vivi

bxb—jayhoon au, cw// kissing, adult scene 18+, isinya omongan jorok.

Di larang menyebarkan link serta pw, narasi lumayan panjang jadi kalian bacanya santai aja ya. Happy reading.


Bandung, 03 Februari 2023. 19.30 pm.

Kota Bandung merupakan sebuah kota yang di gadang-gadang memiliki sejuta keindahan serta keunikan alam yang membuat orang dari luar daerah mengunjunginya, kota yang terkenal dengan sebutan kota kembang ini ternyata memang memiliki penduduk yang rata-rata seperti kembang.

Indah parasnya, indah tutur katanya, sopan nan santun, hingga membuat siapa saja terpana. Sama halnya dengan pria manis yang baru menginjak usianya yang ke dua puluh dua tahun desember kemarin.

Nayaka Morozova namanya.

Pria yang memiliki paras cantik nan juga tampan, digandrungi oleh banyak wanita serta pria dari mulai ABG hingga pria mapan berstatus direktur atau berpenghasilan jutaan hingga milyaran seperti pacarnya, Raditya Arkana.

Lelaki bersurai hitam legam dengan pakaian santai rumahan, serta celana pendek sepaha itu tengah terkekeh geli setelah dirinya mengirim foto badannya yang sebenarnya diambil sebulan lalu ketika mencoba beberapa pakaian khusus dinas yang dibelikan oleh pacarnya tempo hari.

Mungkin pacarnya itu lupa dengan model apa saja yang ia check out pada keranjang aplikasi belanja online di smartphone miliknya, sehingga tidak sadar bahwa itu foto bulan kemarin yang bahkan pernah Nayaka kirim padanya.

“Padahal dia yang beli, dia yang lupa modelnya gimana.” ujar Nayaka kemudian tertawa semakin kencang.

Tawa Nayaka semakin terdengar jelas ketika pacarnya itu mengirimkan rentetan bubble yang mengatakan bahwa dirinya akan langsung pulang karena pancingan fotonya ternyata berhasil, dirinya yang masih mengunyah apel merah segar kini mulai berdiri dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya sekali lagi.

Sekitar dua puluh menit akhirnya Nayaka keluar dari kamar mandi dengan pakaian kurang bahan yang biasa disebut dengan lingering. Nayaka memilih untuk memakai ini saja karena ia sudah lumayan bosan dengan pakaian yang lainnya.

Lingering yang ia pakai berwarna merah maroon, sangat kontras dengan kulitnya yang seputih susu. Lingering itu ia balut sengan baju tidur berbentuk dress panjang yang biasa ia pakai untuk luaran, semerbak aroma vanilla serta mawar memenuhi kamar milik keduanya.

Nayaka duduk didepan meja rias untuk memoles wajahnya agar terlihat sempurna, bagaimanapun malam ini ia ingin membuat pacar sekaligus calon masa depannya itu bahagia serta merasa puas. Polesan terakhir yang diberikan pada bibir chery-nya menjadi tanda bahwa ini adalah tahap terakhir dari persiapan dirinya. Lip Balm perisa strawberry menjadi pilihan ketika Nayaka menuntaskan merias dirinya.

Ketika dirinya baru saja akan pergi ke luar kamar. Telinganya tangkap bunyi pin yang sedang ditekan dengan terburu-buru, dirinya terkekeh kembali dan melangkah ke arah pintu masuk bertepatan dengan pintunya yang terbuka.

“Halo, sayang....” sapanya manis, buat bulu kuduk yang lebih tua meremang.

“Sayang, you're so fucking beautifull.”

“Thank You Mr. Arkan.”

Arkan melangkah maju dan hendak memeluk Nayaka yang langsung beringsut mundur. Membuat cebikan bibir pada yang lebih tua, bersedih.

“Ayy....I want to hug, kiss you!”

Nayaka menggerakan jari telunjuknya seolah memberi isyarat 'No, no, no' pada anak kecil yang akan mencuri satu buah nugget kesukaannya. “Enggak Aa! Aa mandi dulu, sementara itu i will prepare your dinner, special dinner. Five rounds!” ujar Nayaka diakhiri dengan kedipan mata.

“Oke, Aa mandi sekarang! tapi awas aja kalo kamu kabur ya.”

“Aku mau nyiapin makanan kamu, kok kabur.” balas Nayaka.

Arkana yang nafsunya sudah di ujung langsung saja melesat pergi ke dalam kamar untuk membersihkan diri sesuai apa yang diperintahkan oleh si cantiknya.

Melihat kelakuan pacarnya, Nayaka tidak bisa menahan gelora dirinya untuk tertawa kencang. Sampai-sampai ia dibuat meneteskan air mata.

“Aa nih, nafsunya gede banget ya. Kalo misalkan aku nikah sama dia, seharian digempur kayaknya.” ujar Nayaka bermonolog.


Arkana yang sudah selesai dengan agenda membersihkan diri langsung keluar dengan dada telanjang serta celana boxer kesayangannya.

“Mau makan sekarang, Aa?”

Arkana yang masih fokus dengan memilah dan memilih baju yang akan ia pakai langsung putarkan kepalanya ke arah belakang, lihat si cantik yang bersuara. Dengan kedua matanya sendiri, Arkan bisa lihat tubuh molek milik Nayaka yang terpampang sangat jelas dibakut oleh lingering berwarna merah maroon, sungguh sangat cantik.

Nayaka terkekeh dan menepuk bagian samping kasur yang ia duduki mengajak pacarnya untuk bergabung bersamanya. Di tangan Nayaka sepiring makanan untuk ia berikan pada Arkan, kedua mata Arkan masih tidak lepas dari Nayaka yang kini tengah tersenyum manis.

“Aa makan dulu, udah lewat jam makan malam soalnya. Mau Naya suapin?”

Tidak ada jawaban, sampai tiba-tiba saja Arkan mengangkat tubuh Nayaka dan ia dudukan di atas pangkuannya.

“Astaga Aa! untung makanannya enggak tumpah!”

“Maaf sayang, suapin makannya. Kamu masak apa aja itu?”

“Ada capcay sama ayam goreng. Mau makan sekarang?” tanya Nayaka dan mendapat anggukan dari Arkan.

Sepuluh menit Nayaka bertugas menjadi babysitter pacarnya sendiri, menyuapi bayi besarnya itu dengan telaten. Namun, pada suapan terakhir sepertinya Arkan sengaja membuat tubuh Nayaka bergerak maju-mundur sehingga kejantanan mereka terus bergesekan.

“Mhm.....Aa, sesuap lagi abis itu boleh makan aku. Jangan A—ahk sekarang!”

Arkan terkekeh kemudian mencium pipi yang lebih muda, “Okay!” final Arkan. Nayaka pergi menuju dapur, sedangkan Arkan pergi untuk menggosok giginya lagi.


Nayaka dan Arkan kini sudah berada pada ranjang yang sama, keduanya masih sama-sama menyelami tatapan masing-masing. Arkan yang sudah tidak kuat langsung menarik tubuh Nayaka agar lebih mendekat padanya.

“Aku mau kamu!” bisiknya sensual pada telinga milik Nayaka, buat pertahanan dirinya runtuh.

Arkan dengan lembut lumat bibir merah Nayaka, awalnya berikan kecupan-kecupan, lalu lumatan-lumatan yang buat Nayaka merasa sedang terbang di atas awan. Buat gejolak sexualnya meningkat, ia balikan posisinya untuk menunggangi pacarnya yang ternyata memilih untuk bangun dan duduk.

“Mhm...Akh, Aahh....”

“Mau pake light mode aja sayang?” goda Arkan sambil terus mencium telinga Nayaka—titik lemahnya.

“Akh...ahh. Jangan goda aku mulu ah!”

“Kan suka Light mode katanya, biar aa nyalain lampunya. Sambil ngesex.”

“Gamau ah aa, malu entar keliatan semuanya!”

“Ya biarin aja, kan aa juga udah tahu semuanya.”

Nayaka menutup wajahnya dengan kedua tangan lalu menggeleng ribut, “Matiin aa ih lampunya!”

“Nanti enggak keliatan apa-apa.”

“PAKE LAMPU TIDUR AA! UDAH AH AKU MALES, GAJADI NIH SANGENYA!”

“Eyy, bibirnya minta dicium itu. Sunga-sange mulu!”

“Yes, daddy. Please, cium sampe nangis. Mau!”

“Astaga...” Arkan kembali meraup bibir chery itu hingga kembali bengkak. Tinggalkan desahan nikmat yang lolos dari mulut cantiknya.

Arkan usap-usap pungung yang lebih muda, perlahan membuka tali sebesar spaghetti yang melilit di badan si cantik. Arkan akan tanggalkan seluruh pakaian yang melekat pada tubuh pacarnya, ia ingin lihat tubuh bugil milik pacarnya.

“Fucking beautifull, baby.” Arkan tak kuasa menahan nafsu, ia lepas pagutan pada bibir si cantik dan beralih pada dada pink milik kesayangannya. Ia pilin, jilat, hisap dan lumat hingga yang lebih muda teriakan namanya dalam desahan sensual.

“Aah—Aa....Ahh..Mmmph...”

“You're so delicious, baby...”

Arkan balikan kembali posisinya, ia rebahkan Nayaka yang kini sudah lemah dan lemas karena cumbuannya. Ia arahkan tangannya untuk buka kain terakhir yang melekat di badan yang lebih muda, hingga kejantanan milik cantiknya sudah menegang sempurna.

Dengan gerakan yang terburu-buru Arkan lepas celana boxer kebanggaannya hingga tampilkan kejantanan yang sama tegangnya dengan milik si cantik. Buat Nayaka secara tidak sadar teguk ludahnya sendiri.

“Aa, kok makin gede?”

“Gara-gara kamu manjain terus.” ucap Arkan, kemudian dirinya bawa yang lebih muda pada ciuman panas lagi.

“Aa, Ngh...ahh masukin aku cepethh—Nghh. Aa jangan dijilat ah—”

Arkan jilati lubang kenikmatan yang akan ia bobol lagi pada malam ini, berikan pelumas alami untuk cantiknya agar tidak kesakitan. Ia berikan kecupan pada kejantanan Nayaka hingga undang desahan keras untuk namanya.

“Ahhhh—aa cium aku ahh....mau...”

“Mau apa cinta?”

“Masukin...m-mau masukin Aa—hhh...”

Bagaimana Arkan bisa menolak permintaan pacarnya yang sudah gemakan namanya dalam desahan indah itu, maka dengan perlahan ia lumuri kejantanannya itu dengan pelumas, dengan terburu ia arahkan kejantanannya pada lubang berkedut milik Nayaka.

“AHH—AKH AA, ENAK!”

Nayaka gerakan pinggulnya tidak sabaran ketika ia rasa Arkan masih diam dan bermaksud untuk membuatnya terbiasa, namun Nayaka lebih mementingkan kenikmatan daripada rasa sakit dan ngilunya.

Arkan terkekeh ketika Nayaka yang dibawahnya kesusahan untuk gerakan pinggulnya, “Mau di atas, sayang?”

“M-mau Aa, Akh...cepet...”

“As you wish, sayang.”

Maka dalam sekejap saja Nayaka sudah berubah posisi dan menunggangi Arkan, dirinya menatap Arkan tepat di bawahnya. Bibirnya ia gigit ketika belum mendapat aba-aba untuk bergerak dari Arkan.

“Aa....” rengeknya.

“Go!”

Maka dengan nafsu yang sudah di ubun-ubun, Nayaka goyangkan pinggulnya untuk maju dan mundur dengan tempo yang terbilang sangat cepat. Buat Arkan kewalahan karena nikmatnya, ia pilin nipple pink milik Nayaka hingga yang lebih muda lengkungkan tubuhnya sambiltumbuk prostatnya sendiri dengan kejantanan Arkan.

“Ahh—AA ENAK AKH! AA MAU...MAU KELUAR AAAAH....” putihnya keluar.

Nayaka melemas dan langsung memeluk Arkan yang terkekeh, manis sekali pacarnya ini. Ia balikan tubuh yang lebih muda untuk tertidur di bantal yang empuk. Matanya menatap Nayaka yang masih menikmati putihnya, Arkan menggoyangkan pinggulnya pelan untuk mengerjai yang lebih muda.

“Aa..Ahh...Akh...Hmmngh....”

“Masih kuat enggak sayang?”

Nayaka mengangguk, “Aa belum keluar, terusin aja.”

Arkan raih remot control yang ada du nakas miliknya untuk membuka tirai yang menghalangi cermin besar yang ada dikamarnya. Saat tirai itu terbuka, Nayaka langsung bisa melihat pantulan dirinya yang menyamping serta kejantanan Arkan yang masih bertaut dengan lubang miliknya.

Kedua pipinya memerah ketika Arkan munculkan kepalanya dari balik pundak yang lebih muda, berikan kecupan kupu-kupu sebagai tanda bahwa ia akan memulai kembali.

Arkan goyangkan pinggungnya hingga menghentak, buat Nayaka seolah melayang tinggi, buat kedua matanya merem-melek menikmati. Wajahnya kembali memerah ketika ia lihat bagaimana keluar masuknya kejantanan Arkan pada lubangnya.

“Ahh....ENAK AA, MORE!”

“Gini, hm?” Arkan hentakkan kejantanannya hingga masuk lebih dalam, buat jeritan kenikmatan itu mengalun indah.

“Aa—”

“Hm...?”

“Akh...Ah....I'm tasty?”

“Yeah...Nghh—hah....You're so tasty!”

“Cium aku!”

Tiga puluh menit Arkan hampir mencapai putihnya, sementara Nayaka sudah keluar sebanyak tiga kali. Arkan memeluk Nayaka ketika dirasa putihnya hampir keluar, buat persenggamaan keduanya semakin dalam hingga desahan serta bunyi kecipak basah memenuhi ruangan.

“AAHK—AHHH AA MAU KELUAR!”

“BARENG SAYANG!”

“AAAA....AA AKH, AAAHHHH—”

“Ahhh—”

Arkan dan Nayaka hembuskan nafasnya lega ketika nikmatnya menjadi nyata. Arkan tatap pantulan dirinya dan juga pacarnya, terkekeh ketika lihat Nayaka menutup matanya karena lelah.

“Udah aja ya? Aa enggak tega liat kamu kecapean gini.” ujar Arkan melepaskan tautan dirinya dan juga Nayaka, buat sang pacar langsung berbalik terkejut.

“Aa, baru dua ronde!”

Arkan yang berjalan ke arah tempat dirinya menyimpan minum hanya terkekeh. Ia menuangkan air putih pada gelasnya dan juga gelas Nayaka, takut jika pacarnya degidrasi karena ini sudah satu jam mereka melakukan sex.

“Kamunya capek Naya sayang, minum dulu.” dan langsung diterima oleh Nayaka.

Setelah dirasa cukup mengisi dahaga, Arkan hendak pergi ke kamar mandi untuk bersihkan diri. Namun, Nayaka memanggilnya dengan nada sensual.

“Aa, lihat aku!”

Nayaka kini sedang berbaring dengan melebarkan kakinya, membuat lubang yang berisikan sperma Arkan yang masih mengalir jelas terlihat. Kemudian Nayaka merubah posisinya menjadi menungging, menggoyangkan pantatnya hingga buat kejantanan Arkan berdiri tegak kembali.

“Sayang....”

“Tiga ronde lagi, Aa...ya..”

Arkan bersumpah Nayaka-nya dalam mode seperti ini sangat amat cantik, seratus kali lebih cantik dengan Nayaka yang baik dan penurut serta polos. Arkan mendekat ke arah Nayaka dan menggedongnya untuk ia bawa ke kamar mandi.

“Aku hukum kamu sambil mandi.”

“Tiga ronde lagi ya?” kekeuh Nayaka.

“Sampe kamu nangis minta berhenti.”

“Kalo gitu aku gamau berhenti!”

“Nakal!”

“AKH—AHH...AA JANGAN DIGIGIT PUTINGNYA!”


written by ©vivi.

bxb—jayhoon au, cw// kissing, adult scene 18+, isinya omongan jorok.

**Di larang menyebarkan link serta pw, narasi lumayan panjang jadi kalian bacanya santai aja ya. Happy reading.”


Bandung, 03 Februari 2023. 19.30 pm.

Kota Bandung merupakan sebuah kota yang di gadang-gadang memiliki sejuta keindahan serta keunikan alam yang membuat orang dari luar daerah mengunjunginya, kota yang terkenal dengan sebutan kota kembang ini ternyata memang memiliki penduduk yang rata-rata seperti kembang.

