The Dintance Of Love.

au bxb, jayhoon, fluff—romance, harsh word


Rabu, 16 November 2022 Ruang Hima FEB, 14.00 Wib.

Mungkin Shaquille harus menerima fakta bahwa Kalandra bukanlah sebuah akhir dari kisahnya, melainkan sebuah awal dari bab baru yang berjudul mengikhlaskan.

Pada akhirnya, kita harus belajar menerima, bahwa ternyata memang kalanya sesuatu hancur dan tidak bisa diperbaiki lagi. Kita harus belajar menerima, jika dibeberapa cerita milik orang laib kita bukan tokih utama bagi mereka. Kita harus belajar menerima, jika memang terkadang kita tidak bisa memberikan kesempatan kedua.

Kalandra, lelaki yang ia percaya sebagai tempat sandaran hidupnya kini telah berkhianat.

Shaquille mengetuk pintu ruangan yang bertuliskan 'Hima FEB' dengan sedikit bertenaga. Tangan kirinya ia biarkan digenggam oleh yang lebih muda untuk berikan kekuatan.

“Kalo enggak kuat, gak usah dipaksa. Muka lo gak bisa bohong kak, berapa hari lo nahan tangis?” ucap Rian sambil menatap Shaquille tepat pada kedua matanya.

Shaquille hanya menggeleng dan tersenyum. Rian ia ajak bersamanya bukan bertujuan ingin pamer, ia hanya takut kehilangan kontrol dan berakhir menangis di dalam nanti. Walau di luar ia terlihat kuat, Shaquille hanyalah seorang manusia yang akan merasa sedih dan kecewa ketika dikhianati oleh seseorang.

I'm tottaly fine, Ian. Kalo gue ngerasa udah gak kuat, tolong bantu gue ya?”

Of course, bub. Biar gue yang hajar di Kala-kala itu!” ucap Rian yang berhasil buat tawa yang lebih muda menguar ke udara.

Ceklek.

Terlihat seorang wanita cantik dengan rambut diikat satu keluar dan langsung menubruk tubuh tinggi Shaquille. Adinda, perempuan itu kini mulai mengelus punggung Shaquille bermaksud menyalurkan kehangatan.

Are you ready for the game?”

“Gue selalu siap Adinda, lo mau berapa kali lagi sih nanya hal yang sama?”

Adinda mendengus pelan. Kedua netranya tangkap sosok lain yang berdiri dibelakang Shaquille, ia menyenggol lengan Shaquille untuk mendapat penjelasan. Namun, Shaquille langsung saja melangkah masuk sambil menarik tangan Rian yang sejak tadi tidak dibiarkan lepas dari genggamannya.

“Halo, guys apa kabar–?” kedua netra Shaquille tangkap Kalandra dan Isabel yang tengah asyik bercanda disebuah ruang yang disekat kaca.

Shaquille buang pandangannya ketika Kalandra tidak sengaja menoleh dan membuat kontak mata dengannya. Ia menyadari Kalandra dan Abel yang mendekat ke arahnya, namun belum sempat dirinya ditarik oleh Kala, Shaquille lebih dulu di tarik pada dekapan hangat milik Kinan dan Celine yang memeluknya hingga dirinya sesak nafas.

“Sha, kemana aja kok jarang main ke sini lagi sih.”

“Gue bukan anak FEB kak Kinan, jadi gue gak ada hak buat masuk ke sini lagi. Lagian, gue ke sini juga karena diajakin Dinda.”

Kemudian tak lama tiga orang laki-laki dengan wajah tampan dan tinggi semampainya keluar dari sebuah ruangan dan langsung melempar senyum pada Shaquille.

“Apa kabar kak Shaquille, kangen nih gue.”

“*How are you, hm? kakak udah lama gak liat kamu main ke sini. Pawangnya jadi anak arsi ya?” canda Haidan sambil mengelus kepala Shaquille dengan lembut.

“Kak Idan bisa aja, kabar aku baik kok.”

“Eh si cakep, apa kabar?”

“Baik bang Galen, abang gimana kabarnya?”

“Wah loyo gue Sha, gue jarang liat asupan pemandangan indah, soalnya lo udah jarang ke sini.”

Shaquille hanya terkekeh dan menggelengkan kepalanya tanda heran dan juga tidak habis pikir dengan para pengurus HIMA FEB ini. Shaquille menarik Rian agar berdiri disampingnya.

