the truth untold.

a jayhoon sequel au : kontrak.

note : here will tell a story of truth that will be written in the perspective of a hugo raksan ananta.


Monday, January 20th, 2066. Seoul, south korea.

Café menjadi tempat yang ia setujui dengan jenan setelah berbalas pesan. di sana, raksa hugo ananta tengah terduduk ditemani dengan secangkir ice americano.

Mantel tebal berwarna hitam, kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya membuat hugo semakin terlihat misterius pada malam ini. beberapa pengunjung mulai berdatangan, namun pikirannya masih bergelut, pandangannya kosong.

Bunyi bel pada pintu masuk berikutnya berhasil membuat hugo menoleh ke arah pintu masuk café, melihat teman lamanya masuk dengan setelan jas kantor. tatapan keduanya bertemu setelah sekian lama, akhirnya hugo bisa beberkan kebenaran yang ia pendam selama tujuh tahun lamanya ini pada yang bersangkutan.

“Okay, so what?” tanpa basa-basi jenan langsung utarakan saja maksud dan tujuannya menemui si teman lama. rasa ingin tahu yang sudah di ubun-ubun membuat jenan tidak bisa menahan lebih lama.

“Hey bro, relax. it's still a while, you can listen to all this anytime.” hugo terkekeh, ia menyesap ice americano hitam pekat yang mulai habis.

“You told me that you were Sena's husband, and today you say you were never married to Sena? gila!” jenan hempaskan tubuhnya pada kursi kayu café, jatuhkan semua beban yang ada di pundaknya.

“Let me finish this iced coffee first, sabar. buah kesabaran itu pasti manis. so, relax bro!”

“Relax-relax, gua tonjok juga lo!”

Hugo tertawa terbahak-bahak, buat beberapa pengunjung menatap meja mereka berdua dengan tatapan heran, namun tidak masalah. hugo tidak peduli oleh tatapan yang di layangkan padanya, mereka bisa anggap dirinya tidak waras karena tertawa kencang di malam hari.

Sebelas tahun bukanlah waktu yang sebentar, di usianya yang menginjak tiga puluh dua tahun ia masih memimpikan cinta dari adik tingkatnya di kampus, abiya sena alister atau yang sudah ia rubah identitasnya menjadi skylar benjamin alister. perasaan suka yang awalnya ia anggap sebagai suka sesaat ternyata salah, buktinya ia memendam perasaan itu hingga kini.

Pada umur yang sudah matang harusnya ia sudah bisa menimang seorang anak, dan hidup bahagia bersama pasangan. namun, hugo korbankan separuh hidupnya untuk rawat dan sayangi abiya sena dengan sepenuh hati. seolah buta akan kebenaran, hugo tidak ingin sadar akan fakta bahwa ia memiliki kisah hidup yang menyedihkan.

Tidak mendapatkan cinta yang ia mau.

Raksa hugo anak baik, seringkali ia berpikir apa kesalahannya di masa lalu hingga membuat hidupnya sangat amat nelangsa. apakah kesalahan ayahnya yang membuat ia di jatuhi takdir seperti ini? lantas apa salahnya jika memang benar seperti itu, ia hanyalah hasil dari kasih sayang dari ibu dan ayahnya, tapi kenapa dirinya yang di beri hukuman atas tindakan menjijikan yang di lakukan ayahnya kepada sang ibunda.

“Okay, first of all you can't get emotional and don't interrupt me until I'm done talking. lo boleh ngajuin beberapa pertanyaan, tapi setelah gua selesai ngomong. okay?”

Jenan anggukan kepalanya setuju. maka hugo akan mulai kisah yang ia pendam selama tujuh tahun lamanya sendirian, beban pikiran dan pergelutan batin yang selama ini ia alami akan hilang dan ia akan terbebas dari ini semua.

“Gua gak pernah nikahin sena, the reason Sena called me husband was because after surgery the doctor needed approval for signatures from relatives or people closest to her, dan di saat itu status gua yang bukan siapa-siapanya sena bikin gua sama om theo bingung. jadi om theo nyuruh gua buat jadi suami pura-puranya sena, karena itu demi kesembuhan sena juga.”

“Seiring berjalannya waktu, gua gak expec kalo sena bakalan manggil gua suami secara terus menerus. di saat dia bangun dari koma, gua gak mungkin bilang kalo gua bukan siapa-siapanya dia aja ingetnya pas gua masih kuliah dan jadi pacarnya dia. okay maybe we weren't dating, but we were more than friends at that time. and at that time, he didn't know you.”

Jenan mengangguk, memang benar jika pada saat kuliah sena tidak mengenal dirinya. maka jenan tidak bisa salahkan hugo untuk ini semua.

“Next!” merasa mendapat persetujuan dari jenan, hugo lanjutkan kembali ceritanya yang sempat tertunda.