Indah parasnya, indah tutur katanya, sopan nan santun, hingga membuat siapa saja terpana. Sama halnya dengan pria manis yang baru menginjak usianya yang ke dua puluh dua tahun desember kemarin.

Nayaka Morozova namanya.

Pria yang memiliki paras cantik nan juga tampan, digandrungi oleh banyak wanita serta pria dari mulai ABG hingga pria mapan berstatus direktur atau berpenghasilan jutaan hingga milyaran seperti pacarnya, Raditya Arkana.

Lelaki bersurai hitam legam dengan pakaian santai rumahan, serta celana pendek sepaha itu tengah terkekeh geli setelah dirinya mengirim foto badannya yang sebenarnya diambil sebulan lalu ketika mencoba beberapa pakaian khusus dinas yang dibelikan oleh pacarnya tempo hari.

Mungkin pacarnya itu lupa dengan model apa saja yang ia check out pada keranjang aplikasi belanja online di smartphone miliknya, sehingga tidak sadar bahwa itu foto bulan kemarin yang bahkan pernah Nayaka kirim padanya.

“Padahal dia yang beli, dia yang lupa modelnya gimana.” ujar Nayaka kemudian tertawa semakin kencang.

Tawa Nayaka semakin terdengar jelas ketika pacarnya itu mengirimkan rentetan bubble yang mengatakan bahwa dirinya akan langsung pulang karena pancingan fotonya ternyata berhasil, dirinya yang masih mengunyah apel merah segar kini mulai berdiri dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya sekali lagi.

Sekitar dua puluh menit akhirnya Nayaka keluar dari kamar mandi dengan pakaian kurang bahan yang biasa disebut dengan lingering. Nayaka memilih untuk memakai ini saja karena ia sudah lumayan bosan dengan pakaian yang lainnya.

Lingering yang ia pakai berwarna merah maroon, sangat kontras dengan kulitnya yang seputih susu. Lingering itu ia balut sengan baju tidur berbentuk dress panjang yang biasa ia pakai untuk luaran, semerbak aroma vanilla serta mawar memenuhi kamar milik keduanya.

Nayaka duduk didepan meja rias untuk memoles wajahnya agar terlihat sempurna, bagaimanapun malam ini ia ingin membuat pacar sekaligus calon masa depannya itu bahagia serta merasa puas. Polesan terakhir yang diberikan pada bibir chery-nya menjadi tanda bahwa ini adalah tahap terakhir dari persiapan dirinya. Lip Balm perisa strawberry menjadi pilihan ketika Nayaka menuntaskan merias dirinya.

Ketika dirinya baru saja akan pergi ke luar kamar. Telinganya tangkap bunyi pin yang sedang ditekan dengan terburu-buru, dirinya terkekeh kembali dan melangkah ke arah pintu masuk bertepatan dengan pintunya yang terbuka.

“Halo, sayang....” sapanya manis, buat bulu kuduk yang lebih tua meremang.

“Sayang, you're so fucking beautifull.”

“Thank You Mr. Arkan.”

Arkan melangkah maju dan hendak memeluk Nayaka yang langsung beringsut mundur. Membuat cebikan bibir pada yang lebih tua, bersedih.

“Ayy....I want to hug, kiss you!”

Nayaka menggerakan jari telunjuknya seolah memberi isyarat 'No, no, no' pada anak kecil yang akan mencuri satu buah nugget kesukaannya. “Enggak Aa! Aa mandi dulu, sementara itu i will prepare your dinner, special dinner. Five rounds!” ujar Nayaka diakhiri dengan kedipan mata.

“Oke, Aa mandi sekarang! tapi awas aja kalo kamu kabur ya.”

“Aku mau nyiapin makanan kamu, kok kabur.” balas Nayaka.

Arkana yang nafsunya sudah di ujung langsung saja melesat pergi ke dalam kamar untuk membersihkan diri sesuai apa yang diperintahkan oleh si cantiknya.

Melihat kelakuan pacarnya, Nayaka tidak bisa menahan gelora dirinya untuk tertawa kencang. Sampai-sampai ia dibuat meneteskan air mata.

“Aa nih, nafsunya gede banget ya. Kalo misalkan aku nikah sama dia, seharian digempur kayaknya.” ujar Nayaka bermonolog.


Arkana yang sudah selesai dengan agenda membersihkan diri langsung keluar dengan dada telanjang serta celana boxer kesayangannya.

“Mau makan sekarang, Aa?”

Arkana yang masih fokus dengan memilah dan memilih baju yang akan ia pakai langsung putarkan kepalanya ke arah belakang, lihat si cantik yang bersuara. Dengan kedua matanya sendiri, Arkan bisa lihat tubuh molek milik Nayaka yang terpampang sangat jelas dibakut oleh lingering berwarna merah maroon, sungguh sangat cantik.

Nayaka terkekeh dan menepuk bagian samping kasur yang ia duduki mengajak pacarnya untuk bergabung bersamanya. Di tangan Nayaka sepiring makanan untuk ia berikan pada Arkan, kedua mata Arkan masih tidak lepas dari Nayaka yang kini tengah tersenyum manis.

“Aa makan dulu, udah lewat jam makan malam soalnya. Mau Naya suapin?”

Tidak ada jawaban, sampai tiba-tiba saja Arkan mengangkat tubuh Nayaka dan ia dudukan di atas pangkuannya.

“Astaga Aa! untung makanannya enggak tumpah!”

“Maaf sayang, suapin makannya. Kamu masak apa aja itu?”

“Ada capcay sama ayam goreng. Mau makan sekarang?” tanya Nayaka dan mendapat anggukan dari Arkan.

Sepuluh menit Nayaka bertugas menjadi babysitter pacarnya sendiri, menyuapi bayi besarnya itu dengan telaten. Namun, pada suapan terakhir sepertinya Arkan sengaja membuat tubuh Nayaka bergerak maju-mundur sehingga kejantanan mereka terus bergesekan.

“Mhm.....Aa, sesuap lagi abis itu boleh makan aku. Jangan A—ahk sekarang!”

Arkan terkekeh kemudian mencium pipi yang lebih muda, “Okay!” final Arkan. Nayaka pergi menuju dapur, sedangkan Arkan pergi untuk menggosok giginya lagi.


Nayaka dan Arkan kini sudah berada pada ranjang yang sama, keduanya masih sama-sama menyelami tatapan masing-masing. Arkan yang sudah tidak kuat langsung menarik tubuh Nayaka agar lebih mendekat padanya.

“Aku mau kamu!” bisiknya sensual pada telinga milik Nayaka, buat pertahanan dirinya runtuh.

Arkan dengan lembut lumat bibir merah Nayaka, awalnya berikan kecupan-kecupan, lalu lumatan-lumatan yang buat Nayaka merasa sedang terbang di atas awan. Buat gejolak sexualnya meningkat, ia balikan posisinya untuk menunggangi pacarnya yang ternyata memilih untuk bangun dan duduk.

“Mhm...Akh, Aahh....”

“Mau pake light mode aja sayang?” goda Arkan sambil terus mencium telinga Nayaka—titik lemahnya.

“Akh...ahh. Jangan goda aku mulu ah!”

“Kan suka Light mode katanya, biar aa nyalain lampunya. Sambil ngesex.”

“Gamau ah aa, malu entar keliatan semuanya!”

“Ya biarin aja, kan aa juga udah tahu semuanya.”

Nayaka menutup wajahnya dengan kedua tangan lalu menggeleng ribut, “Matiin aa ih lampunya!”

“Nanti enggak keliatan apa-apa.”

“PAKE LAMPU TIDUR AA! UDAH AH AKU MALES, GAJADI NIH SANGENYA!”

“Eyy, bibirnya minta dicium itu. Sunga-sange mulu!”

“Yes, daddy. Please, cium sampe nangis. Mau!”

“Astaga...” Arkan kembali meraup bibir chery itu hingga kembali bengkak. Tinggalkan desahan nikmat yang lolos dari mulut cantiknya.

Arkan usap-usap pungung yang lebih muda, perlahan membuka tali sebesar spaghetti yang melilit di badan si cantik. Arkan akan tanggalkan seluruh pakaian yang melekat pada tubuh pacarnya, ia ingin lihat tubuh bugil milik pacarnya.

“Fucking beautifull, baby.” Arkan tak kuasa menahan nafsu, ia lepas pagutan pada bibir si cantik dan beralih pada dada pink milik kesayangannya. Ia pilin, jilat, hisap dan lumat hingga yang lebih muda teriakan namanya dalam desahan sensual.

“Aah—Aa....Ahh..Mmmph...”

“You're so delicious, baby...”

Arkan balikan kembali posisinya, ia rebahkan Nayaka yang kini sudah lemah dan lemas karena cumbuannya. Ia arahkan tangannya untuk buka kain terakhir yang melekat di badan yang lebih muda, hingga kejantanan milik cantiknya sudah menegang sempurna.

Dengan gerakan yang terburu-buru Arkan lepas celana boxer kebanggaannya hingga tampilkan kejantanan yang sama tegangnya dengan milik si cantik. Buat Nayaka secara tidak sadar teguk ludahnya sendiri.

“Aa, kok makin gede?”

“Gara-gara kamu manjain terus.” ucap Arkan, kemudian dirinya bawa yang lebih muda pada ciuman panas lagi.

“Aa, Ngh...ahh masukin aku cepethh—Nghh. Aa jangan dijilat ah—”

Arkan jilati lubang kenikmatan yang akan ia bobol lagi pada malam ini, berikan pelumas alami untuk cantiknya agar tidak kesakitan. Ia berikan kecupan pada kejantanan Nayaka hingga undang desahan keras untuk namanya.

“Ahhhh—aa cium aku ahh....mau...”

“Mau apa cinta?”

“Masukin...m-mau masukin Aa—hhh...”

Bagaimana Arkan bisa menolak permintaan pacarnya yang sudah gemakan namanya dalam desahan indah itu, maka dengan perlahan ia lumuri kejantanannya itu dengan pelumas, dengan terburu ia arahkan kejantanannya pada lubang berkedut milik Nayaka.

“AHH—AKH AA, ENAK!”

Nayaka gerakan pinggulnya tidak sabaran ketika ia rasa Arkan masih diam dan bermaksud untuk membuatnya terbiasa, namun Nayaka lebih mementingkan kenikmatan daripada rasa sakit dan ngilunya.

Arkan terkekeh ketika Nayaka yang dibawahnya kesusahan untuk gerakan pinggulnya, “Mau di atas, sayang?”

“M-mau Aa, Akh...cepet...”

“As you wish, sayang.”

Maka dalam sekejap saja Nayaka sudah berubah posisi dan menunggangi Arkan, dirinya menatap Arkan tepat di bawahnya. Bibirnya ia gigit ketika belum mendapat aba-aba untuk bergerak dari Arkan.

“Aa....” rengeknya.

“Go!”

Maka dengan nafsu yang sudah di ubun-ubun, Nayaka goyangkan pinggulnya untuk maju dan mundur dengan tempo yang terbilang sangat cepat. Buat Arkan kewalahan karena nikmatnya, ia pilin nipple pink milik Nayaka hingga yang lebih muda lengkungkan tubuhnya sambiltumbuk prostatnya sendiri dengan kejantanan Arkan.

“Ahh—AA ENAK AKH! AA MAU...MAU KELUAR AAAAH....” putihnya keluar.

Nayaka melemas dan langsung memeluk Arkan yang terkekeh, manis sekali pacarnya ini. Ia balikan tubuh yang lebih muda untuk tertidur di bantal yang empuk. Matanya menatap Nayaka yang masih menikmati putihnya, Arkan menggoyangkan pinggulnya pelan untuk mengerjai yang lebih muda.

“Aa..Ahh...Akh...Hmmngh....”

“Masih kuat enggak sayang?”

Nayaka mengangguk, “Aa belum keluar, terusin aja.”

Arkan raih remot control yang ada du nakas miliknya untuk membuka tirai yang menghalangi cermin besar yang ada dikamarnya. Saat tirai itu terbuka, Nayaka langsung bisa melihat pantulan dirinya yang menyamping serta kejantanan Arkan yang masih bertaut dengan lubang miliknya.

Kedua pipinya memerah ketika Arkan munculkan kepalanya dari balik pundak yang lebih muda, berikan kecupan kupu-kupu sebagai tanda bahwa ia akan memulai kembali.

Arkan goyangkan pinggungnya hingga menghentak, buat Nayaka seolah melayang tinggi, buat kedua matanya merem-melek menikmati. Wajahnya kembali memerah ketika ia lihat bagaimana keluar masuknya kejantanan Arkan pada lubangnya.

“Ahh....ENAK AA, MORE!”

“Gini, hm?” Arkan hentakkan kejantanannya hingga masuk lebih dalam, buat jeritan kenikmatan itu mengalun indah.

“Aa—”

“Hm...?”

“Akh...Ah....I'm tasty?”

“Yeah...Nghh—hah....You're so tasty!”

“Cium aku!”

Tiga puluh menit Arkan hampir mencapai putihnya, sementara Nayaka sudah keluar sebanyak tiga kali. Arkan memeluk Nayaka ketika dirasa putihnya hampir keluar, buat persenggamaan keduanya semakin dalam hingga desahan serta bunyi kecipak basah memenuhi ruangan.

“AAHK—AHHH AA MAU KELUAR!”

“BARENG SAYANG!”

“AAAA....AA AKH, AAAHHHH—”

“Ahhh—”

Arkan dan Nayaka hembuskan nafasnya lega ketika nikmatnya menjadi nyata. Arkan tatap pantulan dirinya dan juga pacarnya, terkekeh ketika lihat Nayaka menutup matanya karena lelah.

“Udah aja ya? Aa enggak tega liat kamu kecapean gini.” ujar Arkan melepaskan tautan dirinya dan juga Nayaka, buat sang pacar langsung berbalik terkejut.

“Aa, baru dua ronde!”

Arkan yang berjalan ke arah tempat dirinya menyimpan minum hanya terkekeh. Ia menuangkan air putih pada gelasnya dan juga gelas Nayaka, takut jika pacarnya degidrasi karena ini sudah satu jam mereka melakukan sex.

“Kamunya capek Naya sayang, minum dulu.” dan langsung diterima oleh Nayaka.

Setelah dirasa cukup mengisi dahaga, Arkan hendak pergi ke kamar mandi untuk bersihkan diri. Namun, Nayaka memanggilnya dengan nada sensual.

“Aa, lihat aku!”

Nayaka kini sedang berbaring dengan melebarkan kakinya, membuat lubang yang berisikan sperma Arkan yang masih mengalir jelas terlihat. Kemudian Nayaka merubah posisinya menjadi menungging, menggoyangkan pantatnya hingga buat kejantanan Arkan berdiri tegak kembali.

“Sayang....”

“Tiga ronde lagi, Aa...ya..”

Arkan bersumpah Nayaka-nya dalam mode seperti ini sangat amat cantik, seratus kali lebih cantik dengan Nayaka yang baik dan penurut serta polos. Arkan mendekat ke arah Nayaka dan menggedongnya untuk ia bawa ke kamar mandi.

“Aku hukum kamu sambil mandi.”

“Tiga ronde lagi ya?” kekeuh Nayaka.

“Sampe kamu nangis minta berhenti.”

“Kalo gitu aku gamau berhenti!”

“Nakal!”

“AKH—AHH...AA JANGAN DIGIGIT PUTINGNYA!”


written by ©vivi.

bxb—jayhoon au, cw// kissing, adult scene 18+, isinya omongan jorok.


Bandung, 03 Februari 2023. 19.30 pm.

Kota Bandung merupakan sebuah kota yang di gadang-gadang memiliki sejuta keindahan serta keunikan alam yang membuat orang dari luar daerah mengunjunginya, kota yang terkenal dengan sebutan kota kembang ini ternyata memang memiliki penduduk yang rata-rata seperti kembang.

Indah parasnya, indah tutur katanya, sopan nan santun, hingga membuat siapa saja terpana. Sama halnya dengan pria manis yang baru menginjak usianya yang ke dua puluh dua tahun desember kemarin.

Nayaka Morozova namanya.

Pria yang memiliki paras cantik nan juga tampan, digandrungi oleh banyak wanita serta pria dari mulai ABG hingga pria mapan berstatus direktur atau berpenghasilan jutaan hingga milyaran seperti pacarnya, Raditya Arkana.

Lelaki bersurai hitam legam dengan pakaian santai rumahan, serta celana pendek sepaha itu tengah terkekeh geli setelah dirinya mengirim foto badannya yang sebenarnya diambil sebulan lalu ketika mencoba beberapa pakaian khusus dinas yang dibelikan oleh pacarnya tempo hari.