“Semuanya kenalin, ini Rian. Calon tunangan gue.”

Semuanya langsung terdiam antara terkejut dan juga tidak percaya. Berbanding terbalik dengan Kalandra yang maju dan menarik lengan Shaquille dengan sedikit kasar.

“Ay, maksud kamu apa dia tunangan kamu? kamu anggep aku apa disini sampe kamu mau tunangan aja aku gak tau ay!”

“Lo nanya gue anggep lo apa? gini deh, gue yang nanya. Lo anggap gue apa di hidup lo Kalandra?” ucap Shaquille sedikit berteriak.

“Dua minggu, dua minggu lo bohongin gue dengan alesan rapat HIMA padahal lo jalan sama adek tiri gue sendiri Kal, lo sadar gak sih lo udah jahat sama gue? cih, nganggep adek aja gue gak sudi. Kalian sama, gak lebih dari sampah!”

“Maksud lo apa tolol!”

Plak.

Isabel maju dan menampar pipi Shaquille hingga memerah, membuat Kinan, Dinda, dan juga Celine mendorong Abel hingga punggungnya menabrak dinding.

“Elo ya tolol, ngaca monyet lo udah rebut semuanya dari Shaquille!”

“Harusnya lo ngaca tai, punya malu gak lo bangsat?”

“Lo itu benalu tau gak bel?”

“CUKUP! LO SEMUA KENAPA SIH?!” Kalandra baru saja berteriak, membuat Shaquille diam tidak percaya.

“Abel cuman korban dari tindakan papanya Shaquille, harusnya kalian gak mihak satu orang dong.”

Haidan maju satu langkah, ingin menghajar Kalandra. Namun, baru saja ia akan menghajarnya, Shaquille lebih dulu maju dan melayangkan sebuah bogeman mentah pada pipi Kalandra hingga di empunya mengeluarkan darah dari hidungnya.

“Ngaca, lo bela si anjing bela juga cuman liat dari sudut pandang dia doang kala! PERNAH GAK LO PERCAYA SAMA GUE? BAHKAN DIA CERITA YANG GAK BENER TENTANG GUE AJA LO PERCAYA KALA—”

Rian yang melihat setetes air mata Shaquille mulai turun tangan dan menariknya untuk ia dekap. Sungguh, hatinya terasa tersayat ketika orang yang ia sayang selama lima tahun terakhir disakiti oleh lelaki bajingan.

“Lo harusnya dengerin gue juga Kala, Abel yang jahat bukan gue!”

Kalandra menatap kesayangannya dengan wajah yang penuh dengan rasa bersalah. Ia ingin mendekap kekasihnya, atau mantan kekasihnya? namun ketika dia melihat ketulusan Rian untuk Shaquille ia mengurungkan dirinya.

Abel yang melihat Kalandra mulai luluh dan tidak berpihak lagi padanya pun mulai mengambil tindakan. Dia menarik tangan Shaquille dengan keras hingga sang empunya menabrak sebuah papan yang digunakan untuk bermain panah-panahan.

“Maksud lo apa Shaquille? bokap lo lebih milih gue sama nyokap gue itu bukan salah gue. Lo dan bunda lo cuman beban, dan akhirnya di buang sama bokap gue!”

Shaquille rasakan keningnya meneteskan sebuah cairan merah nan anyir, ia terdiam ditempat ketika Abel terus saja menyerangnya dengan kata-kata pedas.

“Lo pikir lo siapa sampe bisa nyebarin berita gue yang main sama om-om? eh Shaquille, gue kaya. Bokap gue masih bisa ngasih gue uang yang banyak, lo pikir lo hebat dengan bikin berita hoax kaya gitu buat gue? enggak!”

Plak.

Semuanya terdiam membisu. Shaquille Dirgantara yang terkenal dengan pribadi yang kalem dan juga manis, enggan melukai perempuan kini tampilkan sosok yang berbeda.

Shaquille baru saja menampar Isabel hingga hidungnya berdarah. Abel menatap Shaquille takut, sementara Shaquille perlahan berjalan mundur untuk mengintimidasi Abel.

“Kaya? bokap lo kaya? eh ngaca, bokap lo sebulan sekali gue yang kasih uang. Lo hidup karena uang gue, lo bisa beli ini itu karena uang gue, lo bisa makan sama nyokap lo karena gue! dan lo tadi bilang apa? gue siapa sampe bisa nyebarin berita hoax?”

