Sudah terhitung satu setengah jam Rumi coba menutup matanya dengan paksa agar ia bisa terlelap dan bangun di pagi hari untuk berangkat ke kampus. Namun naas, kedua matanya seolah tidak bisa di ajak kerja sama karena sang insomnia yang kembali tanpa di undang.

Rumi memiliki gangguan tidak bisa tidur atau sering kali di sebut dengan istilah insomnia oleh kebanyakan orang. Gejala umum dari insomnia adalah sebagai mudah merasa lelah dan sulit berkonsentrasi saat melakukan aktivitas di siang hari dan ini sangat mengganggu Rumi ketika dirinya tengah beraktivitas di kampus, selain itu juga Rumi sering kali mudah terbangun di malam hari dan tidak dapat tidur kembali.

Karena bingung harus melakukan apa, akhirnya Rumi berinisiatif untuk membawa tungkai miliknya berjalan-jalan di komplek mewah Varel pada malam hari. Selain mencari udara sengar, rumi juga berniat untuk mencari minimarket yang buka dua puluh empat jam untuk membeli susu agar ia bisa terlelap.

Rumi sangat suka dengan langit, apalagi langit malam. Dia termasuk golongan orang yang biasa di sebut dengan istilah Astrophile ; orang-orang menyukai langit malam. Sederhana saja sebetulnya jika ditanya alasan kenapa dia suka langit malam, katanya suasana malam sangat menenangkan isi pikiran. Dengan melihat ribuan bintang yang berkerlap-kerlip di atas langit membuat hatinya tenang tanpa beban.

Rumi juga sangat suka dengan sejarah ruang angkasa, tadinya ia ingin mengambil jurusan Astronomi agar kelak ia bisa menjadi Astronomer dan bekerja di Observatorium. Observatorium adalah sebuah sarana atau tempat di mana perlengkapan pengamatan seperti teleskop yang dapat digunakan untuk melihat langit dan peristiwa yang berhubungan dengan astronomi berada di sana.

Ia sudah membayangkan bagaimana kerennya dirinya nanti ketika berdiri di atas podium dengan menjelaskan bagaimana bintang, dan benda langit lainnya, dan mendapat tepuk tangan dari banyak orang. Memikirkan semua hal itu saja mampu membuat dirinya tersenyum lebar. Baginya, benda-benda luar angkasa sangat indah dan luar biasa. Rumi selalu memasang alarm setiap subuh agar ia tidak tertinggal ketika sang bintang pagi ; Venus muncul.

Namun, impiannya kandas begitu saja ketika sang papi malah memaksa dirinya untuk mengambil fakultas Manajemen yang tidak ia sukai. Mungkin kedua kakak laki-lakinya sangat pandai ketika membahas perihal yang menyangkut Manajemen karena kedua kakak kandungnya itu memiliki darah sang Papi. Namun, dirinya lebih mirip dengan sang Mami yang suka dengan benda-benda luar angkasa.

Rumi menghembuskan nafas berat ketika ia terpaksa harus mengingat kembali memori pahit ketika dua tahun lalu. Kedua netra gelapnya menengok kanan dan kiri, mencari apakah ada minimarket atau tidak di sekitaran dirinya berjalan. Ketika tengah fokus berjalan Rumi malah menemukan seekor kucing berwarna orange tengah mengeong kelaparan di tengah jalan. Karena tidak tega, akhirnya Rumi mendekat dan berjongkok di hadapan sang kucing sambil mengelus-elus bulu sehalus kapas milik sang kucing.

“Halo meng, ngapain sendirian di sini? gak bisa tidur juga ya? kamu insomnia juga?” Rumi terus mengajak sang kucing untuk mengobrol, meskipun dia tau jika sang kucing tidak akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ia lontarkan.

“Kalo gue tinggal dia sendirian di sini kasian, nanti ketabrak mobil lewat.” monolognya bimbang antara harus tetap berjalan dan meninggalkan kucing lucu ini, atau dirinya harus membawa kucing ini ke tempat yang lebih aman.

Rumi melihat sekitar, kemudian dirinya membawa sang kucing dalam gendongan. Ia berjalan sembari membawa kucing tadi yang terus menggigit tali hoodie yang ia pakai. Sebenarnya itu hoodie milik Varel sih, Rumi hanya meminjam saja walaupun cara ia meminjam patut mendapat gelengan kepala.

Sebelum keluar dan berjalan-jalan Rumi sempat meminta izin kepada sang sahabat untuk meminjam hoodie kebesaran berwarna hitam dengan gambar anjing jenis Siberian husky di depannya. Rumi berjalan ke arah ranjang milik Varel dengan membawa baju Varel yang akan ia pinjam, lantas dirinya mendekat dan berbisik di sebelah telinga Varel.

“Rel, minjem bentar ya gue mau jalan-jalan.” kemudian Rumi membuat suara lain dengan maksud itu adalah suara Varel yang menjawabnya.

“Iya Thay pake aja.” katanya menjawab pertanyaannya sendiri.

“Oke, makasih.” selanjutnya Rumi terkekeh geli karena tingkahnya yang di luar nalar, ia langsung bergegas untuk memakai baju milik Varel dan langsung keluar.


Sekitar pukul dua dini hari akhirnya Rumi menemukan minimarket yang masih buka. Ia lantas menaruh kucing orange itu di luar minimarket sebelum ia masuk. Rumi akan membeli beberapa kotak susu dan juga cemilan untuk ia bagi kepada si kucing.

Jari lentiknya terus memilah dan memilik apa saja yang sekiranya bisa ia makan dengan kalori yang cukup rendah karena ia tidak ingin berat badannya bertambah. Rumi memiliki status sebagai duta kampus di fakultasnya, bahkan fakultas lain juga tidak jarang yang mengenal dirinya. Memiliki proporsi tubuh yang ideal membuatnya di pilih menjadi model of the week dalam majalah kampus yang di buat oleh Prodi Fotografi dan juga UKM Jurnalistik di kampusnya.

Membuat dirinya sangat terkenal. Banyak yang menginginkan dirinya untuk menjadi pacar, tunangan, bahkan suami. Namun, Rumi tidak bisa luluh dengan mudah. Ia hanya bisa luluh oleh Kavin seorang, kakak tingkat semester tujuh dari Fakultas Teknik yang kini sudah berstatus sebagai pacarnya sejak enam bulan lalu.

Oh iya juga. Rumi tidak bertukar kabar dengan sang kekasih semenjak dirinya mendengar kabar bahwa akan di jodohkan oleh sang papi. Mungkin Rumi mendapat beberapa pesan spam yang berasal dari nomor Kavin, namun seolah tidak peduli Rumi malah mengabaikan itu dan lanjut dengan memikirkan kehidupannya yang di ujung tanduk.

Setelah selesai memilih beberapa cemilan dan juga susu Rumi berjalan ke arah kasir untuk membayar. Sekitar tiga menit berlalu akhirnya ia keluar dari minimarket dan menghampiri kucing orange tadi, memberikannya makan makanan ringan yang ia yakini akan di sukai sang kucing.

Belum sampai lima menit dirinya bermain dengan sang kucing, tiba-tiba ponselnya bergetar dan berbunyi menandakan ada pesan masuk. Namun, ketika baru melihat siapa yang mengiriminya pesan matanya langsung membelalak terkejut dan panik.

“Mampus, Varel bakalan marahin gue habis-habisan nih malem ini.” monolognya.

“Meng maaf ya aku tinggal pulang dulu, mam yang banyak ya. Kapan-kapan kalo kita ketemu lagi aku bakalan bawain kamu makanan kucing, aku pulang ya dadah.”