Mungkin pacarnya itu lupa dengan model apa saja yang ia check out pada keranjang aplikasi belanja online di smartphone miliknya, sehingga tidak sadar bahwa itu foto bulan kemarin yang bahkan pernah Nayaka kirim padanya.

“Padahal dia yang beli, dia yang lupa modelnya gimana.” ujar Nayaka kemudian tertawa semakin kencang.

Tawa Nayaka semakin terdengar jelas ketika pacarnya itu mengirimkan rentetan bubble yang mengatakan bahwa dirinya akan langsung pulang karena pancingan fotonya ternyata berhasil, dirinya yang masih mengunyah apel merah segar kini mulai berdiri dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya sekali lagi.

Sekitar dua puluh menit akhirnya Nayaka keluar dari kamar mandi dengan pakaian kurang bahan yang biasa disebut dengan lingering. Nayaka memilih untuk memakai ini saja karena ia sudah lumayan bosan dengan pakaian yang lainnya.

Lingering yang ia pakai berwarna merah maroon, sangat kontras dengan kulitnya yang seputih susu. Lingering itu ia balut sengan baju tidur berbentuk dress panjang yang biasa ia pakai untuk luaran, semerbak aroma vanilla serta mawar memenuhi kamar milik keduanya.

Nayaka duduk didepan meja rias untuk memoles wajahnya agar terlihat sempurna, bagaimanapun malam ini ia ingin membuat pacar sekaligus calon masa depannya itu bahagia serta merasa puas. Polesan terakhir yang diberikan pada bibir chery-nya menjadi tanda bahwa ini adalah tahap terakhir dari persiapan dirinya. Lip Balm perisa strawberry menjadi pilihan ketika Nayaka menuntaskan merias dirinya.

Ketika dirinya baru saja akan pergi ke luar kamar. Telinganya tangkap bunyi pin yang sedang ditekan dengan terburu-buru, dirinya terkekeh kembali dan melangkah ke arah pintu masuk bertepatan dengan pintunya yang terbuka.

“Halo, sayang....” sapanya manis, buat bulu kuduk yang lebih tua meremang.

“Sayang, you're so fucking beautifull.”

“Thank You Mr. Arkan.”

Arkan melangkah maju dan hendak memeluk Nayaka yang langsung beringsut mundur. Membuat cebikan bibir pada yang lebih tua, bersedih.

“Ayy....I want to hug, kiss you!”

Nayaka menggerakan jari telunjuknya seolah memberi isyarat 'No, no, no' pada anak kecil yang akan mencuri satu buah nugget kesukaannya. “Enggak Aa! Aa mandi dulu, sementara itu i will prepare your dinner, special dinner. Five rounds!” ujar Nayaka diakhiri dengan kedipan mata.

“Oke, Aa mandi sekarang! tapi awas aja kalo kamu kabur ya.”

“Aku mau nyiapin makanan kamu, kok kabur.” balas Nayaka.

Arkana yang nafsunya sudah di ujung langsung saja melesat pergi ke dalam kamar untuk membersihkan diri sesuai apa yang diperintahkan oleh si cantiknya.

Melihat kelakuan pacarnya, Nayaka tidak bisa menahan gelora dirinya untuk tertawa kencang. Sampai-sampai ia dibuat meneteskan air mata.

“Aa nih, nafsunya gede banget ya. Kalo misalkan aku nikah sama dia, seharian digempur kayaknya.” ujar Nayaka bermonolog.


Arkana yang sudah selesai dengan agenda membersihkan diri langsung keluar dengan dada telanjang serta celana boxer kesayangannya.

“Mau makan sekarang, Aa?”

Arkana yang masih fokus dengan memilah dan memilih baju yang akan ia pakai langsung putarkan kepalanya ke arah belakang, lihat si cantik yang bersuara. Dengan kedua matanya sendiri, Arkan bisa lihat tubuh molek milik Nayaka yang terpampang sangat jelas dibakut oleh lingering berwarna merah maroon, sungguh sangat cantik.

Nayaka terkekeh dan menepuk bagian samping kasur yang ia duduki mengajak pacarnya untuk bergabung bersamanya. Di tangan Nayaka sepiring makanan untuk ia berikan pada Arkan, kedua mata Arkan masih tidak lepas dari Nayaka yang kini tengah tersenyum manis.

“Aa makan dulu, udah lewat jam makan malam soalnya. Mau Naya suapin?”

Tidak ada jawaban, sampai tiba-tiba saja Arkan mengangkat tubuh Nayaka dan ia dudukan di atas pangkuannya.

“Astaga Aa! untung makanannya enggak tumpah!”

“Maaf sayang, suapin makannya. Kamu masak apa aja itu?”

“Ada capcay sama ayam goreng. Mau makan sekarang?” tanya Nayaka dan mendapat anggukan dari Arkan.

Sepuluh menit Nayaka bertugas menjadi babysitter pacarnya sendiri, menyuapi bayi besarnya itu dengan telaten. Namun, pada suapan terakhir sepertinya Arkan sengaja membuat tubuh Nayaka bergerak maju-mundur sehingga kejantanan mereka terus bergesekan.

“Mhm.....Aa, sesuap lagi abis itu boleh makan aku. Jangan A—ahk sekarang!”

Arkan terkekeh kemudian mencium pipi yang lebih muda, “Okay!” final Arkan. Nayaka pergi menuju dapur, sedangkan Arkan pergi untuk menggosok giginya lagi.


Nayaka dan Arkan kini sudah berada pada ranjang yang sama, keduanya masih sama-sama menyelami tatapan masing-masing. Arkan yang sudah tidak kuat langsung menarik tubuh Nayaka agar lebih mendekat padanya.

“Aku mau kamu!” bisiknya sensual pada telinga milik Nayaka, buat pertahanan dirinya runtuh.

Arkan dengan lembut lumat bibir merah Nayaka, awalnya berikan kecupan-kecupan, lalu lumatan-lumatan yang buat Nayaka merasa sedang terbang di atas awan. Buat gejolak sexualnya meningkat, ia balikan posisinya untuk menunggangi pacarnya yang ternyata memilih untuk bangun dan duduk.

“Mhm...Akh—Aahh....”

“Mau pake light mode aja sayang?” goda Arkan sambil terus mencium telinga Nayaka—titik lemahnya.

“Akh...ahh. Jangan goda aku mulu ah!”

“Kan suka Light mode katanya, biar aa nyalain lampunya ya. Sambil ngesex-nya.”

“Gamau ah aa, malu entar keliatan semuanya!”

“Ya biarin aja, kan aa juga udah tahu semuanya.”

Nayaka menutup wajahnya dengan kedua tangan lalu menggeleng ribut, “Matiin aa ih lampunya!”

“Nanti enggak keliatan apa-apa.”

“PAKE LAMPU TIDUR AA! UDAH AH AKU MALES, GAJADI NIH SANGENYA!”

“Eyy, bibirnya minta dicium itu. Sunga-sange mulu!”

“Yes, daddy. Please, cium sampe nangis. Mau!”

“Astaga...” Arkan kembali meraup bibir chery itu hingga kembali bengkak. Tinggalkan desahan nikmat yang lolos dari mulut cantiknya.

Arkan usap-usap pungung yang lebih muda, perlahan membuka tali sebesar spaghetti yang melilit di badan si cantik. Arkan akan tanggalkan seluruh pakaian yang melekat pada tubuh pacarnya, ia ingin lihat tubuh bugil milik pacarnya.

“Fucking beautifull, baby.” Arkan tak kuasa menahan nafsu, ia lepas pagutan pada bibir si cantik dan beralih pada dada pink milik kesayangannya. Ia pilin, jilat, hisap dan lumat hingga yang lebih muda teriakan namanya dalam desahan sensual.

“Aah—Aa....Ahh..Mmmph...”

“You're so delicious, baby...”

Arkan balikan kembali posisinya, ia rebahkan Nayaka yang kini sudah lemah dan lemas karena cumbuannya. Ia arahkan tangannya untuk buka kain terakhir yang melekat di badan yang lebih muda, hingga kejantanan milik cantiknya sudah menegang sempurna.

Dengan gerakan yang terburu-buru Arkan lepas celana boxer kebanggaannya hingga tampilkan kejantanan yang sama tegangnya dengan milik si cantik. Buat Nayaka secara tidak sadar teguk ludahnya sendiri.

“Aa, kok makin gede?”

“Gara-gara kamu manjain terus.” ucap Arkan, kemudian dirinya bawa yang lebih muda pada ciuman panas lagi.

“Aa, Ngh...ahh masukin aku cepethh—Nghh. Aa jangan dijilat ah—”

Arkan jilati lubang kenikmatan yang akan ia bobol lagi pada malam ini, berikan pelumas alami untuk cantiknya agar tidak kesakitan. Ia berikan kecupan pada kejantanan Nayaka hingga undang desahan keras untuk namanya.

“Ahhhh—aa cium aku ahh....mau...”

“Mau apa cinta?”

“Masukin...m-mau masukin Aa—hhh...”

Bagaimana Arkan bisa menolak permintaan pacarnya yang sudah gemakan namanya dalam desahan indah itu, maka dengan perlahan ia lumuri kejantanannya itu dengan pelumas, dengan terburu ia arahkan kejantanannya pada lubang berkedut milik Nayaka.

“AHH—AKH AA, ENAK!”

Nayaka gerakan pinggulnya tidak sabaran ketika ia rasa Arkan masih diam dan bermaksud untuk membuatnya terbiasa, namun Nayaka lebih mementingkan kenikmatan daripada rasa sakit dan ngilunya.

Arkan terkekeh ketika Nayaka yang dibawahnya kesusahan untuk gerakan pinggulnya, “Mau di atas, sayang?”

“M-mau Aa, Akh...cepet...”

“As you wish, sayang.”

Maka dalam sekejap saja Nayaka sudah berubah posisi dan menunggangi Arkan, dirinya menatap Arkan tepat di bawahnya. Bibirnya ia gigit ketika belum mendapat aba-aba untuk bergerak dari Arkan.

“Aa....” rengeknya.

“Go!”

Maka dengan nafsu yang sudah di ubun-ubun, Nayaka goyangkan pinggulnya untuk maju dan mundur dengan tempo yang terbilang sangat cepat. Buat Arkan kewalahan karena nikmatnya, ia pilin nipple pink milik Nayaka hingga yang lebih muda lengkungkan tubuhnya sambil tumbuh prostatnya sendiri dengan kejantanan Arkan.

“Ahh—AA ENAK AKH! AA MAU...MAU KELUAR AAAAH....” putihnya keluar.

Nayaka melemas dan langsung memeluk Arkan yang terkekeh, manis sekali pacarnya ini. Ia balikan tubuh yang lebih muda untuk tertidur di bantal yang empuk. Matanya menatap Nayaka yang masih menikmati putihnya, Arkan menggoyangkan pinggulnya pelan untuk mengerjai yang lebih muda.

“Aa..Ahh...Akh...Hmmngh....”

“Masih kuat enggak sayang?”

Nayaka mengangguk, “Aa belum keluar, terusin aja.”

Arkan raih remot control yang ada du nakas miliknya untuk membuka tirai yang menghalangi cermin besar yang ada dikamarnya. Saat tirai itu terbuka, Nayaka langsung bisa melihat pantulan dirinya yang menyamping serta kejantanan Arkan yang masih bertaut dengan lubang miliknya.

Kedua pipinya memerah ketika Arkan munculkan kepalanya dari balik pundak yang lebih muda, berikan kecupan kupu-kupu sebagai tanda bahwa ia akan memulai kembali.

Arkan goyangkan pinggungnya hingga menghentak, buat Nayaka seolah melayang tinggi, buat kedua matanya merem-melek menikmati. Wajahnya kembali memerah ketika ia lihat bagaimana keluar masuknya kejantanan Arkan pada lubangnya.

“Ahh....ENAK AA, MORE!”

“Gini, hm?” Arkan hentakkan kejantanannya hingga masuk lebih dalam, buat jeritan kenikmatan itu mengalun indah.

“Aa—”

“Hm...?”

“Akh...Ah....I'm tasty?”

“Yeah...Nghh—hah....You're so tasty!”

“Cium aku!”

Tiga puluh menit Arkan hampir mencapai putihnya, sementara Nayaka sudah keluar sebanyak tiga kali. Arkan memeluk Nayaka ketika dirasa putihnya hampir keluar, buat persenggamaan keduanya semakin dalam hingga desahan serta bunyi kecipak basah memenuhi ruangan.

“AAHK—AHHH AA MAU KELUAR!”

“BARENG SAYANG!”

“AAAA....AA AKH, AAAHHHH—”

“Ahhh—”

Arkan dan Nayaka hembuskan nafasnya lega ketika nikmatnya menjadi nyata. Arkan tatap pantulan dirinya dan juga pacarnya, terkekeh ketika lihat Nayaka menutup matanya karena lelah.

“Udah aja ya? Aa enggak tega liat kamu kecapean gini.” ujar Arkan melepaskan tautan dirinya dan juga Nayaka, buat sang pacar langsung berbalik terkejut.

“Aa, baru dua ronde!”

Arkan yang berjalan ke arah tempat dirinya menyimpan minum hanya terkekeh. Ia menuangkan air putih pada gelasnya dan juga gelas Nayaka, takut jika pacarnya degidrasi karena ini sudah satu jam mereka melakukan sex.

“Kamunya capek Naya sayang, minum dulu.” dan langsung diterima oleh Nayaka.

Setelah dirasa cukup mengisi dahaga, Arkan hendak pergi ke kamar mandi untuk bersihkan diri. Namun, Nayaka memanggilnya dengan nada sensual.

“Aa, lihat aku!”

Nayaka kini sedang berbaring dengan melebarkan kakinya, membuat lubang yang berisikan sperma Arkan yang masih mengalir jelas terlihat. Kemudian Nayaka merubah posisinya menjadi menungging, menggoyangkan pantatnya hingga buat kejantanan Arkan berdiri tegak kembali.

“Sayang....”

“Tiga ronde lagi, Aa...ya..”

Arkan bersumpah Nayaka-nya dalam mode seperti ini sangat amat cantik, seratus kali lebih cantik dengan Nayaka yang baik dan penurut serta polos. Arkan mendekat ke arah Nayaka dan menggedongnya untuk ia bawa ke kamar mandi.

“Aku hukum kamu sambil mandi.”

“Tiga ronde lagi ya?” kekeuh Nayaka.

“Sampe kamu nangis minta berhenti.”

“Kalo gitu aku gamau berhenti!”

“Nakal!”

“AKH—AHH...AA JANGAN DIGIGIT PUTINGNYA!”


written by ©vivi.

bxb—jayhoon au, cw// kissing, adult scene 18+, isinya omongan jorok.


Bandung, 03 Februari 2023. 19.30 pm.

Kota Bandung merupakan sebuah kota yang di gadang-gadang memiliki sejuta keindahan serta keunikan alam yang membuat orang dari luar daerah mengunjunginya, kota yang terkenal dengan sebutan kota kembang ini ternyata memang memiliki penduduk yang rata-rata seperti kembang.

Indah parasnya, indah tutur katanya, sopan nan santun, hingga membuat siapa saja terpana. Sama halnya dengan pria manis yang baru menginjak usianya yang ke dua puluh dua tahun desember kemarin.

Nayaka Morozova namanya.

Pria yang memiliki paras cantik nan juga tampan, digandrungi oleh banyak wanita serta pria dari mulai ABG hingga pria mapan berstatus direktur atau berpenghasilan jutaan hingga milyaran seperti pacarnya, Raditya Arkana.

Lelaki bersurai hitam legam dengan pakaian santai rumahan, serta celana pendek sepaha itu tengah terkekeh geli setelah dirinya mengirim foto badannya yang sebenarnya diambil sebulan lalu ketika mencoba beberapa pakaian khusus dinas yang dibelikan oleh pacarnya tempo hari.

Mungkin pacarnya itu lupa dengan model apa saja yang ia check out pada keranjang aplikasi belanja online di smartphone miliknya, sehingga tidak sadar bahwa itu foto bulan kemarin yang bahkan pernah Nayaka kirim padanya.

“Padahal dia yang beli, dia yang lupa modelnya gimana.” ujar Nayaka kemudian tertawa semakin kencang.

Tawa Nayaka semakin terdengar jelas ketika pacarnya itu mengirimkan rentetan bubble yang mengatakan bahwa dirinya akan langsung pulang karena pancingan fotonya ternyata berhasil, dirinya yang masih mengunyah apel merah segar kini mulai berdiri dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya sekali lagi.

