” tawar heeseung.
maka dengan anggukan cepat jongseong berikan, ia memberikan tubuh sunghoon yang penuh luka pada heeseung untuk di angkat ke atas, barulah dirinya yang naik ke permukaan.
jongseong terduduk didepan sunghoon yang ditidurkan, ia bawa kepala sunghoon untuk tidur dipahanya. ia genggam tangan dingin sunghoon untuk ia cium, dan ia berikan gosokan untuk menyalurkan kehangantan.
sunghoon membuka matanya yang langsung melihat jongseong yang sedang menangis, sunghoon tersenyum kecil dan berusaha mengangkat tangannya untuk mengusap pipi jongseong sayang.
“hei,” sapanya.
“aku gapapa jongseong, jangan nangis!” bukannya berhenti, jongseong malah semakin terisak.
“sakit banget ya sayang?” jongseong mengelus sayang pipi sunghoon yang biasanya merah merona alami, kini berubah menjadi pucat pasi.
sunghoon menggeleng. “can you keep holding my hand, please?“
jongseong mengangguk, “sure.”
“k-kamu m-mau janji sama aku? satu hal aja, gak usah banyak-banyak.” dan disanggupi jongseong.
“kamu bahagia gak?”
jeda lama untuk jongseong bisa menjawab, “iya, aku bahagia.”
sunghoon tersenyum, “janji ya sama aku. kamu harus bahagia terus?”
“iya.”
“*stay with me. don't close your eyes.” jongseong mencoba menyadarkan sunghoon yang hendak menutup mata.
“i'm so tired, jongseong...“
jongseong menggeleng, ia tidak berhenti mengeluarkan air mata.
sunghoon tersenyum, “a-aku, sayang kamu jongseong.” sunghoon menitikan air matanya, air mata bahagia yang berubah menjadi mutiara berwarna merah muda.
jongseong mati-matian menahan isakannya agar tidak terdengar. namun ketika ia bersiap menjawab pertanyaan sunghoon, ia dibuat jantungan ketika sunghoon memejamkan matanya lagi.
“SUNGHOON! SAYANG...”
”.....JANGAN TINGGALIN AKU, HIKS.”
maka dilangit malam yang dipenuhi oleh bintang dan bulan yang bersinar terang, sunghoon menghembuskan nafas terakhirnya. ia meninggalkan jongseong dengan segala rasa sakit yang dideritanya.
ia meninggalkan jongseong sendirian.
heeseung yang melihat kejadian itu hanya diam dan menahan tangisnya. ia tidak tega melihat sahabatnya, bagaimanapun jongseong berhak bahagia.
jongseong yang terlihat kuat dan tegar kini malah terlihat semakin rapuh ketika raganya hilang.
jongseong kehilangan setengah jiwa, dan raganya.
“aku juga sayang kamu, sunghoon.”
jauh sebelum ia memejamkan matanya, sunghoon sempat berbisik dan memohon. ia ingin dipertemukan jongseong lagi dikehidupan yang akan datang, semoga permohonan nya didengar.
16042022. ©vivi.