Stuck With Him
Sagara & Semesta.
cw// ada adegan kissing
•••••
“Sayang, kamu keliatan capek banget. Mau gantian aja sama aku gendong adeknya?” Sagara bertanya sambil memperhatikan Semesta yang menggendong anak mereka.
Sebulan yang lalu Semesta terus saja merengek ingin memiliki anak setelah dia melihat serial tv yang menayangkan acara bayi-bayi menggemaskan. Sagara yang baru saja pulang kerja tidak langsung menjawab keinginan Semesta karena dirinya harus memikirkan beberapa alasan.
Besoknya Sagara menolak karena alasan yang logis. Pertama, mereka berdua setiap hari hampir tidak pulang ke rumah dan Sagara takut nanti jika ia mengadopsi bayi, Semesta tidak bisa mengurusnya. Kedua, Sagara takut jika Semesta tidak bisa membagi waktu antara mengurus bayi dan bekerja dan malah Semesta yang kelelahan, dan alasan yang ketiga membuat Semesta merajuk hampir 1 minggu.
“Sayang, masa bayi ngurus bayi sih?”
“Aku bukan bayi Sagara!”
Setelah kejadian itu, akhirnya Sagara yang mengalah dan mengiyakan keinginan Semesta untuk mengadopsi anak. Lagi pula wajar saja jika Semesta ingin memiliki anak, karena usia pernikahan mereka yang sudah berjalan 3 tahun lamanya dan Sagara yang jarang pulang ke rumah membuat Semesta kesepian.
“Gapapa, aku masih kuat kok.” balas Semesta sambil tersenyum tipis ke arah suaminya.
Langit sudah semakin gelap dan mereka masih berjalan pulang dari supermarket depan. Jaraknya tidak terlalu jauh, namun karena tadi baby chio merengek ingin melihat kumpulan kelinci yang bermain di taman koplek terpaksa Semesta dan Sagara menuruti.
Namanya Sachio Alcolando, Sachio yang artinya bayi yang terlahir penuh dengan keberuntungan atau arti lainnya menguntungkan. Semesta tidak asal memberi nama, ia memikirkan nama ini tidak tidur semalaman. Jika kalian bertanya apa arti Alcolando, maka jawabannya ialah marga sang suami.
Chio, bayi kecil dengan pipi bulat seperti bakpau terus saja berceloteh disepanjang jalan. Membuat Sagara dan Semesta terkekeh pelan dan tidak sadar bahwa mereka sudah sampai di rumah bercat putih gading dengan beberapa ukiran dibagian dindingnya.
“Sayang tolong ambilin handuk aku dong, lupa nih!” teriak Sagara pada Semesta yang tengah sibuk mengurus dede Chio sehabis mandi.
“Aduh aku lagi ribet sama Chio ih Saga, pake handuk aku aja dulu!” balas Semesta sedikit kencang.
Sagara yang gagal melancarkan rencananya hanya mendengus sebal, sudah hampir seminggu ia tidak mendapat jatah. Pantas saja seharian di kantor ia hanya cemberut dan menyemprot siapa saja yang mengganggunya.
“Padahal gue kangen ndusel-dusel!” gumamnya sambil berjalan mendekat ke arah Semesta yang tengah memakaikan baju tidur pada Chio.
Sagara mencium pipi Semesta dan Sachio secara bergantian, lalu memeluk pinggang Semesta dari samping. Memperhatikan suami manisnya yang masih anteng dengan kegiatannya.
“Adek papanya ayah pinjem dulu ya? satu malem aja. Ayah gak dapet jatah, soalnya ada adek.”
“Hush! anak sendiri juga.” Semesta memukul tangan Sagara yang melilit dipinggangnya, karena tidak terima dengan perlakuan Semesta yang seperti pilih kasih. Sagara menciumi leher Semesta yang membuat Semesta memekik terkejut.
“Ih Saga jangan sekarang, Chio belum makan. Nanti ya?” bujuk Semesta pada Sagara yang merajuk.
Semesta yang gemas pada suaminya hanya terkekeh kecil lalu mencium bibir Sagara kilat, tidak ingin kebablasan. “Sekarang janji, gak kaya kemarin-kemarin kok sayang.”
Maka disinilah mereka. Setelah menidurkan dede Chio di keranjang bayi, Sagara tanpa membuang waktu langsung menarik Semesta dan mengukungnya di atas kasur.