Sekitar dua puluh menit akhirnya Nayaka keluar dari kamar mandi dengan pakaian kurang bahan yang biasa disebut dengan lingering. Nayaka memilih untuk memakai ini saja karena ia sudah lumayan bosan dengan pakaian yang lainnya.

Lingering yang ia pakai berwarna merah maroon, sangat kontras dengan kulitnya yang seputih susu. Lingering itu ia balut sengan baju tidur berbentuk dress panjang yang biasa ia pakai untuk luaran, semerbak aroma vanilla serta mawar memenuhi kamar milik keduanya.

Nayaka duduk didepan meja rias untuk memoles wajahnya agar terlihat sempurna, bagaimanapun malam ini ia ingin membuat pacar sekaligus calon masa depannya itu bahagia serta merasa puas. Polesan terakhir yang diberikan pada bibir chery-nya menjadi tanda bahwa ini adalah tahap terakhir dari persiapan dirinya. Lip Balm perisa strawberry menjadi pilihan ketika Nayaka menuntaskan merias dirinya.

Ketika dirinya baru saja akan pergi ke luar kamar. Telinganya tangkap bunyi pin yang sedang ditekan dengan terburu-buru, dirinya terkekeh kembali dan melangkah ke arah pintu masuk bertepatan dengan pintunya yang terbuka.

“Halo, sayang....” sapanya manis, buat bulu kuduk yang lebih tua meremang.

“Sayang, you're so fucking beautifull.”

“Thank You Mr. Arkan.”

Arkan melangkah maju dan hendak memeluk Nayaka yang langsung beringsut mundur. Membuat cebikan bibir pada yang lebih tua, bersedih.

“Ayy....I want to hug, kiss you!”

Nayaka menggerakan jari telunjuknya seolah memberi isyarat 'No, no, no' pada anak kecil yang akan mencuri satu buah nugget kesukaannya. “Enggak Aa! Aa mandi dulu, sementara itu i will prepare your dinner, special dinner. Five rounds!” ujar Nayaka diakhiri dengan kedipan mata.

“Oke, Aa mandi sekarang! tapi awas aja kalo kamu kabur ya.”

“Aku mau nyiapin makanan kamu, kok kabur.” balas Nayaka.

Arkana yang nafsunya sudah di ujung langsung saja melesat pergi ke dalam kamar untuk membersihkan diri sesuai apa yang diperintahkan oleh si cantiknya.

Melihat kelakuan pacarnya, Nayaka tidak bisa menahan gelora dirinya untuk tertawa kencang. Sampai-sampai ia dibuat meneteskan air mata.

“Aa nih, nafsunya gede banget ya. Kalo misalkan aku nikah sama dia, seharian digempur kayaknya.” ujar Nayaka bermonolog.


Arkana yang sudah selesai dengan agenda membersihkan diri langsung keluar dengan dada telanjang serta celana boxer kesayangannya.

“Mau makan sekarang, Aa?”

Arkana yang masih fokus dengan memilah dan memilih baju yang akan ia pakai langsung putarkan kepalanya ke arah belakang, lihat si cantik yang bersuara. Dengan kedua matanya sendiri, Arkan bisa lihat tubuh molek milik Nayaka yang terpampang sangat jelas dibakut oleh lingering berwarna merah maroon, sungguh sangat cantik.

Nayaka terkekeh dan menepuk bagian samping kasur yang ia duduki mengajak pacarnya untuk bergabung bersamanya. Di tangan Nayaka sepiring makanan untuk ia berikan pada Arkan, kedua mata Arkan masih tidak lepas dari Nayaka yang kini tengah tersenyum manis.

“Aa makan dulu, udah lewat jam makan malam soalnya. Mau Naya suapin?”

Tidak ada jawaban, sampai tiba-tiba saja Arkan mengangkat tubuh Nayaka dan ia dudukan di atas pangkuannya.

“Astaga Aa! untung makanannya enggak tumpah!”

“Maaf sayang, suapin makannya. Kamu masak apa aja itu?”

“Ada capcay sama ayam goreng. Mau makan sekarang?” tanya Nayaka dan mendapat anggukan dari Arkan.

Sepuluh menit Nayaka bertugas menjadi babysitter pacarnya sendiri, menyuapi bayi besarnya itu dengan telaten. Namun, pada suapan terakhir sepertinya Arkan sengaja membuat tubuh Nayaka bergerak maju-mundur sehingga kejantanan mereka terus bergesekan.

“Mhm.....Aa, sesuap lagi abis itu boleh makan aku. Jangan A—ahk sekarang!”

Arkan terkekeh kemudian mencium pipi yang lebih muda, “Okay!” final Arkan. Nayaka pergi menuju dapur, sedangkan Arkan pergi untuk menggosok giginya lagi.


Nayaka dan Arkan kini sudah berada pada ranjang yang sama, keduanya masih sama-sama menyelami tatapan masing-masing. Arkan yang sudah tidak kuat langsung menarik tubuh Nayaka agar lebih mendekat padanya.

“Aku mau kamu!” bisiknya sensual pada telinga milik Nayaka, buat pertahanan dirinya runtuh.

Arkan dengan lembut lumat bibir merah Nayaka, awalnya berikan kecupan-kecupan, lalu lumatan-lumatan yang buat Nayaka merasa sedang terbang di atas awan. Buat gejolak sexualnya meningkat, ia balikan posisinya untuk menunggangi pacarnya yang ternyata memilih untuk bangun dan duduk.

“Mhm...Akh—Aahh....”

“Mau pake light mode aja sayang?” goda Arkan sambil terus mencium telinga Nayaka—titik lemahnya.

“Akh...ahh. Jangan goda aku mulu ah!”

“Kan suka Light mode katanya, biar aa nyalain lampunya ya. Sambil ngesex-nya.”

“Gamau ah aa, malu entar keliatan semuanya!”

“Ya biarin aja, kan aa juga udah tahu semuanya.”

Nayaka menutup wajahnya dengan kedua tangan lalu menggeleng ribut, “Matiin aa ih lampunya!”

“Nanti enggak keliatan apa-apa.”

“PAKE LAMPU TIDUR AA! UDAH AH AKU MALES, GAJADI NIH SANGENYA!”

“Eyy, bibirnya minta dicium itu. Sunga-sange mulu!”

“Yes, daddy. Please, cium sampe nangis. Mau!”

“Astaga...” Arkan kembali meraup bibir chery itu hingga kembali bengkak. Tinggalkan desahan nikmat yang lolos dari mulut cantiknya.

Arkan usap-usap pungung yang lebih muda, perlahan membuka tali sebesar spagettie yang melilit di badan si cantik. Arkan akan tanggalkan seluruh pakaian yang melekat pada tubuh pacarnya, ia ingin lihat tubuh bugil milik pacarnya.

“Fucking beautifull, baby.” Arkan tak kuasa menahan nafsu, ia lepas pagutan pada bibir si cantik dan beralih pada dada pink milik kesayangannya. Ia pilin, jilat, hisap dan lumat hingga yang lebih muda teriakan namanya dalam desahan sensual.

“Aah—Aa....Ahh..Mmmph...”

“You're so delicious, baby...”

Arkan balikan kembali posisinya, ia rebahkan Nayaka yang kini sudah lemah dan lemas karena cumbuannya. Ia arahkan tangannya untuk buka kain terakhir yang melekat di badan yang lebih muda, hingga kejantanan milik cantiknya sudah menegang sempurna.

Dengan gerakan yang terburu-buru Arkan lepas celana boxer kebanggaannya hingga tampilkan kejantanan yang sama tegangnya dengan milik si cantik. Buat Nayaka secara tidak sadar teguk ludahnya sendiri.

“Aa, kok makin gede?”

“Gara-gara kamu manjain terus.” ucap Arkan, kemudian dirinya bawa yang lebih muda pada ciuman panas lagi.

“Aa, Ngh...ahh masukin aku cepethh—Nghh. Aa jangan dijilat ah—”

Arkan jilati lubang kenikmatan yang akan ia bobol lagi pada malam ini, berikan pelumas alami untuk cantiknya agar tidak kesakitan. Ia berikan kecupan pada kejantanan Nayaka hingga undang desahan keras untuk namanya.

“Ahhhh—aa cium aku ahh....mau...”

“Mau apa cinta?”

“Masukin...m-mau masukin Aa—hhh...”

Bagaimana Arkan bisa menolak permintaan pacarnya yang sudah gemakan namanya dalam desahan indah itu, maka dengan perlahan ia lumuri kejantanannya itu dengan pelumas, dengan terburu ia arahkan kejantanannya pada lubang berkedut milik Nayaka.

“AHH—AKH AA, ENAK!”

Nayaka gerakan pinggulnya tidak sabaran ketika ia rasa Arkan masih diam dan bermaksud untuk membuatnya terbiasa, namun Nayaka lebih mementingkan kenikmatan daripada rasa sakit dan ngilunya.

Arkan terkekeh ketika Nayaka yang dibawahnya kesusahan untuk gerakan pinggulnya, “Mau di atas, sayang?”

“M-mau Aa, Akh...cepet...”

“As you wish, sayang.”

Maka dalam sekejap saja Nayaka sudah berubah posisi dan menunggangi Arkan, dirinya menatap Arkan tepat di bawahnya. Bibirnya ia gigit ketika belum mendapat aba-aba untuk bergerak dari Arkan.

“Aa....” rengeknya.

“Go!”

Maka dengan nafsu yang sudah di ubun-ubun, Nayaka goyangkan pinggulnya untuk maju dan mundur dengan tempo yang terbilang sangat cepat. Buat Arkan kewalahan karena nikmatnya, ia pilin nipple pink milik Nayaka hingga yang lebih muda lengkungkan tubuhnya sambil tumbuh prostatnya sendiri dengan kejantanan Arkan.

“Ahh—AA ENAK AKH! AA MAU...MAU KELUAR AAAAH....” putihnya keluar.

Nayaka melemas dan langsung memeluk Arkan yang terkekeh, manis sekali pacarnya ini. Ia balikan tubuh yang lebih muda untuk tertidur di bantal yang empuk. Matanya menatap Nayaka yang masih menikmati putihnya, Arkan menggoyangkan pinggulnya pelan untuk mengerjai yang lebih muda.

“Aa..Ahh...Akh...Hmmngh....”

“Masih kuat enggak sayang?”

Nayaka mengangguk, “Aa belum keluar, terusin aja.”

Arkan raih remot control yang ada du nakas miliknya untuk membuka tirai yang menghalangi cermin besar yang ada dikamarnya. Saat tirai itu terbuka, Nayaka langsung bisa melihat pantulan dirinya yang menyamping serta kejantanan Arkan yang masih bertaut dengan lubang miliknya.

Kedua pipinya memerah ketika Arkan munculkan kepalanya dari balik pundak yang lebih muda, berikan kecupan kupu-kupu sebagai tanda bahwa ia akan memulai kembali.

Arkan goyangkan pinggungnya hingga menghentak, buat Nayaka seolah melayang tinggi, buat kedua matanya merem-melek menikmati. Wajahnya kembali memerah ketika ia lihat bagaimana keluar masuknya kejantanan Arkan pada lubangnya.

“Ahh....ENAK AA, MORE!”

“Gini, hm?” Arkan hentakkan kejantanannya hingga masuk lebih dalam, buat jeritan kenikmatan itu mengalun indah.

“Aa—”

“Hm...?”

“Akh...Ah....I'm tasty?”

“Yeah...Nghh—hah....You're so tasty!”

“Cium aku!”

Tiga puluh menit Arkan hampir mencapai putihnya, sementara Nayaka sudah keluar sebanyak tiga kali. Arkan memeluk Nayaka ketika dirasa putihnya hampir keluar, buat persenggamaan keduanya semakin dalam hingga desahan serta bunyi kecipak basah memenuhi ruangan.

“AAHK—AHHH AA MAU KELUAR!”

“BARENG SAYANG!”

“AAAA....AA AKH, AAAHHHH—”

“Ahhh—”

Arkan dan Nayaka hembuskan nafasnya lega ketika nikmatnya menjadi nyata. Arkan tatap pantulan dirinya dan juga pacarnya, terkekeh ketika lihat Nayaka menutup matanya karena lelah.

“Udah aja ya? Aa enggak tega liat kamu kecapean gini.” ujar Arkan melepaskan tautan dirinya dan juga Nayaka, buat sang pacar langsung berbalik terkejut.

“Aa, baru dua ronde!”

Arkan yang berjalan ke arah tempat dirinya menyimpan minum hanya terkekeh. Ia menuangkan air putih pada gelasnya dan juga gelas Nayaka, takut jika pacarnya degidrasi karena ini sudah satu jam mereka melakukan sex.

“Kamunya capek Naya sayang, minum dulu.” dan langsung diterima oleh Nayaka.

Setelah dirasa cukup mengisi dahaga, Arkan hendak pergi ke kamar mandi untuk bersihkan diri. Namun, Nayaka memanggilnya dengan nada sensual.

“Aa, lihat aku!”

Nayaka kini sedang berbaring dengan melebarkan kakinya, membuat lubang yang berisikan sperma Arkan yang masih mengalir jelas terlihat. Kemudian Nayaka merubah posisinya menjadi menungging, menggoyangkan pantatnya hingga buat kejantanan Arkan berdiri tegak kembali.

“Sayang....”

“Tiga ronde lagi, Aa...ya..”

Arkan bersumpah Nayaka-nya dalam mode seperti ini sangat amat cantik, seratus kali lebih cantik dengan Nayaka yang baik dan penurut serta polos. Arkan mendekat ke arah Nayaka dan menggedongnya untuk ia bawa ke kamar mandi.

“Aku hukum kamu sambil mandi.”

“Tiga ronde lagi ya?” kekeuh Nayaka.

“Sampe kamu nangis minta berhenti.”

“Kalo gitu aku gamau berhenti!”

“Nakal!”

“AKH—AHH...AA JANGAN DIGIGIT PUTINGNYA!”


written by ©vivi.

bxb—jayhoon au, cw// kissing, adult scene 18+, isinya omongan jorok.


Bandung, 03 Februari 2023. 19.30 pm.

Kota Bandung merupakan sebuah kota yang di gadang-gadang memiliki sejuta keindahan serta keunikan alam yang membuat orang dari luar daerah mengunjunginya, kota yang terkenal dengan sebutan kota kembang ini ternyata memang memiliki penduduk yang rata-rata seperti kembang.

Indah parasnya, indah tutur katanya, sopan nan santun, hingga membuat siapa saja terpana. Sama halnya dengan pria manis yang baru menginjak usianya yang ke dua puluh dua tahun desember kemarin.

Nayaka Morozova namanya.

Pria yang memiliki paras cantik nan juga tampan, digandrungi oleh banyak wanita serta pria dari mulai ABG hingga pria mapan berstatus direktur atau berpenghasilan jutaan hingga milyaran seperti pacarnya, Raditya Arkana.

Lelaki bersurai hitam legam dengan pakaian santai rumahan, serta celana pendek sepaha itu tengah terkekeh geli setelah dirinya mengirim foto badannya yang sebenarnya diambil sebulan lalu ketika mencoba beberapa pakaian khusus dinas yang dibelikan oleh pacarnya tempo hari.

Mungkin pacarnya itu lupa dengan model apa saja yang ia check out pada keranjang aplikasi belanja online di smartphone miliknya, sehingga tidak sadar bahwa itu foto bulan kemarin yang bahkan pernah Nayaka kirim padanya.

“Padahal dia yang beli, dia yang lupa modelnya gimana.” ujar Nayaka kemudian tertawa semakin kencang.

Tawa Nayaka semakin terdengar jelas ketika pacarnya itu mengirimkan rentetan bubble yang mengatakan bahwa dirinya akan langsung pulang karena pancingan fotonya ternyata berhasil, dirinya yang masih mengunyah apel merah segar kini mulai berdiri dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya sekali lagi.

Sekitar dua puluh menit akhirnya Nayaka keluar dari kamar mandi dengan pakaian kurang bahan yang biasa disebut dengan lingering. Nayaka memilih untuk memakai ini saja karena ia sudah lumayan bosan dengan pakaian yang lainnya.

Lingering yang ia pakai berwarna merah maroon, sangat kontras dengan kulitnya yang seputih susu. Lingering itu ia balut sengan baju tidur berbentuk dress panjang yang biasa ia pakai untuk luaran, semerbak aroma vanilla serta mawar memenuhi kamar milik keduanya.

