Sejak tadi Langit tidak bisa diam, ia terus mengetuk-ngetukan jarinya pada meja dihaapannya. Cemas dan takut menjadi satu, ia cemas pada Bintang dan takut jika 'mantan pacarnya' itu dibentak atau diberika kata-kata yang tidak enak didengar dari papahnya.

Tapi semua kekhawatiran itu lenyap begitu saja, bergantikan senyum ketika ia melihat Bintang yang dirangkul oleh papahnya.

“Udah ngobrolnya?” tanya Anggun.

Bintang dan Arjun mengangguk kompak, lalu tersenyum ketika melihat satu sama lain. Langit yang melihatnya menyernyit heran, bagaimana Bintang bisa membuat papahnya yang anti dengan orang baru langsung bisa seakrab itu dengannya?

“Yaudah tante, om. Bintang pamit pulang ya, soalnya urusannya udah beres.”

“Loh buru-buru banget, gak mau ngobrol sama Langit dulu?”

Bintang menggeleng. Ia beralih menyalami tangan kedua orang tua Langit, lalu berpamitan.

“Anterin Bintang ya Al!” titah papahnya.

“Iya pah.”

Maka tanpa tunggu lama, Langit melesat pergi untuk mengejar Bintang. Ia melihat kekasihnya itu tengah berdiri didepan rumahnya dengan memainkan handphone nya. Sepertinya ia akan memesan gojek.

“Biar aku anterin, ya?”

Bintang melirik Langit yang sudah berdiri disampingnya, lantas menggelang. “Gak usah, udah pesen gojek.”

“Sama aku aja, lebih aman. ya?”

Tak lama datanglah gojek yang ditunggu Bintang. ketika ia akan pergi untuk menaiki gojek, tangannya dicekal oleh Langit.

“Gamau sama aku aja dianternya? udah malem, dingin. Kamu gak kuat dingin kan?”

“Gak usah, lagian udah putus.”

Maka Langit bungkam dibuatnya. Ia hanya tersenyum ketika Bintang sudah pergi menjauh.

“Ngambek ternyata.” gumam Langit pelan.