Semesta hanya terkekeh ketika melihat wajah tidak sabaran milik suaminya itu. Sebenarnya Semesta merasa bersalah karena tidak melakukan kewajibannya melayani sang suami ketika ingin. Tapi, apa boleh buat jika anaknya juga terus saja merengek tak ingin ditinggal.
“Aku kangen!” bisik Sagara pada telinga Semesta.
Semesta tidak menjawab, ia hanya akan menuruti apa keinginan suaminya. Ia juga tidak tega karenanya Sagara terus saja bermain sendiri di kamar mandi sambil menyerukan namanya, namun apa boleh buat.
Sagara mencium pipi, hidung, mata dan bibir Semesta. Membuat kecupan-kecupan kecil pada leher yang membuat Semesta mendesis tak tahan.
“Sa-saga jangan ih geli!” rengek Semesta karena Sagara yang terus menciumi kedua niple pink miliknya. Entah sejak kapan keduanya tidak memakai atasan, mungkin tanpa Semesta sadari suaminya itu semakin pintar membuatnya mabuk kepayang.
Sagara mencium kening Semesta cukup lama, menyalurkan hasrat dan rindu secara bersamaan. Kepalanya turun ke bawah, mengecup dan melumat bibir cherry milik Semesta yang sejak tadi menganggur. Tangannya tak tinggal diam, ia meremas bokong Semesta beberapa kali, lalu naik ke arah dada. Semesta memekik tertahan ketika Sagara melumat putingnya.
“Nghhh— saga...” lengukan Semesta keluar begitu saja. Membuat ciuman pada putingnya berpindah pada bibir lagi, Sagara melumatnya dengan lembut takut jika suaminya itu kesakitan.
Bunyi kecipak adu bibir itu berlangsung agak lama, hingga Semesta menepuk-nepuk pundak Sagara beberapa kali karena kehabisan nafas.
“Gila, kamu mau aku mati muda karena kurang oksigen?” protes Semesta pada Sagara yang malah menampilkan cengiran tak bersalahnya.
“Abisnya bibir kamu manis, kaya strawberry.”
“Ih apasih, yaudah lanjutin.” ucap Semesta karena salah tingkah.
“Kangen aku ya?”
“Ih Saga cepetan!”
Maka Sagara menundukan kepalanya lagi, mencium setiap inci wajah dan tubuh Semesta yang membuatnya candu. Aroma vanilla menguar ketika ia menghidup perpotongan leher Semesta, ketika Sagara akan membuka celana Semesta, suara tangisan Sachio mengalihkan fokus Semesta pada kegiatan panasnya. Maka dengan sigap ia menggeser tubuh Sagara dan berlari kecil ke arah keranjang milik Sachio.
“Ayanggg tanggung atuhh!” rengek Sagara kesal, ia sudah tegang dan itu membuatnya amat tersiksa.
Semesta yang menggendong Sachio hanya meringis dengan wajah bersalahnya.
“Bentar ya sayang, Sachio mau nenen dulu.”
“Aku juga mau ayanggg!” rengek Sagara sambil menggulung dirinya yang tidak memakai baju pada selimut tebal, ingin berteriak.
“Iya bentar ih, atau gak usah sama sekali!” ancam Semesta yang langsung membuat Sagara diam tak berkutik.
Sagara terus memperhatikan Semesta yang menyusui Sachio, ia terus meneguk ludahnya kasar yang membuat Semesta terkekeh. Setelah dirasa Chio sudah terlelap kembali, barulah Semesta menghampiri Sagara yang sudah dialam mimpi.
Dengan senyuman yang menahan gemas, Semesta menepuk pelan pipi Sagara sambil berbisik. “Ayah mau jatah enggak?”
Sagara langsung membuka matanya lebar dan menarik Semesta ke arahnya. Mengukung dan langsung menciumi leher suami manisnya.
“Aduh aku udah gak tahan, langsung aja ya sayang?”
“Pelan-pelan tapi...”
“Iya..”
Maka malam ini sudah dipastikan akan menjadi malam yang panjang bagi kedua pasangan ini. Semesta tidak menyangka bahwa tetangga yang dulunya selalu ia maki akan menjadi suaminya, maka ia berharap bahwa keluarganya akan terus hidup bahagia dan semoga keluarga kecilnya diberikan kesehatan.
—end.