The One.

bxb, hoonreun—learning to appreciate a process for a change.


Japan, January 22, 2023. 22.00 pm.

Kala itu suasana kamar hotel milik Sunghoon dan Jay dipenuhi oleh member yang lain. Kamar yang tadinya sunyi senyap berubah menjadi seperti pasar malam ketika kelima-nya masuk secara berbarengan, dengan membawa kompresan dan juga cemilan ditangannya masing-masing.

“Kakak astaga ini suhu badan-nya panas banget, mau Jungwon kompres pake air dingin?”

Tiba-tiba saja dirinya digeser oleh presensi tubuh tinggi milik yang lebih muda, “Kata emak gue kalo ada yang demam itu kompresnya pake air anget, awas biar gue aja!”

“Mana ada yang pake air anget? jangan ngaco lo iki!” hardik Sunoo sambil menepuk pundak Riki dengan kencang. Membuat yang lebih muda meringis kesakitan.

“Aw! bang Sunoo nih, emak gue yang bilang.”

Di lanjut dengan yang lebih tua bergelendot manja dan memeluk tubuh Sunghoon yang menyamping ke kiri, ia elus dan nyanyikan si cantik dengan nada penuh penghayatan—sebelum kegiatannya diganggu oleh Jake yang menyeret dirinya keluar dari dalam selimut yang sama dengan Sunghoon.

“Bang! kalo lo sakit gua gamau ngobatin ya, lagian kasian itu Sunghoon kalo ditempelin mulu. Gerah!”

“Enggak ya cil, kamu engga keberatan kakak tempelin kan?”

Sunghoon yang kesadarannya tipis hanya mengangguk saja, ia sungguh pusing karena flu-nya, ditambah lagi dengan kedatangan ketiga pacarnya, dan juga adik-adiknya.

“Ikeu, boleh minta minum enggak? aku haus.” ujar Sunghoon serak.

Maka dengan kalang kabut, kelima orang itu langsung berlari menuju tempat air minum berada. Bahkan, Jake yang notabenya kalem, kini malah saling dorong dengan Heeseung untuk mengambilkan Sunghoon minum.

Sunghoon yang melihat perdebatan itu hanya menghela nafas dan memijit kepalanya, “Astaga, Jay aku maunya kamu.” ujarnya pelan.


Sekitar tiga puluh menit setelahnya, akhirnya kelima orang itu keluar dari kamar Sunghoon, karena Manajer yang menyuruh mereka keluar untuk beristirahat.

Mereka keluar dengan meninggalkan kecupan singkat di setiap titik yang ada diwajah Sunghoon, buat yang dikecup hanya terkekeh dan tersenyum lesu. Buat kelimanya paham jika mereka datang terlalu lama, mereka malah buat si cantiknya tidak bisa beristirahat.

“Jay.........” ringis Sunghoon pasrah ketika pening dikepalanya kembali lagi.

Sunghoon hampir gila ketika menahan pening ini selama konser tadi, dirinya ingin menangis ketika hampir kehilangan keseimbangan dimobil yang disediakan tim agensi.

“Jay, tolong.......”

Ceklek.

Suara pintu terbuka membuat Sunghoon terkesiap dari tidurnya yang hampir lelap. Dirinya berbalik untuk melihat siapa yang datang.

Matanya berkaca-kaca ketika ia lihat Jay dengan sebuah kantong yang ia yakini adalah sebuah makanan, dan kantong yang lainnya berisikan sebuah obat.

“Kangen kamu.....” rengek Sunghoon sambil terbangun dari tidurnya.

Ia terduduk diatas ranjang sambil merengek, memperhatikan Jay yang sibuk sendiri. Mulai dari melepas jaket yang ia kenakan, lalu berjalan ke arah meja dan menaruh makanan, setelah itu ia berjalan lagi ke arah kamar mandi dengan membawa sebaskom air yang Riki bawa untuk kompresan Sunghoon tadi, Jay mengisi ulang dan mengganti airnya dengan air yang baru, lalu mengompres Sunghoon tanpa suara.

Sunghoon sangat ingin menangis ketika presensi dirinya tidak dihiraukan oleh yang lebih tua, terbukti dengan Jay yang hanya meletakan sebaskom air itu di nakas samping tempat tidur Sunghoon setelah mengomresnya.

“Jay.......” tidak digubris.

Jay memilih duduk dan menyalakan ipad miliknya di ranjangnya sendiri, kamar Sunghoon dan Jay memiliki dua ranjang, dengan satu ranjangnya berukuran King Size dan itu ditempati oleh Sunghoon.

“Jeiii, mau kamu. Kepala aku berisik banget.....” rengeknya lagi, namun nihil.

Yang lebih tua tidak menggubris, dirinya malah memasang earphone pada telinganya untuk meredam kebisingan. Tindakan Jay barusan mampu membuat Sunghoon menangis lebih kencang, yang tadinya hanya tangisan tanpa suara berubah menjadi tangisan memilukan.

Sunghoon merasa tidak setidak diinginkan ini.

“Jay, aku sakit.....” rengeknya lagi.