Nayaka duduk didepan meja rias untuk memoles wajahnya agar terlihat sempurna, bagaimanapun malam ini ia ingin membuat pacar sekaligus calon masa depannya itu bahagia serta merasa puas. Polesan terakhir yang diberikan pada bibir chery-nya menjadi tanda bahwa ini adalah tahap terakhir dari persiapan dirinya. Lip Balm perisa strawberry menjadi pilihan ketika Nayaka menuntaskan merias dirinya.

Ketika dirinya baru saja akan pergi ke luar kamar. Telinganya tangkap bunyi pin yang sedang ditekan dengan terburu-buru, dirinya terkekeh kembali dan melangkah ke arah pintu masuk bertepatan dengan pintunya yang terbuka.

“Halo, sayang....” sapanya manis, buat bulu kuduk yang lebih tua meremang.

“Sayang, you're so fucking beautifull.”

“Thank You Mr. Arkan.”

Arkan melangkah maju dan hendak memeluk Nayaka yang langsung beringsut mundur. Membuat cebikan bibir pada yang lebih tua, bersedih.

“Ayy....I want to hug, kiss you!”

Nayaka menggerakan jari telunjuknya seolah memberi isyarat 'No, no, no' pada anak kecil yang akan mencuri satu buah nugget kesukaannya. “Enggak Aa! Aa mandi dulu, sementara itu i will prepare your dinner, special dinner. Five rounds!” ujar Nayaka diakhiri dengan kedipan mata.

“Oke, Aa mandi sekarang! tapi awas aja kalo kamu kabur ya.”

“Aku mau nyiapin makanan kamu, kok kabur.” balas Nayaka.

Arkana yang nafsunya sudah di ujung langsung saja melesat pergi ke dalam kamar untuk membersihkan diri sesuai apa yang diperintahkan oleh si cantiknya.

Melihat kelakuan pacarnya, Nayaka tidak bisa menahan gelora dirinya untuk tertawa kencang. Sampai-sampai ia dibuat meneteskan air mata.

“Aa nih, nafsunya gede banget ya. Kalo misalkan aku nikah sama dia, seharian digempur kayaknya.” ujar Nayaka bermonolog.


Arkana yang sudah selesai dengan agenda membersihkan diri langsung keluar dengan dada telanjang serta celana boxer kesayangannya.

“Mau makan sekarang, Aa?”

Arkana yang masih fokus dengan memilah dan memilih baju yang akan ia pakai langsung putarkan kepalanya ke arah belakang, lihat si cantik yang bersuara. Dengan kedua matanya Arkan bisa lihat tubuh molek milik Nayaka yang terpampang sangat jelas dibakut oleh lingering berwarna merah maroon, sungguh sangat cantik.

Nayaka terkekeh dan menepuk bagian samping kasur yang ia duduki mengajak pacarnya untuk bergabung bersamanya. Di tangan Nayaka sepiring makanan untuk ia berikan pada Arkan, kedua mata Arkan masih tidak lepas dari Nayaka yang kini tengah tersenyum manis.

“Aa makan dulu, udah lewat jam makan malam soalnya. Mau Naya suapin?”

Tidak ada jawaban, sampai tiba-tiba saja Arkan mengangkat tubuh Nayaka dan ia dudukan di atas pangkuannya.

“Astaga Aa! untung makanannya enggak tumpah!”

“Maaf sayang, suapin makannya. Kamu masak apa aja itu?”

“Ada capcay sama ayam goreng. Mau makan sekarang?” tanya Nayaka dan mendapat anggukan dari Arkan.

Sepuluh menit Nayaka bertugas menjadi babysitter pacarnya sendiri, menyuapi bayi besarnya itu dengan telaten. Namun, pada suapan terakhir sepertinya Arkan sengaja membuat tubuh Nayaka bergerak maju-mundur sehingga kejantanan mereka terus bergesekan.

“Mhm.....Aa, sesuap lagi abis itu boleh makan aku. Jangan A—ahk sekarang!”

Arkan terkekeh kemudian mencium pipi yang lebih muda, “Okay!” final Arkan. Nayaka pergi menuju dapur, sedangkan Arkan pergi untuk menggosok giginya lagi.


Nayaka dan Arkan kini sudah berada pada ranjang yang sama, keduanya masih sama-sama menyelami tatapan masing-masing. Arkan yang sudah tidak kuat langsung menarik tubuh Nayaka agar lebih mendekat padanya.

“Aku mau kamu!” bisiknya sensual pada telinga milik Nayaka, buat pertahanan dirinya runtuh.

Arkan dengan lembut lumat bibir merah Nayaka, awalnya berikan kecupan-kecupan, lalu lumatan-lumatan yang buat Nayaka merasa sedang terbang di atas awan. Buat gejolak sexualnya meningkat, ia balikan posisinya untuk menunggangi pacarnya yang ternyata memilih untuk bangun dan duduk.

“Mhm...Akh—Aahh....”

Arkan usap-usap pungung yang lebih muda, perlahan membuka tali sebesar spagettie yang melilit di badan si cantik. Arkan akan tanggalkan seluruh pakaian yang melekat pada tubuh pacarnya, ia ingin lihat tubuh bugil milik pacarnya.

“Fucking beautifull, baby.” Arkan tak kuasa menahan nafsu, ia lepas pagutan pada bibir si cantik dan beralih pada dada pink milik kesayangannya. Ia pilin, jilat, hisap dan lumat hingga yang lebih muda teriakan namanya dalam desahan sensual.

“Aah—Aa....Ahh..Mmmph...”

“You're so delicious, baby...”

Arkan balikan kembali posisinya, ia rebahkan Nayaka yang kini sudah lemah dan lemas karena cumbuannya. Ia arahkan tangannya untuk buka kain terakhir yang melekat di badan yang lebih muda, hingga kejantanan milik cantiknya sudah menegang sempurna.

Dengan gerakan yang terburu-buru Arkan lepas celana boxer kebanggaannya hingga tampilkan kejantanan yang sama tegangnya dengan milik si cantik. Buat Nayaka secara tidak sadar teguk ludahnya sendiri.

“Aa, kok makin gede?”

“Gara-gara kamu manjain terus.” ucap Arkan, kemudian dirinya bawa yang lebih muda pada ciuman panas lagi.

“Aa, Ngh...ahh masukin aku cepethh—Nghh. Aa jangan dijilat ah—”

Arkan jilati lubang kenikmatan yang akan ia bobol lagi pada malam ini, berikan pelumas alami untuk cantiknya agar tidak kesakitan. Ia berikan kecupan pada kejantanan Nayaka hingga undang desahan keras untuk namanya.

“Ahhhh—aa cium aku ahh....mau...”

“Mau apa cinta?”

“Masukin...m-mau masukin Aa—hhh...”

Bagaimana Arkan bisa menolak permintaan pacarnya yang sudah gemakan namanya dalam desahan indah itu, maka dengan perlahan ia lumuri kejantanannya itu dengan pelumas, dengan terburu ia arahkan kejantanannya pada lubang berkedut milik Nayaka.

“AHH—AKH AA, ENAK!”

Nayaka gerakan pinggulnya tidak sabaran ketika ia rasa Arkan masih diam dan bermaksud untuk membuatnya terbiasa, namun Nayaka lebih mementingkan kenikmatan daripada rasa sakit dan ngilunya.

Arkan terkekeh ketika Nayaka yang dibawahnya kesusahan untuk gerakan pinggulnya, “Mau di atas, sayang?”

“M-mau Aa, Akh...cepet...”

“As you wish, sayang.”

Maka dalam sekejap saja Nayaka sudah berubah posisi dan menunggangi Arkan, dirinya menatap Arkan tepat di bawahnya. Bibirnya ia gigit ketika belum mendapat aba-aba untuk bergerak dari Arkan.

“Aa....” rengeknya.

“Go!”

Maka dengan nafsu yang sudah di ubun-ubun, Nayaka goyangkan pinggulnya untuk maju dan mundur dengan tempo yang terbilang sangat cepat. Buat Arkan kewalahan karena nikmatnya, ia pilin nipple pink milik Nayaka hingga yang lebih muda lengkungkan tubuhnya sambil tumbuh prostatnya sendiri dengan kejantanan Arkan.

“Ahh—AA ENAK AKH! AA MAU...MAU KELUAR AAAAH....” putihnya keluar.

Nayaka melemas dan langsung memeluk Arkan yang terkekeh, manis sekali pacarnya ini. Ia balikan tubuh yang lebih muda untuk tertidur di bantal yang empuk. Matanya menatap Nayaka yang masih menikmati putihnya, Arkan menggoyangkan pinggulnya pelan untuk mengerjai yang lebih muda.

“Aa..Ahh...Akh...Hmmngh....”

“Masih kuat enggak sayang?”

Nayaka mengangguk, “Aa belum keluar, terusin aja.”

Arkan raih remot control yang ada du nakas miliknya untuk membuka tirai yang menghalangi cermin besar yang ada dikamarnya. Saat tirai itu terbuka, Nayaka langsung bisa melihat pantulan dirinya yang menyamping serta kejantanan Arkan yang masih bertaut dengan lubang miliknya.

Kedua pipinya memerah ketika Arkan munculkan kepalanya dari balik pundak yang lebih muda, berikan kecupan kupu-kupu sebagai tanda bahwa ia akan memulai kembali.

Arkan goyangkan pinggungnya hingga menghentak, buat Nayaka seolah melayang tinggi, buat kedua matanya merem-melek menikmati. Wajahnya kembali memerah ketika ia lihat bagaimana keluar masuknya kejantanan Arkan pada lubangnya.

“Ahh....ENAK AA, MORE!”

“Gini, hm?” Arkan hentakkan kejantanannya hingga masuk lebih dalam, buat jeritan kenikmatan itu mengalun indah.

“Aa—”

“Hm...?”

“Akh...Ah....I'm tasty?”

“Yeah...Nghh—hah....You're so tasty!”

“Cium aku!”

Tiga puluh menit Arkan hampir mencapai putihnya, sementara Nayaka sudah keluar sebanyak tiga kali. Arkan memeluk Nayaka ketika dirasa putihnya hampir keluar, buat persenggamaan keduanya semakin dalam hingga desahan serta bunyi kecipak basah memenuhi ruangan.

“AAHK—AHHH AA MAU KELUAR!”

“BARENG SAYANG!”

“AAAA....AA AKH, AAAHHHH—”

“Ahhh—”

Arkan dan Nayaka hembuskan nafasnya lega ketika nikmatnya menjadi nyata. Arkan tatap pantulan dirinya dan juga pacarnya, terkekeh ketika lihat Nayaka menutup matanya karena lelah.

“Udah aja ya? Aa enggak tega liat kamu kecapean gini.” ujar Arkan melepaskan tautan dirinya dan juga Nayaka, buat sang pacar langsung berbalik terkejut.

“Aa, baru dua ronde!”

Arkan yang berjalan ke arah tempat dirinya menyimpan minum hanya terkekeh. Ia menuangkan air putih pada gelasnya dan juga gelas Nayaka, takut jika pacarnya degidrasi karena ini sudah satu jam mereka melakukan sex.

“Kamunya capek Naya sayang, minum dulu.” dan langsung diterima oleh Nayaka.

Setelah dirasa cukup mengisi dahaga, Arkan hendak pergi ke kamar mandi untuk bersihkan diri. Namun, Nayaka memanggilnya dengan nada sensual.

“Aa, lihat aku!”

Nayaka kini sedang berbaring dengan melebarkan kakinya, membuat lubang yang berisikan sperma Arkan yang masih mengalir jelas terlihat. Kemudian Nayaka merubah posisinya menjadi menungging, menggoyangkan pantatnya hingga buat kejantanan Arkan berdiri tegak kembali.

“Sayang....”

“Tiga ronde lagi, Aa...ya..”

Arkan bersumpah Nayaka-nya dalam mode seperti ini sangat amat cantik, seratus kali lebih cantik dengan Nayaka yang baik dan penurut serta polos. Arkan mendekat ke arah Nayaka dan menggedongnya untuk ia bawa ke kamar mandi.

“Aku hukum kamu sambil mandi.”

“Tiga ronde lagi ya?” kekeuh Nayaka.

“Sampe kamu nangis minta berhenti.”

“Kalo gitu aku gamau berhenti!”

“Nakal!”

“AKH—AHH...AA JANGAN DIGIGIT PUTINGNYA!”


written by ©vivi.

bxb—jayhoon au, cw// kissing, adult scene 18+.


Bandung, 03 Februari 2023. 19.30 pm.

Kota Bandung merupakan sebuah kota yang di gadang-gadang memiliki sejuta keindahan serta keunikan alam yang membuat orang dari luar daerah mengunjunginya, kota yang terkenal dengan sebutan kota kembang ini ternyata memang memiliki penduduk yang rata-rata seperti kembang.

Indah parasnya, indah tutur katanya, sopan nan santun, hingga membuat siapa saja terpana. Sama halnya dengan pria manis yang baru menginjak usianya yang ke dua puluh dua tahun desember kemarin.

Nayaka Morozova namanya.

Pria yang memiliki paras cantik nan juga tampan, digandrungi oleh banyak wanita serta pria dari mulai ABG hingga pria mapan berstatus direktur atau berpenghasilan jutaan hingga milyaran seperti pacarnya, Raditya Arkana.

Lelaki bersurai hitam legam dengan pakaian santai rumahan, serta celana pendek sepaha itu tengah terkekeh geli setelah dirinya mengirim foto badannya yang sebenarnya diambil sebulan lalu ketika mencoba beberapa pakaian khusus dinas yang dibelikan oleh pacarnya tempo hari.

Mungkin pacarnya itu lupa dengan model apa saja yang ia check out pada keranjang aplikasi belanja online di smartphone miliknya, sehingga tidak sadar bahwa itu foto bulan kemarin yang bahkan pernah Nayaka kirim padanya.

“Padahal dia yang beli, dia yang lupa modelnya gimana.” ujar Nayaka kemudian tertawa semakin kencang.

Tawa Nayaka semakin terdengar jelas ketika pacarnya itu mengirimkan rentetan bubble yang mengatakan bahwa dirinya akan langsung pulang karena pancingan fotonya ternyata berhasil, dirinya yang masih mengunyah apel merah segar kini mulai berdiri dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya sekali lagi.

Sekitar dua puluh menit akhirnya Nayaka keluar dari kamar mandi dengan pakaian kurang bahan yang biasa disebut dengan lingering. Nayaka memilih untuk memakai ini saja karena ia sudah lumayan bosan dengan pakaian yang lainnya.

Lingering yang ia pakai berwarna merah maroon, sangat kontras dengan kulitnya yang seputih susu. Lingering itu ia balut sengan baju tidur berbentuk dress panjang yang biasa ia pakai untuk luaran, semerbak aroma vanilla serta mawar memenuhi kamar milik keduanya.

Nayaka duduk didepan meja rias untuk memoles wajahnya agar terlihat sempurna, bagaimanapun malam ini ia ingin membuat pacar sekaligus calon masa depannya itu bahagia serta merasa puas. Polesan terakhir yang diberikan pada bibir chery-nya menjadi tanda bahwa ini adalah tahap terakhir dari persiapan dirinya. Lip Balm perisa strawberry menjadi pilihan ketika Nayaka menuntaskan merias dirinya.

Ketika dirinya baru saja akan pergi ke luar kamar. Telinganya tangkap bunyi pin yang sedang ditekan dengan terburu-buru, dirinya terkekeh kembali dan melangkah ke arah pintu masuk bertepatan dengan pintunya yang terbuka.

“Halo, sayang....” sapanya manis, buat bulu kuduk yang lebih tua meremang.

“Sayang, you're so fucking beautifull.”

“Thank You Mr. Arkan.”

Arkan melangkah maju dan hendak memeluk Nayaka yang langsung beringsut mundur. Membuat cebikan bibir pada yang lebih tua, bersedih.

“Ayy....I want to hug, kiss you!”

Nayaka menggerakan jari telunjuknya seolah memberi isyarat 'No, no, no' pada anak kecil yang akan mencuri satu buah nugget kesukaannya. “Enggak Aa! Aa mandi dulu, sementara itu i will prepare your dinner, special dinner. Five rounds!” ujar Nayaka diakhiri dengan kedipan mata.

“Oke, Aa mandi sekarang! tapi awas aja kalo kamu kabur ya.”

“Aku mau nyiapin makanan kamu, kok kabur.” balas Nayaka.

Arkana yang nafsunya sudah di ujung langsung saja melesat pergi ke dalam kamar untuk membersihkan diri sesuai apa yang diperintahkan oleh si cantiknya.

