setibanya dipelataran rumah bintang, langit langsung memarkirkan motor sport hitam kesayangannya. ketika helm helm full face itu dibuka, kedua ekor matanya menangkap persensi seseorang yang berdiri di pintu masuk rumah putih megah itu.
langit tersenyum tipis sambil menunduk karena kegiatan melepas sarung tangannya untuk mengendarai motor. sengaja, ia sengaja memperlambat gerakan dan menyita waktu cukup lama untuk membuat si cantiknya kesal menunggu.
“langit, cepetan!” bintang sedikit berteriak ke arah langit yang kini sudah terbahak, puas menggoda pujaan hatinya.
langit mengangguk-angguk kepalanya, berjalan mendekat ke arah bintang yang sudah menunjukan raut masam. langit terkekeh, ketika sudah di hadapan bintang, ia membuka kedua tangannya. bersiap untuk menerima sebuah pelukan hangat dari kekasihnya.
“i miss you, apa kabar sayangnya aku?” bisik langit tepat di telinga kiri bintang.
bintang yang merasa kegelian hanya terkekeh sambil menjawab, “kabar aku baik, kamu jangan gini ih geli ke akunya!”
langit terkekeh kemudian melepas pelukannya pada bintang, ia beralih menatap bintang yang hari ini memakai pakaian berwarna hijau dengan garis-garis yang membuat dirinya terlihat manis. langit memangkas jarak diantara mereka berdua, mengecup kening bintang sedikit lama.
“cantik, cantik banget kamu. aku pingsan nih!”
“lebay, udah masuk yuk? bahannya udah aku siapin tuh di dapur.”
langit mengangguk dan membuntuti langkah bintang yang kini menuntunnya seperti seorang ibu yang tidak ingin anaknya hilang.
mereka berdua sampai di dapur, langit bisa melihat beberapa bahan masakan yang entah itu apa namanya sudah berjejer rapi di atas pantry. saat langit sibuk membaca satu persatu bahan yang ada di sana, bintang dengan apron ditangannya berjalan ke arah langit.
“pake ini dulu, biar bajunya enggak kotor!” maka langit hanya menurut ketika bintang mulai mengalungkan tali apron pada lehernya.
setelah selesai, bintang tersenyum dan mengusak rambut langit gemas, “udah selesai, pinter banget anak aku.” gemasnya.
langit hanya terkekeh dan mendekat ke arah bintang, ia mengecup pipi kanan bintang. “makasih sayang.”
keduanya mulai membuka satu persatu bahan dan mencampurkan semuanya menjadi satu. langit mendapat bagian untuk mengaduk bahan adonan, sementara bintang menuangkan bahan pada wadah yang menjadi tempat semua bahan diadoni.
ketika bagian tepung, bintang tidak sengaja membukanya terlalu kencang di hadapan langit. membuat wajah langit penuh dengan tepung dan menjadi bahan tertawaan oleh bintang.
“ahaha, maaf sayang. aduh muka bayi aku tepung semua, sini-sini aku bersihin dulu ya.”
bintang dengan telaten mengelap muka langit yang penuh dengan tepung menggunakan sapu tangan. langit tidak marah, justru ia malah senang ketika bintang bisa tertawa karenanya.
“selesai deh, mukanya gak ada tepungnya lagi. maaf ya sayang, kelilipan enggak?” tanya bintang sambil mengusap-usap mata langit yang memerah.
“kelilipan sedikit, tapi gapapa sayang.”
keduanya terus mencampur semua adonan, dan kini adalah bagian bintang. mencetak adonan cookies pada loyang. langit tidak tinggal diam, ia bertugas menghias cookies yang sudah bintang cetak, padahal bintang tidak menyuruh langit melakukan itu.
“udah deh, tinggal di panggang!” seru bintang girang.
“nah ini bagian aku aja deh, kamu udah capek kan? istirahat aja.” titah langit yang mengambil alih loyang dari tangan bintang.
awalnya bintang ragu, tapi ketika melihat antusias langit yang memasukan loyang pada oven membuatnya mengangguk dan mengiyakan langit.