Jay yang sebenarnya tidak mendengarkan lagu atau apapun lewat Earphone yang ia pakai masih bisa mendengar suara Sunghoon yang menggerung menangis kencang.

Maka ia letakan Ipad ditangannya pada nakas miliknya, kemudian berjalan ke arah kasur yang lebih muda. Ia dapati Sunghoon yang meringkuk dan menangis didalam selimutnya sendiri hingga terdengar suara segukan yang menyayat hati.

“Sini bangun, makan dulu baru minum obatnya.”

“Jeii, aku sakit...”

“Iya tau sakit, makannya makan terus minum obat dulu.”

Sunghoon kembali mencebikkan bibirnya ke bawah karena yang lebih tua tidak menatapnya sama sekali. Maka dengan gemas dan kesal, ia putar kepala Jay untuk menatap wajahnya.

“Lihat aku! bilangnya sambil lihat Sunghoon, aku sakit jeii!” rengeknya sambil dibarengi dengan segukan.

Jay menghela nafas dan menaruh kembali bubur yang ia beli tadi pada sisi tubuhnya, ia menghapus air mata yang terus mengalir di wajah si manis. Sunghoon kembali mencebikkan bibirnya lagi, ingin diperhatikan.

“Makan dulu, baru tidur. Ya?”

“Suapin.”

“Iya disuapin.”

Jay dengan telaten menyuapi Sunghoon yang kini sudah tidak menangis, namun segukannya masih bisa Jay dengar.

“Udah, kenyang.”

“Udah?”

“Huum, mau peluk!”

“Minum obat dulu.”

“Abis itu peluk?”

“Abis itu tidur.”

Merasa dirinya ditolak lagi, Sunghoon kembali berkaca-kaca dan menangis. Kini lebih kencang, membuat Jay yang melihatnya tidak tahan lagi untuk mengecup bibir itu agar bungkam.

“Cium? lagi Jeii, mau lagi. Obatnya pait.”

“Kenapa enggak minta pacar kamu yang lain yang cium, tadi dipanggung clingy banget perasaan.”

Ah, cemburu.

“Maunya sama kamu, ya?”

“Kenapa sama aku?”

“Kamu pacar aku!”

“Yaudah iya!”

Chup.

“Lagi!”

Maka dengan gemas Jay kecup semua sisi yang ada pada tubuh dan wajah Sunghoon, buat yang lebih muda terkekeh geli. Jay yang kelelahan hanya tersenyum, mentarinya sudah kembali bersinar dan itu karna dirinya.

“Udah, sekarang bobo.”

“Puk-puk, kamu bobo disamping aku aja ya? kunci pintunya.”

“Kenapa dikunci?”

“Ya, siapa tau kamu mau ngelakuin hal yang enak.” ujar Sunghoon sambil mengerlingkan matanya jahil.

“Maunya gitu, tapi kamunya sakit. Jadi ditunda dulu.”

“Padahal aku sehat dan bugar loh Jeii.”

“Jangan bandel, besok masih ada kegiatan.”

Berakhir Sunghoon yang tergelak lagi sambil menyusup diperpotongan leher Jay, membuat yang lebih tua mendesis pelan.

“Jangan digigit!”

“Ehehehe....maaf.”

Keduanya saling berpelukan dengan Jay yang menyusup dan menepuk bokong Sunghoon dengan pelan, di nyanyikanlah sebuah lulabi indah di telinga sunghoon dengan pelan.

Sunghoon yang masih belum tertidur pun mendongak dan melihat Jay untuk ia goda kembali, Jay yang melihat si nakal belum tertidur pun mengecup bibirnya sekali, dan buat si cantik merona dan telusupkan wajahnya pada dada bidang yang lebih tua.

“Janganciumakuakumalunantikamuketularan!” ujar yang lebih muda.

“Hah? kamu mau jadi rapper itu ngomongnya cepet banget. Coba ngomongnya sambil lihat aku, sini mana coba aku mau lihat wajahnya si cantik.”

Maka dengan malu-malu Sunghoon angkat kembali wajahnya, dagunya diangkat oleh Jay dengan pelan. Berikan kecupan lagi pada bibirnya, namun dengan sedikit agak lama.

“Coba, ngomong apa tadi sayang?”

“Jangan cium aku, nanti kamu ketularan.” ucap Sunghoon sambil matanya tidak bisa diam, ia menatap apa saja asal bukan mata Jay.

Buat yang lebih tua terkekeh, “Enggak bakal ketularan, aku udah vaksin.”

“Ish, kamumah.”

“Bobo lagi, besok ada kegiatan sayang.”

“Iya. Kamu juga bobo Jeii!”

“Iya, ini juga mau sayang.”

Sunghoon hanya mengangguk dan tersenyum, mengelus rahang tegas milik Jay dan tersipu malu lagi ketika yang lebih tua berikan tatapan intens padanya.

“Ish, jangan goda aku!”

“Ahahaha.....iya sayang enggak, tidur.”

“I love you, Jei.”

“Love your more, Baby.”

“ISH JANGAN GITU, MALU!”

“Ahahaha....”


Written by ©vivi.