“Satu tahun setelah sena operasi, gua sama om theo mutusin untuk kembali ke korea dan bawa sanka buat tinggal bareng gua sama sena karena gua pikir sena bakalan inget sanka dan kemungkinan besar bisa bikin ingetan sena balik. gua nyempetin buat ke panti asuhan yang nyonya bella bangun, dan ternyata di sana ada Noah. Akhirnya gua mutusin buat adopsi, sebenernya gua mutusin buat adopsi karena gua tahu siapa orang tuanya.”

“Siapa?”

“Lo!” hugo menunjuk jenan tepat di hadapan wajahnya, buat nafas jenan tercekat.

“Maksudnya?”

“Saat gua liat rincian data dari Noah, di sana ternyata ada nama Karla sebagai ibu biologis dari Noah. karena kekurangan biaya, Karla mutusin buat titipin Noah ke panti karena dia gak tega liat anaknya luntang-lantung. Karla nyari lo selama satu tahun setelah kejadian tabrak lari, dan saat dia tahu lo di mana. Lo udah di jodohin lagi sama Lily.”

Jenan rasa ini semua masuk akal. sikap dan kebiasaan noah yang sama persis dengan dirinya kini sudah terjawab, ternyata noah adalah buah hati hasil dari hubungannya dengan karla, bagaimana dirinya bisa lupa kejadian itu. pada saat itu dirinya dan Karla tidak memakai pengaman.

“Setelah tahu semuanya, karla mengalami syok berat akibat tekanan dari ayahnya. dia beberapa kali masuk rumah sakit karena luka akibat cambuk, puncaknya pas dia ngomong kalo dia hamil anak lo. karla di usir dari rumah dan dia hidup luntang-lantung, pas banget gua lagi di korea, karla hubungin gua buat minta bantuan.”

“Akhirnya gua bawa dia ke London, gua beliin dia apart buat dia hidup sendirian. seminggu kemudian gua dapet kabar dari ajudannya sena kalo karla pingsan, dan akhirnya di larikan ke rumah sakit. dokter yang menangani karla bilang kalo karla mengidap kanker darah stadium tiga. dua bulan lalu, gua balik ke london itu bukan buat ibu. gua balik ke sana karena dapet kabar kalo karla komplikasi dan harus di kritis dan puji syukur operasinya berhasil. tapi tuhan berkendak lain, satu bulan berikutnya karla komplikasi dan harus operasi lagi.”

“Di saat-saat terakhir, karla bilang ke gua kalo misalnya dia gak selamat. dia mau donorin matanya buat sena, selama hidupnya karla ngerasa enggak tenang dan selalu di bayang-bayang oleh sena. maka dari itu, gua sama jauzan bekerja sama buat enggak ngasih tau siapapun kalo yang donorin mata buat sena itu adalah karla.”

“Tunggu, dokter jauzan tau ini semua?”

Hugo mengangguk dan menyesap ice americano itu hingga tandas dan tak tersisa. “tau, tapi gua ngasih pesan ke dia kalo lo ataupun sena gak boleh tau soal ini semua sebelum gua yang bilang sendiri.”

Jenan melamun mencerna ini semua, bagaimana bisa hugo dapat menjalani kehidupan yang seperti ini. dengan menyembunyikan kebenaran dan bertanggung jawab penuh atas apa yang seharusnya menjadi tanggung jawab jenan membuat dirinya sendiri malu. jenan malu dengan hugo, bagaimana teman lamanya ini bisa memiliki hati yang sangat sabar.

“Go, kok lu gak bilang soal karla?!”

“Karna karla yang mau. dia gak mau bebanin lo lagi dengan adanya dia di hidup lo jen, karla sebenernya baik. dia juga ngejelasin kalo anggapan lo soal dia yang pernah nyangka dia sering maen sama kakek lo itu salah.”

Hugo berdiri dari duduknya, di lihatnya jam yang bertengger pada pergelangan tangannya sendiri. pukul sepuluh lewat dua puluh malam, hugo harus segera pulang dan kabari sena bahwa ia akan tiba sebentar lagi.

“Gua izin buat ketemu sena, gua mau jelasin ini semua sama dia juga.”

“Tunggu!”

“Apaan cepet? gua sibuk jen.”

“Kenapa lo bisa sebaik ini sama gua?”

“Because I promised myself to give back everything that was rightfully yours!” hugo menepuk pundak jenan sebelum dirinya hendak melangkahkan kakinya kembali.

Jenan terduduk sendirian ketika hugo meninggalkannya.

Raksa hugo bukanlah seorang yang kuat hatinya, dirinya bukan seorang malaikat yang tidak memiliki rasa rakus. ia lakukan ini semua karena semata-mata untuk membalas kesalahan ayahnya di masa lalu yang mungkin malah di limpahkan padanya. dengan mengorbankan seluruh hidupnya untuk orang yang ia sayang dapat membuat hidupnya lebih berguna, ia akan lakukan.

Jauzan pernah bertanya padanya, kenapa ia bisa mencintai seseorang sampai setulus dan sedalam ini.

Maka hugo dapat jawab dengan pantap, bahwa “because loving sena is not about strings, sena loves jenan more than me. so what can I do? selain mengikhlaskan.”

“Meskipun hidup mas sendiri yang jadi taruhan?”

“Yes.”