“yaudah aku buatin kamu minum dulu ya? kasian kamu belum aku kasih minum dari tadi.”
“makasih, sayang.” ucap langit.
bintang berjalan meninggalkan langit sendirian, sesekali ia melihat ke belakang. ia terkekeh ketika melihat langit yang kini duduk lesehan di bawah lantai, sejejer dengan lantai.
langit yang ditinggal sendirian lebih memilih duduk dilantai untuk melihat langsung bagaimana cookies itu matang. ia dengan tenang terus melihat ke arah cookies yang sedang di panggang.
langit hanya tinggal menunggu, karena bintang sudah menyeting waktu dan suhu panggang pada oven.
dua belas menit sudah berlalu, langit hampir saja tertidur jiga ia tidak dikagetkan dengan suara oven yang berbunyi. menandakan bahwa waktu memanggang cookies sudah habis.
matanya terbuka lebar ketika melihat cookies yang tadi kecil ini mengembang dengan cantik.
“sayaang!” teriak langit kencang.
bintang yang sedang membuat minuman pun terkejut dan berlari kecil untuk menemui langit, takut terjadi sesuatu pada kekasihnya.
“kenapa langit? kamu gapapa kan?” tanya bintang panik.
namun ketika ia sudah menginjakan kaki di dapur, bintang bernafas lega ketika melihat langit yang tengah mengangkat loyang penuh *cookies” ditangannya. ketika langit menyadari presensi adanya bintang disana, langit mengangkat loyang itu lagi.
“lihat bi, cookiesnya ngembang. jadi gede.” ucapnya antusias, seperti anak kecil.
bintang hanya terkekeh dan berjalan mendekat untuk mengusap rahang langit sayang.
“kamu seneng?” tanyanya yang dijawab anggukan oleh langit.
“makasih ya, udah di bantuin akunya.”
langit melepas sarung tangan yang ia gunakan untuk mengangkat loyang tadi. ia memeluk bintang erat, mencium pucuk kepala yang lebih muda dan sesekali menghirup shampo bintang yang manis.
“aku juga makasih, karna kamu ngasih kesempatan lagi buat aku.”
bintang mendongak dan mengangguk, lalu tersenyum manis ketika langit mencium keningnya lagi. bintang menyamankan kepalanya pada pundak langit.
“don't need to thanks. karna aku juga pengen kamu balik lagi ke aku, langit!” ujar bintang.
suaranya agak tidak jelas terdengar karena terendam, namun langit tetap mengerti dan memberikan kecupan lain pada wajah maupun kepala bintang. mengelus punggung rapuh yang sempat ia hancurkan, yang sempat ia biarkan hampir roboh.
“i wanna make you so happy. to the poiny where you can't stop smiling!” langit mengelus kepala bintang yang masih nyaman bersandar dipundaknya.
“and i wanna make you feel really loved so you don't have to doubt anything for second. and as i keep learning new stuff about you i want to prove how incredible i think you are, bintang.”
tanpa langit tahu, bintang yang menyandarkan kepalanya kini sudah menahan air matanya mati-matian agar tidak meluncur dengan bebas. ia tidak ingin menangis, sudah cukup langit melihatnya menangis.
langit membawa kepala bintang menjauh, membawa tubuh itu untuk berdiri tegap menghadapnya. ia tersenyum ketika melihat bintang yang menahan air matanya.
“asal kamu tahu, aku beruntung punya kamu, bintang. kamu yang tarik aku dari duniaku yang gelap, kamu yang ada di saat aku jatuh.” langit tersenyum lagi.
langig mendekat ke arah bintang yang sudah kalah, air matanya meluncur bebas. langit memajukan wajahnya ke arah bintang, memangkas jarak yang hanya tiga puluh centimeter itu. ketika jarak keduanya tinggal dua centimeter, langit berhenti.
“i love you, i love you so much.”
langit memangkas jarak antara keduanya. ia mencium bintang tepat di bibir, mencuri ciuman pertama seorang bintang athala martadinata. sekaligus mencuri seluruh dunia bintang athala.
bintang sudah sepenuhnya tersihir oleh pesona langit aldebaran.
“i love you to, langit.”