Melihat kelakuan pacarnya, Nayaka tidak bisa menahan gelora dirinya untuk tertawa kencang. Sampai-sampai ia dibuat meneteskan air mata.

“Aa nih, nafsunya gede banget ya. Kalo misalkan aku nikah sama dia, seharian digempur kayaknya.” ujar Nayaka bermonolog.


Arkana yang sudah selesai dengan agenda membersihkan diri langsung keluar dengan dada telanjang serta celana boxer kesayangannya.

“Mau makan sekarang, Aa?”

Arkana yang masih fokus dengan memilah dan memilih baju yang akan ia pakai langsung putarkan kepalanya ke arah belakang, lihat si cantik yang bersuara. Dengan kedua matanya Arkan bisa lihat tubuh molek milik Nayaka yang terpampang sangat jelas dibakut oleh lingering berwarna merah maroon, sungguh sangat cantik.

Nayaka terkekeh dan menepuk bagian samping kasur yang ia duduki mengajak pacarnya untuk bergabung bersamanya. Di tangan Nayaka sepiring makanan untuk ia berikan pada Arkan, kedua mata Arkan masih tidak lepas dari Nayaka yang kini tengah tersenyum manis.

“Aa makan dulu, udah lewat jam makan malam soalnya. Mau Naya suapin?”

Tidak ada jawaban, sampai tiba-tiba saja Arkan mengangkat tubuh Nayaka dan ia dudukan di atas pangkuannya.

“Astaga Aa! untung makanannya enggak tumpah!”

“Maaf sayang, suapin makannya. Kamu masak apa aja itu?”

“Ada capcay sama ayam goreng. Mau makan sekarang?” tanya Nayaka dan mendapat anggukan dari Arkan.

Sepuluh menit Nayaka bertugas menjadi babysitter pacarnya sendiri, menyuapi bayi besarnya itu dengan telaten. Namun, pada suapan terakhir sepertinya Arkan sengaja membuat tubuh Nayaka bergerak maju-mundur sehingga kejantanan mereka terus bergesekan.

“Mhm.....Aa, sesuap lagi abis itu boleh makan aku. Jangan A—ahk sekarang!”

Arkan terkekeh kemudian mencium pipi yang lebih muda, “Okay!” final Arkan. Nayaka pergi menuju dapur, sedangkan Arkan pergi untuk menggosok giginya lagi.


Nayaka dan Arkan kini sudah berada pada ranjang yang sama, keduanya masih sama-sama menyelami tatapan masing-masing. Arkan yang sudah tidak kuat langsung menarik tubuh Nayaka agar lebih mendekat padanya.

“Aku mau kamu!” bisiknya sensual pada telinga milik Nayaka, buat pertahanan dirinya runtuh.

Arkan dengan lembut lumat bibir merah Nayaka, awalnya berikan kecupan-kecupan, lalu lumatan-lumatan yang buat Nayaka merasa sedang terbang di atas awan. Buat gejolak sexualnya meningkat, ia balikan posisinya untuk menunggangi pacarnya yang ternyata memilih untuk bangun dan duduk.

“Mhm...Akh—Aahh....”

Arkan usap-usap pungung yang lebih muda, perlahan membuka tali sebesar spagettie yang melilit di badan si cantik. Arkan akan tanggalkan seluruh pakaian yang melekat pada tubuh pacarnya, ia ingin lihat tubuh bugil milik pacarnya.

“Fucking beautifull, baby.” Arkan tak kuasa menahan nafsu, ia lepas pagutan pada bibir si cantik dan beralih pada dada pink milik kesayangannya. Ia pilin, jilat, hisap dan lumat hingga yang lebih muda teriakan namanya dalam desahan sensual.

“Aah—Aa....Ahh..Mmmph...”

“You're so delicious, baby...”

Arkan balikan kembali posisinya, ia rebahkan Nayaka yang kini sudah lemah dan lemas karena cumbuannya. Ia arahkan tangannya untuk buka kain terakhir yang melekat di badan yang lebih muda, hingga kejantanan milik cantiknya sudah menegang sempurna.

Dengan gerakan yang terburu-buru Arkan lepas celana boxer kebanggaannya hingga tampilkan kejantanan yang sama tegangnya dengan milik si cantik. Buat Nayaka secara tidak sadar teguk ludahnya sendiri.

“Aa, kok makin gede?”

“Gara-gara kamu manjain terus.” ucap Arkan, kemudian dirinya bawa yang lebih muda pada ciuman panas lagi.

“Aa, Ngh...ahh masukin aku cepethh—Nghh. Aa jangan dijilat ah—”

Arkan jilati lubang kenikmatan yang akan ia bobol lagi pada malam ini, berikan pelumas alami untuk cantiknya agar tidak kesakitan. Ia berikan kecupan pada kejantanan Nayaka hingga undang desahan keras untuk namanya.

“Ahhhh—aa cium aku ahh....mau...”

“Mau apa cinta?”

“Masukin...m-mau masukin Aa—hhh...”

Bagaimana Arkan bisa menolak permintaan pacarnya yang sudah gemakan namanya dalam desahan indah itu, maka dengan perlahan ia lumuri kejantanannya itu dengan pelumas, dengan terburu ia arahkan kejantanannya pada lubang berkedut milik Nayaka.

“AHH—AKH AA, ENAK!”

Nayaka gerakan pinggulnya tidak sabaran ketika ia rasa Arkan masih diam dan bermaksud untuk membuatnya terbiasa, namun Nayaka lebih mementingkan kenikmatan daripada rasa sakit dan ngilunya.

Arkan terkekeh ketika Nayaka yang dibawahnya kesusahan untuk gerakan pinggulnya, “Mau di atas, sayang?”

“M-mau Aa, Akh...cepet...”

“As you wish, sayang.”

Maka dalam sekejap saja Nayaka sudah berubah posisi dan menunggangi Arkan, dirinya menatap Arkan tepat di bawahnya. Bibirnya ia gigit ketika belum mendapat aba-aba untuk bergerak dari Arkan.

“Aa....” rengeknya.

“Go!”

Maka dengan nafsu yang sudah di ubun-ubun, Nayaka goyangkan pinggulnya untuk maju dan mundur dengan tempo yang terbilang sangat cepat. Buat Arkan kewalahan karena nikmatnya, ia pilin nipple pink milik Nayaka hingga yang lebih muda lengkungkan tubuhnya sambil tumbuh prostatnya sendiri dengan kejantanan Arkan.

“Ahh—AA ENAK AKH! AA MAU...MAU KELUAR AAAAH....” putihnya keluar.

Nayaka melemas dan langsung memeluk Arkan yang terkekeh, manis sekali pacarnya ini. Ia balikan tubuh yang lebih muda untuk tertidur di bantal yang empuk. Matanya menatap Nayaka yang masih menikmati putihnya, Arkan menggoyangkan pinggulnya pelan untuk mengerjai yang lebih muda.

“Aa..Ahh...Akh...Hmmngh....”

“Masih kuat enggak sayang?”

Nayaka mengangguk, “Aa belum keluar, terusin aja.”

Arkan raih remot control yang ada du nakas miliknya untuk membuka tirai yang menghalangi cermin besar yang ada dikamarnya. Saat tirai itu terbuka, Nayaka langsung bisa melihat pantulan dirinya yang menyamping serta kejantanan Arkan yang masih bertaut dengan lubang miliknya.

Kedua pipinya memerah ketika Arkan munculkan kepalanya dari balik pundak yang lebih muda, berikan kecupan kupu-kupu sebagai tanda bahwa ia akan memulai kembali.

Arkan goyangkan pinggungnya hingga menghentak, buat Nayaka seolah melayang tinggi, buat kedua matanya merem-melek menikmati. Wajahnya kembali memerah ketika ia lihat bagaimana keluar masuknya kejantanan Arkan pada lubangnya.

“Ahh....ENAK AA, MORE!”

“Gini, hm?” Arkan hentakkan kejantanannya hingga masuk lebih dalam, buat jeritan kenikmatan itu mengalun indah.

“Aa—”

“Hm...?”

“Akh...Ah....I'm tasty?”

“Yeah...Nghh—hah....You're so tasty!”

“Cium aku!”

Tiga puluh menit Arkan hampir mencapai putihnya, sementara Nayaka sudah keluar sebanyak tiga kali. Arkan memeluk Nayaka ketika dirasa putihnya hampir keluar, buat persenggamaan keduanya semakin dalam hingga desahan serta bunyi kecipak basah memenuhi ruangan.

“AAHK—AHHH AA MAU KELUAR!”

“BARENG SAYANG!”

“AAAA....AA AKH, AAAHHHH—”

“Ahhh—”

Arkan dan Nayaka hembuskan nafasnya lega ketika nikmatnya menjadi nyata. Arkan tatap pantulan dirinya dan juga pacarnya, terkekeh ketika lihat Nayaka menutup matanya karena lelah.

“Udah aja ya? Aa enggak tega liat kamu kecapean gini.” ujar Arkan melepaskan tautan dirinya dan juga Nayaka, buat sang pacar langsung berbalik terkejut.

“Aa, baru dua ronde!”

Arkan yang berjalan ke arah tempat dirinya menyimpan minum hanya terkekeh. Ia menuangkan air putih pada gelasnya dan juga gelas Nayaka, takut jika pacarnya degidrasi karena ini sudah satu jam mereka melakukan sex.

“Kamunya capek Naya sayang, minum dulu.” dan langsung diterima oleh Nayaka.

Setelah dirasa cukup mengisi dahaga, Arkan hendak pergi ke kamar mandi untuk bersihkan diri. Namun, Nayaka memanggilnya dengan nada sensual.

“Aa, lihat aku!”

Nayaka kini sedang berbaring dengan melebarkan kakinya, membuat lubang yang berisikan sperma Arkan yang masih mengalir jelas terlihat. Kemudian Nayaka merubah posisinya menjadi menungging, menggoyangkan pantatnya hingga buat kejantanan Arkan berdiri tegak kembali.

“Sayang....”

“Tiga ronde lagi, Aa...ya..”

Arkan bersumpah Nayaka-nya dalam mode seperti ini sangat amat cantik, seratus kali lebih cantik dengan Nayaka yang baik dan penurut serta polos. Arkan mendekat ke arah Nayaka dan menggedongnya untuk ia bawa ke kamar mandi.

“Aku hukum kamu sambil mandi.”

“Tiga ronde lagi ya?” kekeuh Nayaka.

“Sampe kamu nangis minta berhenti.”

“Kalo gitu aku gamau berhenti!”

“Nakal!”

“AKH—AHH...AA JANGAN DIGIGIT PUTINGNYA!”


written by ©vivi.

bxb, hoonreun—learning to appreciate a process for a change.


Japan, January 22, 2023. 22.00 pm.

Kala itu suasana kamar hotel milik Sunghoon dan Jay dipenuhi oleh member yang lain. Kamar yang tadinya sunyi senyap berubah menjadi seperti pasar malam ketika kelima-nya masuk secara berbarengan, dengan membawa kompresan dan juga cemilan ditangannya masing-masing.

“Kakak astaga ini suhu badan-nya panas banget, mau Jungwon kompres pake air dingin?”

Tiba-tiba saja dirinya digeser oleh presensi tubuh tinggi milik yang lebih muda, “Kata emak gue kalo ada yang demam itu kompresnya pake air anget, awas biar gue aja!”

“Mana ada yang pake air anget? jangan ngaco lo iki!” hardik Sunoo sambil menepuk pundak Riki dengan kencang. Membuat yang lebih muda meringis kesakitan.

“Aw! bang Sunoo nih, emak gue yang bilang.”

Di lanjut dengan yang lebih tua bergelendot manja dan memeluk tubuh Sunghoon yang menyamping ke kiri, ia elus dan nyanyikan si cantik dengan nada penuh penghayatan—sebelum kegiatannya diganggu oleh Jake yang menyeret dirinya keluar dari dalam selimut yang sama dengan Sunghoon.

“Bang! kalo lo sakit gua gamau ngobatin ya, lagian kasian itu Sunghoon kalo ditempelin mulu. Gerah!”

“Enggak ya cil, kamu engga keberatan kakak tempelin kan?”

Sunghoon yang kesadarannya tipis hanya mengangguk saja, ia sungguh pusing karena flu-nya, ditambah lagi dengan kedatangan ketiga pacarnya, dan juga adik-adiknya.

“Ikeu, boleh minta minum enggak? aku haus.” ujar Sunghoon serak.

Maka dengan kalang kabut, kelima orang itu langsung berlari menuju tempat air minum berada. Bahkan, Jake yang notabenya kalem, kini malah saling dorong dengan Heeseung untuk mengambilkan Sunghoon minum.

Sunghoon yang melihat perdebatan itu hanya menghela nafas dan memijit kepalanya, “Astaga, Jay aku maunya kamu.” ujarnya pelan.


Sekitar tiga puluh menit setelahnya, akhirnya kelima orang itu keluar dari kamar Sunghoon, karena Manajer yang menyuruh mereka keluar untuk beristirahat.

Mereka keluar dengan meninggalkan kecupan singkat di setiap titik yang ada diwajah Sunghoon, buat yang dikecup hanya terkekeh dan tersenyum lesu. Buat kelimanya paham jika mereka datang terlalu lama, mereka malah buat si cantiknya tidak bisa beristirahat.

“Jay.........” ringis Sunghoon pasrah ketika pening dikepalanya kembali lagi.

Sunghoon hampir gila ketika menahan pening ini selama konser tadi, dirinya ingin menangis ketika hampir kehilangan keseimbangan dimobil yang disediakan tim agensi.

“Jay, tolong.......”

Ceklek.

Suara pintu terbuka membuat Sunghoon terkesiap dari tidurnya yang hampir lelap. Dirinya berbalik untuk melihat siapa yang datang.

Matanya berkaca-kaca ketika ia lihat Jay dengan sebuah kantong yang ia yakini adalah sebuah makanan, dan kantong yang lainnya berisikan sebuah obat.

“Kangen kamu.....” rengek Sunghoon sambil terbangun dari tidurnya.

Ia terduduk diatas ranjang sambil merengek, memperhatikan Jay yang sibuk sendiri. Mulai dari melepas jaket yang ia kenakan, lalu berjalan ke arah meja dan menaruh makanan, setelah itu ia berjalan lagi ke arah kamar mandi dengan membawa sebaskom air yang Riki bawa untuk kompresan Sunghoon tadi, Jay mengisi ulang dan mengganti airnya dengan air yang baru, lalu mengompres Sunghoon tanpa suara.

Sunghoon sangat ingin menangis ketika presensi dirinya tidak dihiraukan oleh yang lebih tua, terbukti dengan Jay yang hanya meletakan sebaskom air itu di nakas samping tempat tidur Sunghoon setelah mengomresnya.

“Jay.......” tidak digubris.

Jay memilih duduk dan menyalakan ipad miliknya di ranjangnya sendiri, kamar Sunghoon dan Jay memiliki dua ranjang, dengan satu ranjangnya berukuran King Size dan itu ditempati oleh Sunghoon.

“Jeiii, mau kamu. Kepala aku berisik banget.....” rengeknya lagi, namun nihil.

Yang lebih tua tidak menggubris, dirinya malah memasang earphone pada telinganya untuk meredam kebisingan. Tindakan Jay barusan mampu membuat Sunghoon menangis lebih kencang, yang tadinya hanya tangisan tanpa suara berubah menjadi tangisan memilukan.

Sunghoon merasa tidak setidak diinginkan ini.

“Jay, aku sakit.....” rengeknya lagi.

Jay yang sebenarnya tidak mendengarkan lagu atau apapun lewat Earphone yang ia pakai masih bisa mendengar suara Sunghoon yang menggerung menangis kencang.

Maka ia letakan Ipad ditangannya pada nakas miliknya, kemudian berjalan ke arah kasur yang lebih muda. Ia dapati Sunghoon yang meringkuk dan menangis didalam selimutnya sendiri hingga terdengar suara segukan yang menyayat hati.

“Sini bangun, makan dulu baru minum obatnya.”

“Jeii, aku sakit...”

“Iya tau sakit, makannya makan terus minum obat dulu.”

Sunghoon kembali mencebikkan bibirnya ke bawah karena yang lebih tua tidak menatapnya sama sekali. Maka dengan gemas dan kesal, ia putar kepala Jay untuk menatap wajahnya.

“Lihat aku! bilangnya sambil lihat Sunghoon, aku sakit jeii!” rengeknya sambil dibarengi dengan segukan.

Jay menghela nafas dan menaruh kembali bubur yang ia beli tadi pada sisi tubuhnya, ia menghapus air mata yang terus mengalir di wajah si manis. Sunghoon kembali mencebikkan bibirnya lagi, ingin diperhatikan.