Tangan Shaquille yang bebas kini mulai mencengkram rambut Abel yang tergerai panjang. Ia tarik rambut itu hingga pemiliknya kesakitan.

“A-ampun, Sha..gue mohon..”

“Hah apa? ampun?” tawa Shaquille meledak ketika melihat air mata buaya milik Isabel keluar. Shaquille tertawa diakhiri oleh sebuah seringai setan.

“Waktu nyokap lo narik rambut bunda gue, sampe bunda gue mohon-mohon dia lepasin gak? ENGGAK BEL!”

“Shaquille, cukup ya? aku salah sayang, maafin aku. Shaquille yang aku kenal enggak kaya gini sayang, please?” Kalandra mencoba memisahkan Shaquille dengan Abel, namun tidak berhasil.

“Diem lo anjing, gue lagi mau bikin dia kesiksa sama kaya apa yang gue alamin sama bunda! Bel lo inget gak, gue sampe tidur di ruko karena permintaan nyokap lo yang langsung dituruin sama papa! Sakit bel rasanya, sakit!”

“Sha, ampun....”

“Lo pernah mikir gak sih anjing, lo mau apa sih dari gue? puas lo ambil semua yang gue punya? termasuk Kala juga mau lo ambil? AMBIL BANGSAT GUE GAK BUTUH, AMBIL— ambil....”

Rian langsung menarik kembali Shaquille yang mulai ambruk, kedua mata cantik itu kini sudah sembab karena menangis. Abel yang kehabisan tenaga langsung terjatuh dan terkapar begitu saja, sementara Kalandra kini mencoba mendekat ke arah Shaquille yang menangis tersedu dipelukan Rian.

“Sayang....”

“Gue mohon lo jangan coba-coba buat deketin dia lagi. Sekarang, dia milik gue! cuman milik gue!” ucapan Rian langsung membuat Kalandra terdiam.

Rian langsung menggendong Shaquille ala bridal style karena Shaquille tidak sadarkan diri. Kinan, Dinda, dan juga Celine langsung mengekor dibelakang Rian untuk antarkan Shaquille ke UKS.

Tidak ada yang berbicara karena masih syok dan terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

Haidan, Galen, dan Hito mulai maju dan menepuk punggung Kalandra yang mematung dan membisu.

“Gue harap lo dapet pelajaran dari apa yang lo perbuat Lan, Shaquille orang baik. Gak seharusnya lo perlakuin dia kaya gitu, ngalamin trauma yang sama bikin dia sakit hati Lan, pikirin lagi. Good Luck!” ucap Haidan kemudian melenggang meninggalkan Kalandra dan juga Abel yang sama-sama terdiam.

“Seharusnya kalo lo udah gak mau sama Shaquille, lo lepas dan biarin dia terbang bebas buat dapetin apa yang dia mau Lan, bukan malah nyiksa batinnya.” Galen menatap sinis ke arah Kalandra yang hanya menatap matanya dengan wajah sendu.

“Gue gak nyangka lo gini bang, gue kira lo tulus. Tapi ternyata lo busuk, kasian kak Shaquille buka lagi luka lama gara-gara lo. Seharusnya dengan adanya lo kak Shaquille bisa lupain lukanya, tapi lo yang udah kenal dia dari lama malah milih orang baru yang jelas-jelas cuman pengen harta lo doang.” Hito tampilkan rasa kecewa mendalamnya pada kakak tingkat yang ia anggap panutan.

Tinggalah Kalandra dan juga Isabel diruangan HIMA ini berdua, Kalandra masih saja tidak bersuara. Sementara Abel masih takut dan enggan untuk menghadapi Kalandra yang kemungkinan mengamuk kapan saja.

“Alan, g-gue minta maaf, gue gak bermaksud—”

“Seharusnya gue gak kenal sama lo bel, lo hancurin semuanya.”

Kalandra meninggalkan Abel dengan perasaan yang campur aduk, ia berasa bodoh karena telah menyia-nyiakan Shaquille yang tulus padanya.

Namun nasi sudah menjadi bubur, mau seberusaha apapun Kalandra untuk mengubah keadaan menjadi seperti semula tetap tidak bisa karena luka hati yang Shaquille dapat tidak akan mudah hilang begitu saja.

“Sayang....”

“Kala, kamu gak sayang aku...”


Finish.


written by ©vivi.