“Makan dulu, baru tidur. Ya?”

“Suapin.”

“Iya disuapin.”

Jay dengan telaten menyuapi Sunghoon yang kini sudah tidak menangis, namun segukannya masih bisa Jay dengar.

“Udah, kenyang.”

“Udah?”

“Huum, mau peluk!”

“Minum obat dulu.”

“Abis itu peluk?”

“Abis itu tidur.”

Merasa dirinya ditolak lagi, Sunghoon kembali berkaca-kaca dan menangis. Kini lebih kencang, membuat Jay yang melihatnya tidak tahan lagi untuk mengecup bibir itu agar bungkam.

“Cium? lagi Jeii, mau lagi. Obatnya pait.”

“Kenapa enggak minta pacar kamu yang lain yang cium, tadi dipanggung clingy banget perasaan.”

Ah, cemburu.

“Maunya sama kamu, ya?”

“Kenapa sama aku?”

“Kamu pacar aku!”

“Yaudah iya!”

Chup.

“Lagi!”

Maka dengan gemas Jay kecup semua sisi yang ada pada tubuh dan wajah Sunghoon, buat yang lebih muda terkekeh geli. Jay yang kelelahan hanya tersenyum, mentarinya sudah kembali bersinar dan itu karna dirinya.

“Udah, sekarang bobo.”

“Puk-puk, kamu bobo disamping aku aja ya? kunci pintunya.”

“Kenapa dikunci?”

“Ya, siapa tau kamu mau ngelakuin hal yang enak.” ujar Sunghoon sambil mengerlingkan matanya jahil.

“Maunya gitu, tapi kamunya sakit. Jadi ditunda dulu.”

“Padahal aku sehat dan bugar loh Jeii.”

“Jangan bandel, besok masih ada kegiatan.”

Berakhir Sunghoon yang tergelak lagi sambil menyusup diperpotongan leher Jay, membuat yang lebih tua mendesis pelan.

“Jangan digigit!”

“Ehehehe....maaf.”

Keduanya saling berpelukan dengan Jay yang menyusup dan menepuk bokong Sunghoon dengan pelan, di nyanyikanlah sebuah lulabi indah di telinga sunghoon dengan pelan.

Sunghoon yang masih belum tertidur pun mendongak dan melihat Jay untuk ia goda kembali, Jay yang melihat si nakal belum tertidur pun mengecup bibirnya sekali, dan buat si cantik merona dan telusupkan wajahnya pada dada bidang yang lebih tua.

“Janganciumakuakumalunantikamuketularan!” ujar yang lebih muda.

“Hah? kamu mau jadi rapper itu ngomongnya cepet banget. Coba ngomongnya sambil lihat aku, sini mana coba aku mau lihat wajahnya si cantik.”

Maka dengan malu-malu Sunghoon angkat kembali wajahnya, dagunya diangkat oleh Jay dengan pelan. Berikan kecupan lagi pada bibirnya, namun dengan sedikit agak lama.

“Coba, ngomong apa tadi sayang?”

“Jangan cium aku, nanti kamu ketularan.” ucap Sunghoon sambil matanya tidak bisa diam, ia menatap apa saja asal bukan mata Jay.

Buat yang lebih tua terkekeh, “Enggak bakal ketularan, aku udah vaksin.”

“Ish, kamumah.”

“Bobo lagi, besok ada kegiatan sayang.”

“Iya. Kamu juga bobo Jeii!”

“Iya, ini juga mau sayang.”

Sunghoon hanya mengangguk dan tersenyum, mengelus rahang tegas milik Jay dan tersipu malu lagi ketika yang lebih tua berikan tatapan intens padanya.

“Ish, jangan goda aku!”

“Ahahaha.....iya sayang enggak, tidur.”

“I love you, Jei.”

“Love your more, Baby.”

“ISH JANGAN GITU, MALU!”

“Ahahaha....”


Written by ©vivi.

bxb, hoonreun—learning to appreciate a process for a change.


Japan, January 22, 2023. 22.00 pm.

Kala itu suasana kamar hotel milik Sunghoon dan Jay dipenuhi oleh member yang lain. Kamar yang tadinya sunyi senyap berubah menjadi seperti pasar malam ketika kelima-nya masuk secara berbarengan, dengan membawa kompresan dan juga cemilan ditangannya masing-masing.

“Kakak astaga ini suhu badan-nya panas banget, mau Jungwon kompres pake air dingin?”

Tiba-tiba saja dirinya digeser oleh presensi tubuh tinggi milik yang lebih muda, “Kata emak gue kalo ada yang demam itu kompresnya pake air anget, awas biar gue aja!”

“Mana ada yang pake air anget? jangan ngaco lo iki!” hardik Sunoo sambil menepuk sundak Riki dengan kencang. Membuat yang lebih muda meringis kesakitan.

“Aw! bang Sunoo nih, emak gue yang bilang.”

Di lanjut dengan yang lebih tua yang bergelendot manja dan memeluk tubuh Sunghoon yang menyamping ke kiri, ia elus dan nyanyikan si cantik dengan nada penuh penghayatan—sebelum kegiatannya diganggu oleh Jake yang menyeret dirinya keluar dari dalam selimut yang sama dengan Sunghoon.

“Bang! kalo lo sakit gua gamau ngobatin ya, lagian kasian itu Sunghoon kalo ditempelin mulu. Gerah!”

“Enggak ya cil, kamu engga keberatan kakak tempelin kan?”

Sunghoon yang kesadarannya tipis hanya mengangguk saja, ia sungguh pusing karena flu-nya, ditambah lagi dengan kedatangan ketiga pacarnya, dan juga adik-adiknya.

“Ikeu, boleh minta minum enggak? aku haus.” ujar Sunghoon serak.

Maka dengan kalang kabut, kelima orang itu langsung berlari menuju tempat air minum berada. Bahkan, Jake yang notabenya kalem, kini malah saling dorong dengan Heeseung untuk mengambilkan Sunghoon untuk minum.

Sunghoon yang melihat perdebatan itu hanya menghela nafas dan memijit kepalanya, “Astaga, Jay aku maunya kamu.” ujarnya pelan.


Sekitar tiga puluh menit setelahnya, akhirnya kelima orang itu keluar kamar Sunghoon karena Manajer yang menyuruh mereka keluar untuk beristirahat.

Mereka keluar dengan meninggalkan kecupan singkat di setiap titik yang ada diwajah Sunghoon, buat yang dikecup hanya terkekeh dan tersenyum manis. Buat kelimanya paham jika mereka datang terlalu lama, mereka malah buat si cantiknya tidak bisa beristirahat.

“Jay.........” ringis Sunghoon pasrah ketika pening dikepalanya kembali lagi.

Sunghoon hampir gila ketika menahan pening ini selama konser tadi, dirinya ingin menangis ketika hampir kehilangan keseimbangan dimobil yang disediakan tim agensi tadi.

“Jay, tolong.......”

Ceklek.

Suara pintu terbuka membuat Sunghoon terkesiap dari tidurnya yang hampir lelap. Dirinya berbalik untuk melihat siapa yang datang.

Matanya berkaca-kaca ketika ia lihat Jay dengan sebuah kantong yang ia yakini adalah sebuah makanan, dan kantong yang lainnya berisikan sebuah obat.

“Kangen kamu.....” rengek Sunghoon sambil terbangun dari tidurnya.

Ia terduduk diatas ranjang sambil merengek, memperhatikan Jay yang sibuk sendiri. Mulai dari melepas jaket yang ia kenangan, lalu berjalan ke arah meja dan menaruh makanan, lalu berjalan lagi ke arah kamar mandi dengan sebaskom air untuk kompresan.

Sunghoon sangat ingin menangis ketika presensi dirinya tidak dihiraukan oleh yang lebih tua, terbukti dengan Jay yang hanya meletakan sebaskom air itu di nakas samping tempat tidur Sunghoon.

“Jay.......” tidak digubris.

Jay memilih duduk dan menyalakan ipad miliknya di ranjangnya sendiri, kamar Sunghoon dan Jay memiliki dua ranjang, dengan satu ranjangnya berukuran King Size dan itu ditempati oleh Sunghoon.

“Jeiii, mau kamu. Kepala aku berisik banget.....” rengeknya lagi, namun nihil.

Yang lebih tua tidak menggubris, dirinya malah memasang earphone pada telinganya untuk meredam kebisingan. Tindakan Jay barusan mampu membuat Sunghoon menangis lebih kencang, yang tadinya hanya tangisan tanpa suara berubah menjadi tangisan memilukan.

Sunghoon merasa tidak setidak diinginkan ini.

“Jay, aku sakit.....” rengeknya lagi.

Jay yang sebenarnya tidak mendengarkan apapun lewat Earphone yang ia pakai masih bisa mendengar suara Sunghoon yang menggerung menangis kencang.

Maka ia letakan Ipad ditangannya pada nakas miliknya, kemudian berjalan ke arah kasur yang lebih muda. Ia dapati Sunghoon yang meringkuk dan menangis didalam selimutnya sendiri hingga terdengar suara segukan yang menyayat hati.

“Sini bangun, makan dulu baru minum obatnya.”

“Jeii, aku sakit...”

“Iya tau sakit, makannya makan terus minum obat dulu.”

Sunghoon kembali mencebikkan bibirnya ke bawah karena yang lebih tua tidak menatapnya sama sekali. Maka dengan gemas dan kesal, ia putar kepala Jay untuk menatap wajahnya.

“Lihat aku! bilangnya sambil lihat Sunghoon, aku sakit jeii!” rengeknya sambil dibarengi dengan segukan.

Jay menghela nafas dan menaruh kembali bubur yang ia beli tadi pada sisi tubuhnya, ia menghapus air mata yang terus mengalir di wajah si manis. Sunghoon kembali mencebikkan bibirnya lagi, ingin diperhatikan.

“Makan dulu, baru tidur. Ya?”

“Suapin.”

“Iya disuapin.”

Jay dengan telaten menyuapi Sunghoon yang kini sudah tidak menangis, namun segukannya masih bisa Jay dengar.

“Udah, kenyang.”

“Udah?”

“Huum, mau peluk!”

“Minum obat dulu.”

“Abis itu peluk?”

“Abis itu tidur.”

Merasa dirinya ditolak lagi, Sunghoon kembali berkaca-kaca dan menangis. Kini lebih kencang, membuat Jay yang melihatnya tidak tahan lagi untuk mengecup bibir itu agar bungkam.

“Cium? lagi Jeii, mau lagi. Obatnya pait.”

“Kenapa enggak minta pacar kamu yang lain yang cium, tadi dipanggung clingy banget perasaan.”

Ah, cemburu.

“Maunya sama kamu, ya?”

“Kenapa sama aku?”

“Kamu pacar aku!”

“Yaudah iya!”

Chup.

“Lagi!”

Maka dengan gemas Jay kecup semua sisi yang ada pada tubuh dan wajah Sunghoon, buat yang lebih muda terkekeh geli. Jay yang kelelahan hanya tersenyum, mentarinya sudah kembali bersinar dan itu karna dirinya.

“Udah, sekarang bobo.”

“Puk-puk, kamu bobo disamping aku aja ya? kunci pintunya.”

“Kenapa dikunci?”

“Ya, siapa tau kamu mau ngelakuin hal yang enak.” ujar Sunghoon sambil mengerlingkan matanya jahil.

“Maunya gitu, tapi kamunya sakit. Jadi ditunda dulu.”

“Padahal aku sehat dan bugar loh Jeii.”

“Jangan bandel, besok masih ada kegiatan.”

Berakhir Sunghoon yang tergelak lagi sambil menyusup diperpotongan leher Jay, membuat yang lebih tua mendesis pelan.

“Jangan digigit!”

“Ehehehe....maaf.”

Keduanya saling berpelukan dengan Jay yang menyusup dan menepuk bokong Sunghoon dengan pelan, di nyanyikanlah sebuah lulabi indah di telinga sunghoon dengan pelan.

Sunghoon yang masih belum tertidur pun mendongak dan melihat Jay untuk ia goda kembali, Jay yang melihat si nakal belum tertidur pun mengecup bibirnya sekali, dan buat si cantik merona dan telusupkan wajahnya pada dada bidang yang lebih tua.

“Janganciumakuakumalunantikamuketularan!” ujar yang lebih muda.

“Hah? kamu mau jadi rapper itu ngomongnya cepet banget. Coba ngomongnya sambil lihat akunya, sini mana coba aku mau lihat wajahnya si cantik.”

Maka dengan malu-malu Sunghoon angkat kembali wajahnya, dagunya diangkat oleh Jay dengan pelan. Berikan kecupan lagi pada bibirnya, namun dengan sedikit agak lama.

“Coba, ngomong apa tadi sayang?”

“Jangan cium aku, nanti kamu ketularan.” ucap Sunghoon sambil matanya tidak bisa diam, ia menatap apa saja asal bukan mata Jay.

Buat yang lebih tua terkekeh, “Enggak bakal ketularan, aku udah vaksin.”

“Ish, kamumah.”

“Bobo lagi, besok ada kegiatan sayang.”

“Iya. Kamu juga bobo Jeii!”

“Iya, ini juga mau sayang.”

Sunghoon hanya mengangguk dan tersenyum, mengelus rahamg tegas milik Jay dan tersipu malu lagi ketika yang lebih tua berikan tatapan intens padanya.

“Ish, jangan goda aku!”

“Ahahaha.....iya sayang enggak, tidur.”

“I love you, Jei.”

“Love your more, Baby.”

“ISH JANGAN GITU, MALU!”

“Ahahaha....”


Written by ©vivi.

bxb, hoonreun—learning to appreciate a process for a change.


Japan, January 22, 2023. 22.00 pm.

Kala itu suasana kamar hotel milik Sunghoon dan Jay dipenuhi oleh member yang lain. Kamar yang tadinya sunyi senyap berubah menjadi seperti pasar malam ketika kelima-nya masuk secara berbarengan, dengan membawa kompresan dan juga cemilan ditangannya masing-masing.

“Kakak astaga ini suhu badan-nya panas banget, mau Jungwon kompres pake air dingin?”

Tiba-tiba saja dirinya digeser oleh presensi tubuh tinggi milik yang lebih muda, “Kata emak gue kalo ada yang demam itu kompresnya pake air anget, awas biar gue aja!”

“Mana ada yang pake air anget? jangan ngaco lo iki!” hardik Sunoo sambil menepuk sundak Riki dengan kencang. Membuat yang lebih muda meringis kesakitan.

“Aw! bang Sunoo nih, emak gue yang bilang.”

Di lanjut dengan yang lebih tua yang bergelendot manja dan memeluk tubuh Sunghoon yang menyamping ke kiri, ia elus dan nyanyikan si cantik dengan nada penuh penghayatan—sebelum kegiatannya diganggu oleh Jake yang menyeret dirinya keluar dari dalam selimut yang sama dengan Sunghoon.

“Bang! kalo lo sakit gua gamau ngobatin ya, lagian kasian itu Sunghoon kalo ditempelin mulu. Gerah!”

“Enggak ya cil, kamu engga keberatan kakak tempelin kan?”

Sunghoon yang kesadarannya tipis hanya mengangguk saja, ia sungguh pusing karena flu-nya, ditambah lagi dengan kedatangan ketiga pacarnya, dan juga adik-adiknya.

“Ikeu, boleh minta minum enggak? aku haus.” ujar Sunghoon serak.

Maka dengan kalang kabut, kelima orang itu langsung berlari menuju tempat air minum berada. Bahkan, Jake yang notabenya kalem, kini malah saling dorong dengan Heeseung untuk mengambilkan Sunghoon untuk minum.

Sunghoon yang melihat perdebatan itu hanya menghela nafas dan memijit kepalanya, “Astaga, Jay aku maunya kamu.” ujarnya pelan.


Sekitar tiga puluh menit setelahnya, akhirnya kelima orang itu keluar kamar Sunghoon karena Manajer yang menyuruh mereka keluar untuk beristirahat.

Mereka keluar dengan meninggalkan kecupan singkat di setiap titik yang ada diwajah Sunghoon, buat yang dikecup hanya terkekeh dan tersenyum manis. Buat kelimanya paham jika mereka datang terlalu lama, mereka malah buat si cantiknya tidak bisa beristirahat.

“Jay.........” ringis Sunghoon pasrah ketika pening dikepalanya kembali lagi.

Sunghoon hampir gila ketika menahan pening ini selama konser tadi, dirinya ingin menangis ketika hampir kehilangan keseimbangan dimobil yang disediakan tim agensi tadi.

“Jay, tolong.......”

Ceklek.

Suara pintu terbuka membuat Sunghoon terkesiap dari tidurnya yang hampir lelap. Dirinya berbalik untuk melihat siapa yang datang.

Matanya berkaca-kaca ketika ia lihat Jay dengan sebuah kantong yang ia yakini adalah sebuah makanan, dan kantong yang lainnya berisikan sebuah obat.

“Kangen kamu.....” rengek Sunghoon sambil terbangun dari tidurnya.

Ia terduduk diatas ranjang sambil merengek, memperhatikan Jay yang sibuk sendiri. Mulai dari melepas jaket yang ia kenangan, lalu berjalan ke arah meja dan menaruh makanan, lalu berjalan lagi ke arah kamar mandi dengan sebaskom air untuk kompresan.

Sunghoon sangat ingin menangis ketika presensi dirinya tidak dihiraukan oleh yang lebih tua, terbukti dengan Jay yang hanya meletakan sebaskom air itu di nakas samping tempat tidur Sunghoon.

“Jay.......” tidak digubris.

Jay memilih duduk dan menyalakan ipad miliknya di ranjangnya sendiri, kamar Sunghoon dan Jay memiliki dua ranjang, dengan satu ranjangnya berukuran King Size dan itu ditempati oleh Sunghoon.

“Jeiii, mau kamu. Kepala aku berisik banget.....” rengeknya lagi, namun nihil.

Yang lebih tua tidak menggubris, dirinya malah memasang earphone pada telinganya untuk meredam kebisingan. Tindakan Jay barusan mampu membuat Sunghoon menangis lebih kencang, yang tadinya hanya tangisan tanpa suara berubah menjadi tangisan memilukan.

Sunghoon merasa tidak setidak diinginkan ini.

“Jay, aku sakit.....” rengeknya lagi.

Jay yang sebenarnya tidak mendengarkan apapun lewat Earphone yang ia pakai masih bisa mendengar suara Sunghoon yang menggerung menangis kencang.

Maka ia letakan Ipad ditangannya pada nakas miliknya, kemudian berjalan ke arah kasur yang lebih muda. Ia dapati Sunghoon yang meringkuk dan menangis didalam selimutnya sendiri hingga terdengar suara segukan yang menyayat hati.

“Sini bangun, makan dulu baru minum obatnya.”

“Jeii, aku sakit...”

“Iya tau sakit, makannya makan terus minum obat dulu.”

Sunghoon kembali mencebikkan bibirnya ke bawah karena yang lebih tua tidak menatapnya sama sekali. Maka dengan gemas dan kesal, ia putar kepala Jay untuk menatap wajahnya.

“Lihat aku! bilangnya sambil lihat Sunghoon, aku sakit jeii!” rengeknya sambil dibarengi dengan segukan.

Jay menghela nafas dan menaruh kembali bubur yang ia beli tadi pada sisi tubuhnya, ia menghapus air mata yang terus mengalir di wajah si manis. Sunghoon kembali mencebikkan bibirnya lagi, ingin diperhatikan.

“Makan dulu, baru tidur. Ya?”

“Suapin.”

“Iya disuapin.”

Jay dengan telaten menyuapi Sunghoon yang kini sudah tidak menangis, namun segukannya masih bisa Jay dengar.

“Udah, kenyang.”

“Udah?”

“Huum, mau peluk!”

“Minum obat dulu.”

“Abis itu peluk?”

“Abis itu tidur.”

Merasa dirinya ditolak lagi, Sunghoon kembali berkaca-kaca dan menangis. Kini lebih kencang, membuat Jay yang melihatnya tidak tahan lagi untuk mengecup bibir itu agar bungkam.

“Cium? lagi Jeii, mau lagi. Obatnya pait.”

“Kenapa enggak minta pacar kamu yang lain yang cium, tadi dipanggung clingy banget perasaan.”

Ah, cemburu.

“Maunya sama kamu, ya?”

“Kenapa sama aku?”

“Kamu pacar aku!”

“Yaudah iya!”

Chup.

“Lagi!”

Maka dengan gemas Jay kecup semua sisi yang ada pada tubuh dan wajah Sunghoon, buat yang lebih muda terkekeh geli. Jay yang kelelahan hanya tersenyum, mentarinya sudah kembali bersinar dan itu karna dirinya.

“Udah, sekarang bobo.”

“Puk-puk, kamu bobo disamping aku aja ya? kunci pintunya.”

“Kenapa dikunci?”

“Ya, siapa tau kamu mau ngelakuin hal yang enak.” ujar Sunghoon sambil mengerlingkan matanya jahil.

“Maunya gitu, tapi kamunya sakit. Jadi ditunda dulu.”

“Padahal aku sehat dan bugar loh Jeii.”

“Jangan bandel, besok masih ada kegiatan.”

Berakhir Sunghoon yang tergelak lagi sambil menyusup diperpotongan leher Jay, membuat yang lebih tua mendesis pelan.

“Jangan digigit!”

“Ehehehe....maaf.”

Keduanya saling berpelukan dengan Jay yang menyusup dan menepuk bokong Sunghoon dengan pelan, di nyanyikanlah sebuah lulabi indah di telinga sunghoon dengan pelan.

Sunghoon yang masih belum tertidur pun mendongak dan melihat Jay untuk ia goda kembali, Jay yang melihat si nakal belum tertidur pun mengecup bibirnya sekali, dan buat si cantik merona dan telusupkan wajahnya pada dada bidang yang lebih tua.

“Janganciumakuakumalunantikamuketularan!” ujar yang lebih muda.

“Hah? kamu mau jadi rapper itu ngomongnya cepet banget. Coba ngomongnya sambil lihat akunya, sini mana coba aku mau lihat wajahnya si cantik.”

Maka dengan malu-malu Sunghoon angkat kembali wajahnya, dagunya diangkat oleh Jay dengan pelan. Berikan kecupan lagi pada bibirnya, namun dengan sedikit agak lama.

“Coba, ngomong apa tadi sayang?”

“Jangan cium aku, nanti kamu ketularan.” ucap Sunghoon sambil matanya tidak bisa diam, ia menatap apa saja asal bukan mata Jay.

Buat yang lebih tua terkekeh, “Enggak bakal ketularan, aku udah vaksin.”

“Ish, kamumah.”

“Bobo lagi, besok ada kegiatan sayang.”

“Iya. Kamu juga bobo Jeii!”

“Iya, ini juga mau sayang.”

Sunghoon hanya mengangguk dan tersenyum, mengelus rahamg tegas milik Jay dan tersipu malu lagi ketika yang lebih tua berikan tatapan intens padanya.

“Ish, jangan goda aku!”

“Ahahaha.....iya sayang enggak, tidur.”

“I love you, Jei.”

“Love your more, Baby.”

“ISH JANGAN GITU, MALU!”

“Ahahaha....”


Written by ©vivi.

bxb, hoonreun—learning to appreciate a process for a change.


Japan, January 22, 2023. 22.00 pm.

Kala itu suasana kamar hotel milik Sunghoon dan Jay dipenuhi oleh member yang lain. Kamar yang tadinya sunyi senyap berubah menjadi seperti pasar malam ketika kelima-nya masuk secara berbarengan, dengan membawa kompresan dan juga cemilan ditangannya masing-masing.

“Kakak astaga ini suhu badan-nya panas banget, mau Jungwon kompres pake air dingin?”

Tiba-tiba saja dirinya digeser oleh presensi tubuh tinggi milik yang lebih muda, “Kata emak gue kalo ada yang demam itu kompresnya pake air anget, awas biar gue aja!”

“Mana ada yang pake air anget? jangan ngaco lo iki!” hardik Sunoo sambil menepuk sundak Riki dengan kencang. Membuat yang lebih muda meringis kesakitan.

“Aw! bang Sunoo nih, emak gue yang bilang.”

Di lanjut dengan yang lebih tua yang bergelendot manja dan memeluk tubuh Sunghoon yang menyamping ke kiri, ia elus dan nyanyikan si cantik dengan nada penuh penghayatan—sebelum kegiatannya diganggu oleh Jake yang menyeret dirinya keluar dari dalam selimut yang sama dengan Sunghoon.

“Bang! kalo lo sakit gua gamau ngobatin ya, lagian kasian itu Sunghoon kalo ditempelin mulu. Gerah!”

“Enggak ya cil, kamu engga keberatan kakak tempelin kan?”

Sunghoon yang kesadarannya tipis hanya mengangguk saja, ia sungguh pusing karena flu-nya, ditambah lagi dengan kedatangan ketiga pacarnya, dan juga adik-adiknya.

“Ikeu, boleh minta minum enggak? aku haus.” ujar Sunghoon serak.

Maka dengan kalang kabut, kelima orang itu langsung berlari menuju tempat air minum berada. Bahkan, Jake yang notabenya kalem, kini malah saling dorong dengan Heeseung untuk mengambilkan Sunghoon untuk minum.

Sunghoon yang melihat perdebatan itu hanya menghela nafas dan memijit kepalanya, “Astaga, Jay aku maunya kamu.” ujarnya pelan.


Sekitar tiga puluh menit setelahnya, akhirnya kelima orang itu keluar kamar Sunghoon karena Manajer yang menyuruh mereka keluar untuk beristirahat.

Mereka keluar dengan meninggalkan kecupan singkat di setiap titik yang ada diwajah Sunghoon, buat yang dikecup hanya terkekeh dan tersenyum manis. Buat kelimanya paham jika mereka datang terlalu lama, mereka malah buat si cantiknya tidak bisa beristirahat.

“Jay.........” ringis Sunghoon pasrah ketika pening dikepalanya kembali lagi.

Sunghoon hampir gila ketika menahan pening ini selama konser tadi, dirinya ingin menangis ketika hampir kehilangan keseimbangan dimobil yang disediakan tim agensi tadi.

“Jay, tolong.......”

Ceklek.

Suara pintu terbuka membuat Sunghoon terkesiap dari tidurnya yang hampir lelap. Dirinya berbalik untuk melihat siapa yang datang.

Matanya berkaca-kaca ketika ia lihat Jay dengan sebuah kantong yang ia yakini adalah sebuah makanan, dan kantong yang lainnya berisikan sebuah obat.

“Kangen kamu.....” rengek Sunghoon sambil terbangun dari tidurnya.

Ia terduduk diatas ranjang sambil merengek, memperhatikan Jay yang sibuk sendiri. Mulai dari melepas jaket yang ia kenangan, lalu berjalan ke arah meja dan menaruh makanan, lalu berjalan lagi ke arah kamar mandi dengan sebaskom air untuk kompresan.

Sunghoon sangat ingin menangis ketika presensi dirinya tidak dihiraukan oleh yang lebih tua, terbukti dengan Jay yang hanya meletakan sebaskom air itu di nakas samping tempat tidur Sunghoon.

“Jay.......” tidak digubris.

Jay memilih duduk dan menyalakan ipad miliknya di ranjangnya sendiri, kamar Sunghoon dan Jay memiliki dua ranjang, dengan satu ranjangnya berukuran King Size dan itu ditempati oleh Sunghoon.

“Jeiii, mau kamu. Kepala aku berisik banget.....” rengeknya lagi, namun nihil.

Yang lebih tua tidak menggubris, dirinya malah memasang earphone pada telinganya untuk meredam kebisingan. Tindakan Jay barusan mampu membuat Sunghoon menangis lebih kencang, yang tadinya hanya tangisan tanpa suara berubah menjadi tangisan memilukan.

Sunghoon merasa tidak setidak diinginkan ini.

“Jay, aku sakit.....” rengeknya lagi.

Jay yang sebenarnya tidak mendengarkan apapun lewat Earphone yang ia pakai masih bisa mendengar suara Sunghoon yang menggerung menangis kencang.

Maka ia letakan Ipad ditangannya pada nakas miliknya, kemudian berjalan ke arah kasur yang lebih muda. Ia dapati Sunghoon yang meringkuk dan menangis didalam selimutnya sendiri hingga terdengar suara segukan yang menyayat hati.

“Sini bangun, makan dulu baru minum obatnya.”

“Jeii, aku sakit...”

“Iya tau sakit, makannya makan terus minum obat dulu.”

Sunghoon kembali mencebikkan bibirnya ke bawah karena yang lebih tua tidak menatapnya sama sekali. Maka dengan gemas dan kesal, ia putar kepala Jay untuk menatap wajahnya.

“Lihat aku! bilangnya sambil lihat Sunghoon, aku sakit jeii!” rengeknya sambil dibarengi dengan segukan.

Jay menghela nafas dan menaruh kembali bubur yang ia beli tadi pada sisi tubuhnya, ia menghapus air mata yang terus mengalir di wajah si manis. Sunghoon kembali mencebikkan bibirnya lagi, ingin diperhatikan.

“Makan dulu, baru tidur. Ya?”

“Suapin.”

“Iya disuapin.”

Jay dengan telaten menyuapi Sunghoon yang kini sudah tidak menangis, namun segukannya masih bisa Jay dengar.

“Udah, kenyang.”

“Udah?”

“Huum, mau peluk!”

“Minum obat dulu.”

“Abis itu peluk?”

“Abis itu tidur.”

Merasa dirinya ditolak lagi, Sunghoon kembali berkaca-kaca dan menangis. Kini lebih kencang, membuat Jay yang melihatnya tidak tahan lagi untuk mengecup bibir itu agar bungkam.

“Cium? lagi Jeii, mau lagi. Obatnya pait.”

“Kenapa enggak minta pacar kamu yang lain yang cium, tadi dipanggung clingy banget perasaan.”

Ah, cemburu.

“Maunya sama kamu, ya?”

“Kenapa sama aku?”

“Kamu pacar aku!”

“Yaudah iya!”

Chup.

“Lagi!”

Maka dengan gemas Jay kecup semua sisi yang ada pada tubuh dan wajah Sunghoon, buat yang lebih muda terkekeh geli. Jay yang kelelahan hanya tersenyum, mentarinya sudah kembali bersinar dan itu karna dirinya.

“Udah, sekarang bobo.”

“Puk-puk, kamu bobo disamping aku aja ya? kunci pintunya.”

“Kenapa dikunci?”

“Ya, siapa tau kamu mau ngelakuin hal yang enak.” ujar Sunghoon sambil mengerlingkan matanya jahil.

“Maunya gitu, tapi kamunya sakit. Jadi ditunda dulu.”

“Padahal aku sehat dan bugar loh Jeii.”

“Jangan bandel, besok masih ada kegiatan.”

Berakhir Sunghoon yang tergelak lagi sambil menyusup diperpotongan leher Jay, membuat yang lebih tua mendesis pelan.

“Jangan digigit!”

“Ehehehe....maaf.”

Keduanya saling berpelukan dengan Jay yang menyusup dan menepuk bokong Sunghoon dengan pelan, di nyanyikanlah sebuah lulabi indah di telinga sunghoon dengan pelan.

Sunghoon yang masih belum tertidur pun mendongak dan melihat Jay untuk ia goda kembali, Jay yang melihat si nakal belum tertidur pun mengecup bibirnya sekali, dan buat si cantik merona dan telusupkan wajahnya pada dada bidang yang lebih tua.

“Janganciumakuakumalunantikamuketularan!” ujar yang lebih muda.

“Hah? kamu mau jadi rapper itu ngomongnya cepet banget. Coba ngomongnya sambil lihat akunya, sini mana coba aku mau lihat wajahnya si cantik.”

Maka dengan malu-malu Sunghoon angkat kembali wajahnya, dagunya diangkat oleh Jay dengan pelan. Berikan kecupan lagi pada bibirnya, namun dengan sedikit agak lama.

“Coba, ngomong apa tadi sayang?”

“Jangan cium aku, nanti kamu ketularan.” ucap Sunghoon sambil matanya tidak bisa diam, ia menatap apa saja asal bukan mata Jay.

Buat yang lebih tua terkekeh, “Enggak bakal ketularan, aku udah vaksin.”

“Ish, kamumah.”

“Bobo lagi, besok ada kegiatan sayang.”

“Iya. Kamu juga bobo Jeii!”

“Iya, ini juga mau sayang.”

Sunghoon hanya mengangguk dan tersenyum, mengelus rahamg tegas milik Jay dan tersipu malu lagi ketika yang lebih tua berikan tatapan intens padanya.

“Ish, jangan goda aku!”

“Ahahaha.....iya sayang enggak, tidur.”

“I love you, Jei.”

“Love your more, Baby.”

“ISH JANGAN GITU, MALU!”

“Ahahaha....”


Written by ©vivi.